Apa yang dimaksud dengan kurap bersisik atau Tinea Imbrikata?

Tinea Imbrikata

Tinea Imbrikata adalah penyakit yang disebabkan jamur dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa lesi bersisik yang melingkar-lingkar dan gatal. Disebabkan oleh dermatofita T. concentricum.

Apa yang dimaksud dengan kurap bersisik atau Tinea Imbrikata ?

Kurap Bersisik atau Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronis yang disebabkan oleh Trychophyton concentricum dengan gambaran morfologisyang khas, berupa papulo-skuamosa yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran konsentris, sehingga tampak seperti atap genting.

Dermatofitosis didefinisikan sebagai penyakit jaringan mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita.

Penyakit ini biasa disebut kaskado di daerah Papua, kihis di Kalimantan Tengah, chimbere di Bolivia, dan le pita di Pulau Tokelau.

Dermatofit tidak memiliki virulensi khusus. Dermatofit hanya menginvasi bagian luar stratum korneum kulit. Infeksi alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan kulit yang mudah dimasuki dan tinggal di stratum korneum.

Pemakaian bahan tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan keringat, sehingga mengganggu fungsi barrier stratum korneum. Infeksi dimulai dengan terjadinya kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam jaringan keratin mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang berdifusi ke dalam jaringan epidermis dan merusak keratinosit.

Setelah masa inkubasi sekitar 1-3 minggu, respons jaringan terhadap infeksi makin jelas
dan menginvasi bagian perifer kulit. Respons aktif terhadap infeksi akan meningkatkan
proses proliferasi sel epidermis dan menghasilkan skuama. Banyak individu dalam populasi terinfeksi menunjukkan agen T-sel spesifik jamur yang hiporeaktif. Kerentanan terhadap penyakit ini diduga diturunkan secara genetik dengan pola penularan autosomal resesif.

Penularan tinea imbrikata dapat melalui kontak langsung dengan individu atau hewan
terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, alat-alat, dan lain-lain. Pada penelitian
Budimulja, dkk., ditemukan Trichophyton concentricum pada sampel dari tikar tempat tidur penderita.

Manifestasi klinis

Manifestasi klinis penyakit tinea imbrikata bermula dengan makula atau papula kecoklatan yang membesar perlahan-lahan. Sekitar pinggir lesi terbentuk zona kecoklatan, melebar dari tengah lesi ke arah luar. Lapisan stratum korneum bagian tengah terlepas dari dasarnya dengan bagian bebas menghadap sentrum lesi. Proses ini berlangsung terusmenerus, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran konsentris yang tersusun seperti susunan genting dari lesi inisial ada di tengah lesi.

Lingkaran-lingkaran skuama konsentris bila membesar dapat bertemu dengan lingkaran-lingkaran di sebelahnya membentuk pinggiran polisiklik. Skuama dapat padat disertai rasa gatal yang sangat pada permulaan infeksi. Eritema sangat minim sampai tidak ada sama sekali. Bila menjadi kronis, peradangan sangat ringan dan penderita tidak merasa terganggu.

Kurap Bersisik atau Tinea imbrikata
Gambar Skuama halus tersusun konsentris dan plak hiperpigmentasi di regio perut.

Wajah dan kulit kepala dapat terserang penyakit ini, namun rambut bebas dari serangan. Bila lesi kulit menyerang daerah fosa kubiti, dapat terbentuk garis transversal sejajar, menyerupai lesi neurodermatitis diseminata. Infeksi kuku sering terlihat.

Perjalanan penyakit ini berupa timbulnya beruntus-beruntus kemerahan di bagian perutnya yang terasa gatal. Kemudian beruntus-beruntus kemerahan tersebut makin meluas ke dada bagian atas, punggung dan tengkuk, disertai timbulnya sisik-sisik putih yang gatal di bagian tengah beruntus-beruntus di perut. Akhirnya beruntus-beruntus kemerahan meluas hampir ke seluruh tubuh, kecuali wajah, telapak tangan, dan telapak kaki, disertai timbulnya sisik-sisik putih yang gatal di bagian tengah beruntus-beruntus
di dada bagian atas, punggung, dan tengkuk.

Setelah itu, sisik-sisik putih yang terasa gatal meluas hampir di seluruh tubuh pasien, kecuali wajah, telapak tangan, dan telapak kaki. Pasien merasa gatal terutama saat berkeringat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan skuama halus yang tersusun konsentris dan plak hiperpigmentasi hampir di seluruh tubuh, kecuali wajah, telapak tangan, dan telapak kaki.

Pada pemeriksaan mikroskopis tampak hifa tidak rata dan berkelok-kelok dengan spora. miselium yang bercabang menyerupai tanduk rusa, mirip miselium Trichophyton schoenleinii, namun tanpa ujung kepala paku.

Trychophyton concentricum tumbuh lambat pada media agar Sabouraud dekstrosa. Spesies ini baru tumbuh 4-6 minggu, bahkan kadang sampai 8 minggu. Koloni bermula glabrosa dan putih, kemudian menjadi krem, kuning coklat, atau menjadi merah.

Pertumbuhan miselium dapat berupa bulu-bulu halus sampai seperti beludru. Koloni yang tumbuh lambat ini mempunyai diameter 5-20 mm setelah 2 minggu.1,2,6 Pemeriksaan mikroskopis pasien ini dengan pewarnaan KOH 10% yang diambil dari lesi kulit berskuama di abdomen dan lengan mendapatkan hifa panjang, spora, dan epitel.

Kurap Bersisik atau Tinea imbrikata
Gambar Gambaran mikroskopis dengan pewarnaan KOH 10% didapatkan hifa panjang, spora, dan epitel.

Pengobatan

Penyakit ini biasanya berlangsung menahun dan sulit diobati. Terapi topikal biasanya
tidak efektif, kecuali pada lesi soliter baru. Ketokonazol adalah suatu derivat imidazoledioxolane sintetis yang memiliki aktivitas antimikotik poten terhadap dermatofit,
misalnya Trichophyton sp, Epidermophyton sp, Pityrosporum sp, dan juga Candida sp.

Ketokonazol bekerja menghambat enzim sitokrom p450 jamur dengan mengganggu sintesis esgosterol yang merupakan komponen penting membran sel jamur. Efek samping ketokonazol topikal adalah sedikit iritasi dan rasa panas, alergi kulit lokal seperti dermatitis kontak.

Kontraindikasi ketokonazol oral adalah penderita yang hipersensitif terhadap ketokonazol, wanita hamil, dan anak usia di bawah 2 tahun. Ketokonazol 200 mg/hari pada 23 orang pada tahun 1988 di Sulawesi hanya menghasilkan perbaikan klinis pada 3 orang saja.

Griseofulvin 500 mg bentuk micronized dapat efektif, namun angka kekambuhan sangat tinggi. Penyembuhan total pernah dilaporkan dengan dosis total 24 gram yang diberikan selama 18 hari.

Menurut pengalaman Budimulja, pengobatan selama 4 minggu memberikan angka kesembuhan klinis dan mikroskopis 43,5%. Bila pengobatan diteruskan selama 6 minggu, angka ini menjadi 69,9%. Angka kekambuhan setelah 2 bulan adalah 31,2%
dan setelah 5 bulan adalah 33,3% dari kasus yang dapat diperiksa kembali.

Itrakonazol 100 mg/hari selama 4 minggu memberikan angka kesembuhan 89% pada pemeriksaan ulang minggu ke-5. Pada pemeriksaan ulang minggu ke-13 setelah penghentian pengobatan terlihat kekambuhan sebanyak 75%. Itrakonazol mungkin perlu ditingkatkan dosisnya menjadi 200 mg/hari atau dengan dosis denyut (pulsed dose) untuk mencapai angka kekambuhan rendah.

Terbinafine merupakan obat pilihan sampai saat ini. Terbinafine merupakan antifungal yang mempunyai spektrum sempit, yaitu khusus untuk dermatofita. Pemberian terbinafine 250 mg/hari selama 4 minggu memberikan kesembuhan klinis dan mikologis 100% pada minggu ke-5. Kekambuhan pada minggu ke-13 adalah 16,22%.

Sumber :
Reyshiani Johan, Tinea Imbrikata, RSAL dr. Azhar Zahir, Manokwari