Apa yang dimaksud dengan Laba Per Lembar Saham atau Earnings Per Share?

Saham

Laba Per Lembar Saham atau Earning Per Share (EPS) merupakan Informasi penting suatu perusahaan yang menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan.

Apa yang dimaksud dengan Laba Per Lembar Saham atau Earnings Per Share ?

Laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan deviden yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan.

Apabila deviden yang dibayarkan pada setiap lembar saham dibandingkan dengan pendapatan per lembar saham dalam periode yang sama, maka akan diperoleh persentase pembayaran (pay out percentage/deviden payout ratio).

Perhitungan laba per lembar saham yaitu:

1. Laba per saham dasar

Laba per saham dasar adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam suatu periode. Laba bersih residual adalah laba bersih (setelah dikurangi beban pajak, pos luar biasa dan hak pemegang saham minoritas) dikurangi dengan deviden saham utama yang melipuyi:

  1. Deviden saham utama (preferen) bukan kumulatif yang diumumkan pada periode yang bersangkutan

  2. Deviden saham utama (preferen) kumulatif yang terkumulasi pada periode yang bersangkutan, baik deviden tersebut sudah atau belum diumumkan.

    Rumus LPS dasar adalah:

    Laba per saham dasar = Laba bersih - Dividen saham prioritas Rata - rata tertimbang saham yang beredar

Apabila terdapat transaksi yang mengubah jumlah saham biasa, maka jumlah rata-rata tertimbang saham biasa harus disesuaikan. Contoh transaksi yang mengubah jumlah saham biasa adalah:

  1. Pembagian deviden saham biasa dan saham bonus.
  2. Penerbitan hak memesan lebih dulu (rights issue) untuk pemegang saham lama.
  3. Pemecahan saham (stock splits).
  4. Penggabungan saham.

Berikut ini contoh perhitungan LPS dasar.
PT Millenia mempunyai modal saham biasa yang beredar dalam tahun 2005 sebanyak 1.000 lembar. Pendapatan bersih dalam tahun 2005 sebesar Rpl.500.000,-. Semua saham sudah beredar sejak awal tahun 2005 dan tidak ada saham preferen. Pendapatan per lembar saham PT Millenia untuk tahun 2005 sebesar:

Rp1.500.000,00 - 0 / 1.000 lembar = Rp1.500,00

PT Sejahtera mempunyai modal sebagai berikut: Saham biasa (beredar) sebanyak 1.500 lembar. Saham preferen, nominal Rpl.000,- per lembar, beredar sebanyak 500 lembar. Deviden saham preferen sebesar 10%. Pendapatan bersih tahun 2005 sebesar Rp2.000.000,-. Perincian mengenai saham biasa adalah sebagai berikut 1 Januari 2005, beredar 1.000 lembar. 1 Juli 2005, emisi baru sebanyak 500 lembar.

Untuk dapat menghitung laba per lembar saham, pertama kali perlu dihitung rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar. Perhitungan sebagai berikut

image

2. Laba per saham dilusi

Laba per saham dilusi adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek x, berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan.

Perhitungan laba per saham dilusi, laba bersih residual dan jumlah rata- rata tertimbang saham biasa beredar harus disesuaikan dengan memperhitungkan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif. Yang dimaksud dilusi adalah pengurangan terhadap laba perlembar saham yang diakibatkan oleh anggapan bahwa convertible securities sudah ditukarkan atau options dan warrants sudah digunakan atau saham-saham lain sudah dikeluarkan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.

Adapun contoh efek berpotensi saham biasa adalah:

  1. Efek utang (debt security) atau instrumen ekuitas selain saham biasa yang dapat ditukar dengan saham biasa.
  2. Waran atau opsi saham, yaitu instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham biasa dengan harga tertentu dan dalam periode (jangka waktu) tertentu.
  3. Kebijakan kepegawaian yang memberikan hak kepada karyawan untuk menerima saham biasa sebagai bagian dari remunerasi atau hak untuk membeli saham dengan syarat tertentu.
  4. Saham yang akan diterbitkan saat terpenuhinya kondisi-kondisi tertentu yang dimuat dalam suatu perjanjian, seperti kontrak pembelian usaha atau aktiva lain.

Perhitungan laba per saham dilusian pada dasarnya sama dengan perhitungan LPS dasar. Perbedaannya terletak pada hal-hal berikut:

  1. Laba bersih yang diperhitungkan adalah laba bersih residual ditambah deviden dan bunga (dihitung setelah pajak) dan disesuaikan dengan perubahan penghasilan dan beban yang disebabkan konversi efek berpotensi saham biasa.

  2. Jumlah rata-rata saham biasa yang beredar ditambah rata-rata tertimbang saham biasa yang akan beredar dengan asumsi semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif dikonversikan menjadi saham biasa.

Sumber :
Sampoerno Wibowo, S.E.,MSi, Akuntansi Keuangan 2,Politeknik Telkom 2009

Menurut Widoatmodjo (2005) earning per share merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar”.

Menurut Harahap (2007) earning per share digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik perusahaan. Rasio rendah berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan dengan memperhatikan pendapatan-pendapatan yang diperoleh. Rasio tinggi berarti perusahaan sudah mapan.

Sedangkan menurut Hanafi (1996) earning per share perusahaan merupakan salah satu rasio keuangan yang sering digunakan oleh investor untuk menganalisa kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki.

Menurut Tandelin (2001) earning per share merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisa perusahaan, karena informasi earning per share suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham dengan kata lain menggambarkan prospek laba perusahaan di masa mendatang. Besarnya earning per share dapat diketahui dari informasi laporan keuangan.

Semua pengertian di atas memiliki makna yang sama, yaitu menjelaskan bahwa earning per share merupakan laba bersih suatu perusahaan yang akan didistribusikan kepada para pemegang saham. Semakin besar earning per share yang diperoleh suatu perusahaan maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki laba yang tersedia.

Variabel-variabel Pembentuk Earning Per Share

Earning per share dapat diukur dengan menggunakan rumus menurut Widioatmojo (2004), yaitu dengan menggunakan variabel-variabel pembentuk sebagai berikut :

a. Laba Bersih Setelah Pajak

Laba bersih setelah pajak adalah penghasilan bersih yang diperoleh oleh perusahaan baik dari usaha pokok (net operating income) ataupun diluar usaha pokok perusahaan (non operating income) selama satu periode setelah dikurangi pajak penghasilan.

b. Jumlah Saham yang Beredar
Jumlah saham yang beredar adalah jumlah saham yang telah dikeluarkan oleh perusahaan yang dimiliki oleh orang dalam dan investasi publik umum.

Pengertian Earning Per Share (EPS)

Menurut Fabozzi (2001), earning per share adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang dilakukan. Dengan demikian, earning per share merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode waktu tertentu.

Menurut Tandelilin (2010), earning per share adalah laba bersih setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan. Menurut Baridwan (2007), laba bersih per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan.

Tujuan perhitungan earning per share menurut Machfoedz (2000), adalah untuk melihat kemajuan ( progress) dari operasi perusahaan, menentukan harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Selanjutnya Syamsudin (2009) mengatakan bahwa “pada umumnya para pemegang saham tertarik dengan earning per share (EPS) yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan”.

Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai earning per share kecil, maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Earning Per Share dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

EPS = Net Income AfterTax / Number of Common Share Outstanding

Hubungan Harga Saham dengan Earning Per Share

Menurut Weston dan Brigham (2001), salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham ( earning per share ). Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar lembar saham ( earning per share ) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modal yang diinvestasikan para pemegang saham akan memberikan pengaruh positif terhadap harga saham sampai pada batasan dimana laba per lembar saham ( earning per share ) dapat memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada investor. Oleh sebab itu, earning per share menjadi alat ukur yang digunakan oleh para investor untuk memperkirakan kinerja perusahaan di masa depan. Pada umumnya pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share , karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Semakin tinggi profit yang diterima oleh investor akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang cukup baik. Hal ini akan menjadi motivasi bagi investor untuk mau melakukan investasi yang lebih besar lagi yang otomatis akan menaikkan harga saham perusahaan. Jumlah earning per share tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen.

Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham (Darmadji, 2001).