Apa yang dimaksud dengan Laparatomi?

Laparatomi adalah salah satu jenis operasi yang di lakukan pada daerah abdomen. Operasi laparatomy di lakukan apabila terjadi masalah kesehatan yang berat pada area abdomen, misalnya trauma abdomen.

Apa yang dimaksud dengan Laparatomi ?

Laparatomi merupakan suatu prosedur tindakan pembedahan dengan melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen. Kata Laparatomi terbentuk dari dua kata Yunani, “lapara” dan “tome”. Kata “lapara” berarti bagian lunak dari tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan pinggul. Sedangkan “tome” berarti pemotongan (Sjamsudidajat, 2005).

Laparatomi dilakukan dengan berbagai macam sayatan, yaitu :

  1. Midline incision
    Metode ini merupakan insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insisi ini adalah terjadinya hernia sikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis (Anita, 2009; Anonim, 2009).

  2. Paramedian incision
    Insisi paramedian yaitu insisi abdomen dengan sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), dengan panjang insisi ± 12,5 cm. Terbagi atas 2 yaitu paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Insisi paramedian memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah (Anita, 2009; Anonim, 2009).

  3. Transverse upper abdomen incision
    Transverse upper abdomen incision yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

  4. Transverse lower abdomen incision
    Transverse lower abdomen incision yaitu; insisi melintang di bagian bawah ±4cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy (Anonim, 2009).

Bedah laparatomi dilakuakan atas berbagai indikasi, terutama indikasi dalam bidang digestif dan kandungan, antara lain : Trauma abdomen baik tumpul maupun tajam, peritonitis, appendicitis, perdarahan saluran cerna, obstruksi usus, kehamilan ektopik, mioma uteri, adhesi atau perlengketan jaringan abdomen, pancreatitis dan sebagainya (Kate, 2009; Wain,2009).

Laparotomi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: adrenalektomi, appendiktomi, gastrektomi, histerektomi, kolektomi, nefrektomi, pankreatektomi, prostatektomi, seksio sesarea, sistektomi, salpingo oofarektomi dan vagotomi. (Wain, 2009)

Seperti halnya jenis pembedahan yang lain, laparatomi juga dapat menimbulkan beberapa komplikasi pasca pembedahan, antara lain :

  1. Syok
    Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan ketidakmampuan tubuh untuk mengekspresikan produk metabolisme. Manifestasi klinisnya antara lain : anemis, akral dingin, takipnea, sianosis pada bibir, gusi dan lidah, takikardi dengan penurunan tekanan nadi serta tekanan darah rendah dan urine pekat (Anita, 2009).

  2. Hemorhagi
    Hemoragi post laparotomi bisa terjadi primer, intermidiet maupun sekunder. Hemoragi primer terjadi pada waktu pembedahan, hemoragi intermediet terjadi beberapa jam setelah pembedahan, sedangkan hemoragi sekunder terjadi beberapa waktu setelah pembedahan karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainase.

  3. Tromboplebitis.
    Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru- paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi dan ambulatif dini (Kate, 2009).

  4. Infeksi
    Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah Staphylokokus aureus yang merupakan organisme gram positif. Bakteri ini mengakibatkan pernanahan atau abses (Kate, 2009).

  5. Dehisensi luka dan Eviserasi
    Dehisensi luka merupakan terbukanya kembali tepi-tepi luka, sedangkan eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam tubuh melalui insisi yang terbuka kembali. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup luka saat pembedahan, dan peningkatan tekanan intraabdominal akibat dari batuk atau muntah (Anonim, 2009; Kate, 2009).