Apa yang dimaksud dengan bibir atau labia (labium)?

Bibir

Labium, istilah kedokteran gigi, adalah bibir

Bibir terdiri dari bibir atas dan bibir bawah. Bibir atas dimulai dari lubang hidung dan dasar ala nasi setiap sisi dan berakhir di lateral pada lipatan nasolabial. Bibir atas dibagi menjadi subunit oleh phitral columns. Phitral columns terbentuk oleh serat m. orbicularis oris kontralateral yang melalui garis tengah. Lekukan ditengah antar philtral columns disebut phitral groove. Cupid’s bow merupakan bagian persimpangan kulit dan vermilion diantara phitral columns.

Bibir bagian bawah dimulai dari lipatan nasolabial di lateral dan dibatasi oleh lipatan labiomental. Bibir atas dan bawah menyatu di komisura, seperti tampak pada gambar dibawah ini (Matros & Pribaz, 2014).

Anatomi Bibir
Gambar Anatomi Bibir

Bagian kulit dan vermilion dibatasi oleh bagian putih disebut white roll. Warna dan lekukan white roll dibentuk oleh serat m. orbicularis oris, dimana ketebalannya semakin berkurang ke arah komisura seperti vermillion.

Vermillion terdiri dari epitel stratified squamous di bagian luar dan transisi menjadi epitel squamous di dalam mulut (Matros & Pribaz, 2014).

Otot daerah rahang atas yang bertanggung jawab atas elevasi bibir atas meliputi m. zygomaticus mayor, m. zygomaticus minor, m. levator labii superioris alaque nasi, m. levator labii superioris, dan m. levator anguli oris. Penarikan dan depresi bibir bagian bawah oleh m. depressor anguli oris dan m. depressor labii.

Otot di daerah intermaksila meliputi m. orbicularis oris, m. buccinator, dan m. risosius. M. orbicularis oris adalah otot bibir yang paling penting, berfungsi sebagai sfingter dan untuk bicara (Matros & Pribaz, 2014).

Supplai darah ke bibir berasal dari arteri karotis eksterna yang diteruskan ke arteri fasialis. Arteri fasialis bercabang menjadi arteri labialis superior dan inferior (Matros & Pribaz, 2014).

Inervasi motorik otot bibir dipersarafi oleh cabang nervus fasialis (VII). Cabang zygomaticus dan buccal berfungsi untuk elevasi, sedangkan nervus mandibular marginal menginervasi otot depresor bibir. Inervasi sensorisnya dipersyarafi oleh cabang infraorbital (V2) dan mental (V3) dari nervus trigeminal (Matros & Pribaz, 2014).

Bibir merupakan dua lipatan otot yang membentuk gerbang mulut, terdiri dari bibir bagian atas dan bibir bagian bawah.4 Bibir luar ditutup oleh jaringan kulit, sedangkan bagian dalam ditutupi oleh mukosa mulut.

Menurut The American Join Committee of Cancer, bibir merupakan bagian dari cavum oris, mulai dari perbatasan vermilion-kulit dan meliputi seluruh vermilion saja. Bibir terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, vernilion, dan mukosa. Bibir bagian atas disusun oleh tiga unit, yaitu 2 lateral dan 1 medial. Cuspid bow adalah proyeksi ke bawah dari unit philtrum yang memberi bentuk bibir dengan khas. Proyeksi linier tipis yang memberi batas bibir atas dan bawah secara melingkar pada batas kutaneus dan vermilion disebut white roll. Bibir bagian bawah memiliki 1 unit yaitu bagian mental crease yang memisahkan bibir dengan dagu.

Anatomi Bibir


Anatomi Permukaan Bibir
Gambar Anatomi Permukaan Bibir

Persyarafan sensoris bibir atas berasal dari cabang syaraf kranialis V (N. trigeminus ) dan N. infraorbitalis. Bibir bawah mendapat innervasi sensoris dari Nervus mentalis. Inervasi motorik bibir berasal dari syaraf kranialis VII (N. facialis). Ramus buccalis N. facialis mempersyarafi Muscularis orbicularis oris dan Musculus levator labii. Ramus mandibularis N. facialis menginervasi M. orbicularis oris dan M. depressor labii.

Otot bibir terdiri dari kelompok otot sfingter bibir (orbicularis oris) dan otot dilator yang terdiri dari satu seri otot kecil yang menyebar keluar dari bibir. Fungsi otot sfingter bibir adalah untuk merapatkan bibir, sedangkan fungsi otot dilator bibir adalah untuk membuka bibir.

Bibir merupakan jaringan lunak yang melindungi mulut. Bibir memiliki variasi dalam bentuk dan warna. Bibir dalam keseharian memiliki peran penting antara lain berbicara, minum, menghisap, meniup dan sebagainya. Pada tubuh yang terbakar sering dijumpai bibir tertutup rapat bila sudah meninggal sebelum api membakar tubuh mereka, tetapi akan ditemukan bibir terbuka lebar pada kasus terbakar hidup-hidup. Dalam kekerasan pada bayi sering ditemukan luka robek pada frenulum bagian atas.

Histologi Bibir


Permukaan luar bibir ditutupi kulit dengan folikel rambut, kelenjar sebasea dan keringat. Kemudian pada tepi vermilion yang merupakan peralihan antara kulit dan membran mukosa, bibir berubah menjadi kulit yang sangat tipis tanpa rambut, dengan epidermis yang transparan.

Bagian dalam bibir meliputi mukosa yang tersusun atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, terletak di atas jaringan ikat lamina propria dengan papilla yang tinggi. Lapisan submukosa mengandung serat elastin yang melanjutkan diri di sekitar otot rangka di tengah bibir dan di dalam lamina propria. Serat elastin ini mengikat erat membran mukosa sehingga mencegah terbentuknya lipatan mukosa yang dapat tergigit saat gigi geligi atas dan bawah berkontak. Bagian epidermis dari tepian vermilion bibir yang transparan serta dermis yang memiliki banyak pleksus pembuluh darah membuat bibir berwarna merah.

Histologi Bibir
Gambar Histologi Bibir

Sidik Bibir


Setiap manusia dilahirkan dengan ciri fisik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Salah satu perbedaan yang khas yaitu alur atau pola yang terdapat pada bibir masih banyak yang belum mengetahuinya. Salah satu peneliti dari Jepang yang bernama Suzuki telah meneliti sidik bibir untuk identifikasi forensik dan studi pewarisan sifat.

Sidik bibir didefinisikan sebagai gambaran alur pada mukosa bibir atas dan bawah, dan oleh Suzuki dinamakan “ figura linearum labiorum rubrorum”. Garis-garis normal atau alur pada bibir memiliki karakteristik yang individual sama halnya seperti yang terdapat pada sidik jari.

Otot Orbicularis Oculi
Gambar Otot Orbicularis Oculi

Pola Sidik Jari

Sidik bibir merupakan kumpulan lekukan yang terdapat pada tepian vermilion atau bagian merah bibir. Lekukan-lekukan tersebut diantaranya dapat berupa garis vertikal, pola bercabang, pola retikuler, dan pola perpotongan.

Sidik bibir sampai saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan pembentukannya, namun ada yang berpendapat bahwa sidik bibir telah dapat diamati saat bayi berusia empat bulan. Ilmu yang mempelajari sidik bibir dinamakan Cheiloscopy.

Penelitian mengenai sidik bibir pertama kali dilakukan oleh seorang antropologis bernama Fischer pada tahun 1902. Penggunaan sidik bibir dalam identifikasi individu direkomendasikan oleh Edmond Locard yang merupakan salah satu kriminolog terbaik di Prancis tahun 1932.

Pada tahun 1970. Suzuki dan Tsuchihashi melakukan penelitian pada 1364 orang di Jepang dan menyatakn bahwa sidik bibir memiliki pola yang unik pada setiap individu.

Klasifikasi Pola Sidik Bibir

Beberapa peneliti melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan pola sidik bibir, namun belum ada kesepakatan mengenai pola sidik bibir yang digunakan sebagai acuan internasional.

Pola Sidik Bibir
Gambar Pola Sidik Bibir (Suzuki & Tsuchihashi Tipe I-V)

Santos (1967) mengklasifikasikan lekukan pada bibir dan membaginya menjadi 4 tipe yaitu : 1) Garis lurus 2) Garis bergelombang 3) Garis bersudut 4) Garis berbentuk sinus).

Renaud (1973) membagi pola sidik bibir menjadi 10 tipe. Domiaty et al mengganggap bahwa klasifikasi menurut Renaud inilah yang paling lengkap.

Pola Sidik Bibir Menurut Renaud
Gambar Pola Sidik Bibir Menurut Renaud

Keterangan :
image

Pola Sidik Bibir dalam Identifikasi Individu

Sidik bibir dapat digunakan dalam identifikasi individu. Identitas yang mendukung pengidentifikasi dari suatu korban dapat berupa identitas biologis atau non biologis. Identitas non biologis dapat berupa kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, pakaian, dan lain-lain. Identitas biologis dapat berupa tulang belulang, gigi geligi, darah, sidik jari, rambut, profil DNA, dan identitas pada bibir.

Pola sidik bibir bersifat stabil dan tidak mengalami perubahan oleh perbedaan iklim atau adanya penyakit di sekitar mulut. Kondisi bibir dalam keadaan terbuka, tersenyum, dan mengecup tetap menghasilkan pola yang unik pada setiap individu. Hal ini tidak mengalami perubahan walaupun individu mengalami trauma, penyakit, serta perawatan bedah yang bias mengubah bentukm dan warna bibir. Meskipun masih kontroversi, pola sidik bibir masih dapat digunakan sebagai metode alternative identifikasi individu karena polanya sangat unik.

Pola Sidik Bibir dalam Identifikasi Jenis Kelamin

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa pola sidik bibir dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin individu. Pola garis vertikal lebih umum ditemukan pada perempuan dan pola berpotongan lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Identifikasi sidik bibir lebih mudah dilakukan pada kelompok usia 21-40 tahun karena perubahan usia dapat memengaruhi ukuran dan bentuk bibir sehingga dapat mengubah bentuk pola sidik bibir yang dihasilkan.

Tidak ada satupun pola sidik bibir yang memiliki kesamaan, sehingga pengelompokan dapat dilakukan lebih mudah. Variasi juga ditemukan untuk membedakan jenis kelamin.

Pola sidik bibir tipe I merupakan pola sidik bibir yang paling banyak muncul pada kelompok jenis kelamin pria dan tipe IV banyak ditemukan pada jenis kelamin wanita. Pola tipe III paling sedikit muncul pada jenis kelamin wanita, sedangkan pola tipe V paling sedikit dijumpai pada jenis kelamin pria dengan menggunakan klasifikasi Suzuki.

Sumber : Indri Seta Septadina, Identifikasi Individu dan Jenis Kelamin Berdasarkan Pola Sidik Bibir, Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya