Apa yang dimaksud dengan Konseling Kelompok?

Konseling Kelompok

Apa yang dimaksud dengan Konseling Kelompok?

Konseling kelompok adalah proses konseling yang terdiri dari 4-8 konseli yang bertemu dengan 1-2 konselor. Dalam prosesnya, konseling kelompok dapat membicarakan beberapa masalah seperti kemampuan dalam membangun hubungan dan komunikasi, pengembangan harga diri, dan ketrampilan-ketrampilan dalam menghadapi masalah Harrison (dalam Kurnanto,2013).

Dengan demikian, konseling kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada individu-individu yang bermasalah dalam jumlah 4 sampai dengan 8 orang dalam satu kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok dalam pelaksanaannya. Pendapat Harrison di atas dilengkapi oleh Nurihsan (dalam Kurnanto,2013), yang mengatakan bahwa:

“Konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.”

Sehingga, konseling kelompok ini berfokus pada permasalahan- permasalahan yang bersifat individu yang dikemas dalam situasi kelompok yang terkait dengan permasalahan komunikasi, problem solving, harga diri dan pengembangan individual.

Tujuan Layanan Konseling Kelompok


Menurut Winkle (dalam Kurnanto,2013) tujuan konseling kelompok adalah:

  1. Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri. berdasarkan pemahaman diri itu, dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek kognitif dalam pribadinya.

  2. Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan berkomunikasi sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada fase perkembangan mereka.

  3. Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontra antar pribadi di dalam kelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari diluar kehidupan kelompoknya.

  4. Para anggota kelompok menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan penghayatan ini akan lebih membuat mereka lebih sensitif juga terhadap kebutuhan dan perasaan sendiri

  5. Masing-masing anggota kelompokmenetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif

  6. Para anggota kelompok lebih berani melangkah maju dan menerima risiko yang wajar dalam bertindak, dari pada tinggal diam dan tiak berbuat apa-apa.

  7. Para anggota kelompok lebih menyadari dan menghayati makna dan kehidupan manusia

  8. sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan yang akan diterima orang lain.

  9. Masing-masing anggota kelompok semakin menyadari bahwa hal- hal yang memprihatinkan bagi dirinya sendiri kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain. Dengan demikian ia tidak merasa terosolir, atau seolah-olah dialah yang mengalami ini itu.

  10. Para anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota- anggota yang lain secara terbuka, dengan saling menghargai dan menaruh perhatian. Pengalaman bahwa komunikasi demikian akan membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orang-orang yang dekat dikemudian hari.

Bagi konseli, konseling kelompok dapat bermanfaat sekali karena melalui interaksi dengan anggota-anggota kelompok, mereka akan mengembangkan berbagai ketrampilan yang pada intinya 30 meningkatkan rasa percaya diri dan kepercayaan terhadap orang lain. Dalam suasana kelompok mereka lebih mudah membicarakan persoalan-persolan yang mereka hadapi daripada ketika mereka mengikuti sesi konseling individual. Pernyataan ini didukung oleh Prayitno (Prayitno, 2004) yang mengatakan bahwa tujuan layanan konseling kelompok yaitu:

“Terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkahlaku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain yang menjadi peserta layanan”.

Sejalan dengan hal tersebut, konseling kelompok ini sangat membantu siswa dalam memecahkan permasalahan personal yang dialaminya dengan membina hubungan interpersonal dan menciptakan dinamika kelompok yang akan membantu individu mengembangkan dirinya.

Asas – Asas Konseling Kelompok


Dalam pelaksanaan kegiatan konseling kelompok terdapat asas-asas yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan konseling kelompok menurut Prayitno, (Prayitno, 2004) yaitu:

  1. Asas kerahasiaan yaitu para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain.

  2. Asas keterbukaan yaitu para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.

  3. Asas kesukarelaan yaitu semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok.

  4. Asas kenormatifan yaitu semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku.

  5. Asas kegiatan yaitu partisipasi semua anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat sehingga cepat tercapainya tujuan bimbingan kelompok.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan konseling kelompok terdapat asas- asas yang diperlukan untuk melancarkan pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan kegiatan konseling kelompok sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap anggota kelompok menjunjung tinggi asas kerahasiaan terhadap masalah yang dibicarakan dalam kelompok, bersikap terbuka dan sukarela dalam mengemukakan masalahnya, berpartisipasi aktif dalam kegiatan, dan bertindak sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Menghormati satu sama lain dan memanfaatkan dinamika kelompok dalam proses konseling.

Fungsi Layanan Konseling Kelompok


Konseling kelompok mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi layanan kuratif yaitu layanan layanan yang diarahkan untuk mengatasi persoalan yang dialami individu, serta fungsi layanan preventif; yaitu layanan konseling yang diarahkan mencegah terjadinya persoalan pada diri indvidu (Kurnanto,2013). Konseling kelompok bersifat penyembuhan dan pencegahan.

  1. Konseling kelompok bersifat penyembuhan dalam pengertian membantu individu untuk keluar dari persoalan yang dihadapinya dengan cara memberikan kesempatan, dorongan, juga pengarahan kepada indivdu untuk mengubah sikap dan perilakunya agar selaras dengan lingkungannya. Ini artinya, bahwa penyembuhan yang dimaksud disini adalah penyembuhan bukan persepsi individu yang sakit, karena pada prinsipnya, obyek konseling adalah individu yang normal, bukan individu yang sakit secara psikologis.

  2. Konseling kelompok bersifat pencegahan dalam arti bahwa individu yang dibantu mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar di masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain.

Dari kedua fungsi konseling kelompok tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok khusus memiliki fungsi kuratif yaitu untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dan bersifat preventif untuk mencegah terjadinya masalah. Yang pada dasarnya membantu konseli dalam upaya mengentaskan masalah dan mencegah untuk dihadapkan pada masalah.

Menurut Latipun konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feed back) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic).

Menurut George M. Gazda, ia memberikan definisi konseling kelompok, dalam bukunya Group Counseling: A developmental approach dan dikutip oleh Shertzer dan Stone dalam bukunya Fundamentals Of Counseling sebagai berikut; “Konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pemikiran dan perasaan secara leluasa orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai seluruh perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung.

Semua ciri terapuetik itu diciptakan dan dibina dalam suatu kelompok kecil dengan cara mengemukakan kesulitan dan keprihatinan pribadi pada sesama anggota kelompok dan pada konselor. Konseli-konseli atau para klien adalah orang yang pada dasarnya tergolong orang normal, yang menghadapi berbagai masalah yang tidak memerlukan perubahan dalam struktur kepribadian untuk diatasi.

Para konseli ini dapat memanfaatkan suasana komunikasi antar pribadi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup, serta untuk belajar dan/ atau menghilangkan suatu sikap dan perilaku tertentu”.

Menurut W.S. Winkel konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konselor profesional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Di dalam konseling kelompok terdapat dua aspek pokok yaitu aspek proses dan aspek pertemuan tatap muka. Aspek proses dalam konseling kelompok memiliki ciri khas karena proses itu dilalui oleh lebih dari dua orang; demikian pula aspek pertemuan tatap muka karena yang berhadapan muka adalah sejumlah orang yang tergabung dalam kelompok, yang saling memberikan bantuan psikologis.

Konseling kelompok mempunyai unsur terapeutik.Adapun ciri-ciri terapeutik dalam konseling kelompok adalah terdapat hal-hal yang melekat pada interaksi antarpribadi dalam kelompok dan membantu untuk memahami diri dengan lebih baik dan menemukan penyelesaian atas berbagai kesulitan yang dihadapi.

Menurut Erle M. Ohlsen dalam bukunya Group Counseling: interaksi dalam kelompok konseling mengandung banyak unsur terapeutik, yang paling efektif bila seluruh anggota kelompok:

  1. Memandang kelompok bahwa kelompoknya menarik;
  2. Merasa diterima oleh kelompoknya;
  3. Menyadari apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang mereka harapkan dari orang lain;
  4. Merasa sungguh-sungguh terlibat;
  5. Merasa aman sehingga mudah membuka diri;
  6. Menerima tanggung jawab peranannya dalam kelompok;
  7. Bersedia membuka diri dan mengubah diri serta membantu anggota lain untuk berbuat yang sama;
  8. Menghayati partisipasi sebagai bermakna bagi dirinya;
  9. Berkomunikasi sesuai isi hatinya dan berusaha menghayati isi hati orang lain;
  10. Bersedia menerima umpan balik dari orang lain, sehingga lebih mengerti akan kekuatanya dan kelemahannya;
  11. Mengalami rasa tidak puas dengan dirinya sendiri, sehingga mau berubah dan menghadapi tegangan batin yang menyertai suatu proses perubahan diri; dan
  12. Bersedia menaati norma praktis tertentu yang mengatur interaksi dalam kelompok.

Konseling kelompok adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada beberapa individu yang tergabung dalam suatu kelompok kecil dengan mempunyai permasalahan yang sama (disebut klien) dan membutuhkan bantuan yang bermuara pada terselesaikannya masalah yang sedang dihadapi oleh segenap anggota kelompok.

Tujuan Konseling Kelompok


Menurut literatur profesional mengenai konseling kelompok, sebagaimana tampak dalam karya Erle M. Ohlsen (1977) Don C. Dinkmeyer dan James J Muro (1979), serta Gerald Corey (1981) dapat ditemukan sejumlah tujuan umum dari pelayanan bimbingan dalam bentuk konseling kelompok sebagai berikut:

  1. Masing-masing konseli memahami dirinya dengan lebih baik dan menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam kepribadiannya.

  2. Para konseli mengembangkan kemampuan komunikasi satu sama lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka.

  3. Para konseli memperoleh kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontak antarpribadi di dalam kelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari di luar lingkungan kelompoknya.

  4. Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan penghayatan ini akan membuat mereka lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis dan perasaan sendiri.

  5. Masing-masing konseli menetapkan sasaran yang ingin mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.

  6. Para konseli lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan akan diterima oleh orang lain.

    Masing-masing konseli semakin menyadari bahwa hal-hal yang memprihatinkan bagi dirinya kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain. Dengan demikian, dia tidak merasa terisolir lagi, seolah-olah hanya dia yang mengalami ini dan itu.

  7. Para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok secara terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh perhatian. Pengalaman bahwa komunikasi yang demikian dimungkinkan, akan membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orang yang dekat padanya.

Tahapan Konseling Kelompok


Tahapan konseling kelompok menurut model Nixon dan Glover, adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan

Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (working relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah pada penyelesaian masalah.Hal yang paling pokok adalah pembukaan pada awal proses konseling kelompok, bila kelompok saling bertemu untuk pertama kali. Mengingat jumlah pertemuan pasti lebih dari satu kali saja, pertemuan-pertemuan berikutnya juga memakai suatu pembukaan, tetapi caranya akan lain dibanding dengan pembukaan pada waktu saling bertemu untuk pertama kali.

  1. Bila saling bertemu untuk pertama kali, para konseli disambut oleh konselor.
    Kemudian seluruh anggota kelompok saling memperkenalkan diri, dengan
    menyebutkan nama, umur, alamat, kelas, dan program studinya, serta menceritakan sedikit mengenai asal usulnya. Perkenalan ini sedikit banyak berfungsi sebagai basa- basi, supaya para konseli dapat sedikit menyesuaikan diri dengan situasi tegang.

    Kemudian mereka mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh konselor, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas, dan menyatakan kerelaanya untuk mengikuti tatacara yang ditetapkan. Kemudian dilanjutkan konselor yang memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, umur, taraf pendidikan, dan lamanya berpengalaman dilapangan. Serta sedikit menceritakan tentang asal- usulnya.

    Setelah itu dia mempersilakan konseli memperkenalkan diri secara bergiliran. Lalu konselor memberikan rangkaian penjelasan yang diperlukan, dilanjutkan para konseli mengemukakan masalah yang mereka alami dengan materi pokok yang menjadi bahan diskusi.

  2. Bila kelompok bertemu kembali untuk melanjutkan pembicaraan terdahulu, konselor menyambut kedatangan para konseli dan kemudian mengajak untuk melanjutkan diskusi bersama, setelah memberikan ringkasan tentang kemajuan kelompok sampai pada saat tertentu dalam proses konseling.

2. Penjelasan Masalah

Masing-masing konseli mengutarakan masalah yang dihadapi berkaitan dengan materi diskusi, sambil mengungkapkan pikiran dan perasaanya secara bebas. Selama seorang konseli mengungkapkan apa yang dipandangnya perlu dikemukakan, konseli lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan berusaha menghayati ungkapan pikiran dan perasaan temannya.

Mereka dapat menanggapi ungkapan teman dengan memberikan komentar singkat, yang menunjukkan ungkapan itu telah ditangkap dengan tepat. Karena konselor pada akhir pembukaan sudah memberikan kesempatan untuk berbicara menurut selaranya sendiri-sendiri, diharapkan para konseli akan dapat mengatasi rasa ragu-ragu membuka isi hatinya. Sambil seorang konseli mengungkapkan pikiran dan perasaanya, konselor pun ikut mendengarkan dengan seksama, membantu konseli itu untuk mengungkapkan diri dan menunjukkan pemahamannya serta penghayatannya, dengan menggunakan teknik-teknik pemantulan seperti Refleksi Pikiran dan Klarifikasi Perasaan.

Bila mana konseli lain menanggapi ungkapan temannya dengan kata-kata yang kurang memadai, konselor membantu merumuskan dengan lebih tepat, dan meminta umpan balik kepada pembicara apakah memang itulah yang dimaksudkannya. Setelah semua konseli selesai mengungkapkan masalahnya menurut pandangannya sendiri-sendiri, konselor meringkas apa yang dikatan konseli dan mengusulkan suatu perumusan masalah yang umum, yang mencakup semua ungkapan yang telah dikemukakan oleh para konseli. Perumusan umum tersebut ditawarkan kepada kelompok untuk diterima atau diubah seperlunya, sampai anggota menerima perumusan tersebut sebagai konkretisasi dari materi diskusi.

3. Penggalian Latar Belakang Masalah

Fase ini merupakan pelengkap dari fase penjelasan masalah, karena pada fase kedua masalah-masalah yang diungkapkan para klien belum menyajikan gambaran lengkap mengenai kedudukan masalah dalam keseluruhan situasi kehidupan masing- masing klien. Sehingga pada fase ini diperlukan penjelasan lebih detail dan mendalam. Oleh karena itu, masing-masing dalam fase analisis kasus ini menambah ungkapan pikiran dan perasaan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh konselor. Seperti pada fase kedua di atas, para konseli mendengarkan ungkapan yang telah diberikan oleh teman tertentu dan menanggakapi ungkapan tersebut dengan memberikan komentar singkat, yang menunjukkan pemahamannya atau mohon penjelasan lebih lanjut dengan bertanya.

Pada umumnya beberapa ungkapan yang lebih mendalam dan mendetail itu menciptakan suasana keterikatan dan kebersamaan (cohesion), sehingga mereka semakin bersedia untuk mencari penyelesaian bersama atas masalah yang dihadapi bersama. Pada fase terakhir ini, atas petunjuk konselor, para konseli menentukan keadaan diri yang didambakan, yaitu keadaan ideal yang akan ada setelah masalahnya terselesaikan.

4. Penyelesaian Masalah

Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase analisis kasus, konselor dan para konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Kelompok konseli selama ini harus ikut berpikir, memandang, dan mempertimbangkan, namun peranan konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian pemasalahan pada umumnya lebih besar.

Oleh karena itu, para konseli mendengarkan lebih dahulu penjelasan konselor tentang hal-hal apa yang ditinjau dan didiskusikan. Kemudian dimantapkan kembali tujuan yang ingin dicapai bersama, selaras dengan keadaan ideal yang telah dirumuskan pada fase ketiga. Misalnya; “kelompok ingin dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik”. Setelah itu dibahas bersama dengan cara bagaimana tujuan itu dapat dicapai.

Dengan menetapkan sejumlah langkah-langkah untuk mewujudkan keinginan bersama tersebut. Pada fase ini konselor harus mengarahkan arus pembicaraan dalam kelompok, sesuai dengan pendekatan yang telah ditetapkan.

5. Penutup

Bilamana kelompok sudah siap untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan bersama, proses konseling dapat diakhiri dan kelompok dibubarkan pada pertemuan terakhir. Bilamana proses konseling belum selesai, pertemuan yang sedang berlangsung ditutup untuk dilanjutkan pada lain hari:

  1. Bilamana proses konseling sudah akan selesai, para konseli mendengarkan ringkasan yag diberikan oleh konselor tentang jalannya proses konseling dan melengkapinya kalau dianggap perlu.

  2. Bilamana proses konseling belum selesai dan waktu untuk pertemuan kali ini sudah habis, konselor meringkas apa yang sudah dibahas bersama, menunjukkan kemajuan yang telah dicapai, dan memberikan satu-dua pertanyaan untuk dipikirkan selama hari-hari pertemuan berikutnya.

Referensi

http://etheses.uin-malang.ac.id/2122/6/08410135_Bab_2.pdf

konseling, secara etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium“ artinya “dengan” atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti”menyerahkan” atau “menyampaikan” Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut (Berdnard & Fullmer ,1969).

Dengan demikian, bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995).

Bimbingan dan konseling juga merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.

Menurut Prayitno (1995: 61), bimbingan konseling kelompok adalah upaya untuk membimbing kelompok-kelompok siswa agar kelompok itu menjadi besar, kuat, dan mandiri.

Menurut Sukardi (2002: 48), bimbingan konseling kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Bimbingan konseling kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan konseling untuk memberikan bantuan kepada peserta didik/siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak. Kegiatan bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah sama. Penyelesaian tugas bukanlah tujuan kegiatan kelompok, melainkan alat yang merupakan arah dan titik tumpu kehidupan kelompok yang dinamis (Prayitno, 1999).

Manfaat Bimbingan Konseling Kelompok

  1. Memungkinkan adanya layanan untuk semua konseli.

  2. Konseli dilatih menghadapi tugas atau masalah bersama.

  3. Konseli didorong untuk untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain

Menurut Harrison (Kurnanto, 2013) Konseling kelompok adalah konseling yang terdiri dari 4-8 konseli yang bertemu dengan 1-2 konselor yang dalam prosesnya konseling kelompok dapat membicarakan beberapa masalah, seperti kemampuan dalam membangun hubungan komunikasi, pengembangan harga diri dan keterampilan-keterampilan dalam mengatasi masalah.

Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Nurihsan ( Kurnanto, 2013) yang mengatakan bahwa konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Tujuan Konseling Kelompok


Konseling kelompok ditujukan untuk memecahkan masalah klien serta mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Prayitno (2004) tujuan layanan konseling kelompok yaitu:

“Terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individuindividu lain yang menjadi peserta layanan”.

Sementara itu menurut Winkel ( Kurnanto 2013 ), konseling kelompok dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu :

  1. Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri.

  2. Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada fase perkembangan mereka.

  3. Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur dirinya sendiridan mengarahkan hidupnya sendiri.

  4. Para anggota kelompok menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain.

Asas dalam Kegiatan Konseling Kelompok


Menurut Munro, Manthei & Small ( Prayitno, 2004) mengemukakan bahwa kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri merupakan tiga etika dasar konseling.

  1. Kerahasiaan
    Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok.

  2. Kesukarelaan
    Kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konselor. Kesukarelaan terus menerus dibina melalui upaya pemimpin kelompok mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan konsling kelompok

  3. Asas-asas Lain
    Dinamika kelompok dalam layanan konseling kelompok semakin intensif dan efektif apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan asas kegiatan dn keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Asas kekinia memberikan isi actual dalam pembahasan yang dilakukan, anggota kelompok diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlku sekarang ini. Asas kenormatifan dipraktikan berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan bertatakrama dalam kegiatan kelompok, dan dalam mengemas isi bahasan. Sedangkan asas kehlian diperlihatkan oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keeluruhan.

Teknik Dalam Kegiatan Konseling Kelompok


Teknik Umum : Pengembangan Dinamika Kelompok

Secara umum, teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam melaksanakan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok, dalam rangka mencapai tujuan layanan. Teknik-teknik ini secara garis besar meliputi :

  1. Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka.

  2. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, pengembangan argumentasi.

  3. Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktivitas anggota kelompok.

  4. Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan.

  5. Pelatihan untuk membentuk tingkah laku baru yang dikehendaki.

Permainan Kelompok

Dalam melakukan konseling kelompok seringkali dilakukan permainan kelompok, baik sebagai selingan maupun wahana yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif bercirikan :

  1. Sederhana.

  2. Menggembirakan.

  3. Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan.

  4. Meningkatkan keakraban.

  5. Diikuti oleh semua anggota kelompok

Konseling kelompok adalah suatu kegitan layanan yang diberikan dalam suasana kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Didalam kegiatan konseling kelompok ini semua peserta saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran dan lain sebagiannya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri sendiri, peserta yang bersangkutan dan peserta lainnya.

Layanan konseling kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Konseling kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok.

Tujuan Konseling Kelompok

Tujuan layanan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Tujuan teoritis berkaitan dengan tujuan secara umum melalui proses konseling, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok agar masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok lain, sedangkan tujuan operasional disesuaikan dengan harapan siswa dan masalah yang dihadapi siswa.

Tujuan umum dari layanan konseling kelompok dapat ditemukan dalam sejumlah literatur profesional yang mengupas tentang tujuan konseling kelompok, sebagaimana ditulis oleh Corey dalam Wingkel sebagai berikut :

  1. Masing-masing siswa mampu menemukan dirinya dengan memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Berdasarkan pemahaman diri tersebut, siswa rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif kepribadiannya.

  2. Siswa mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara satu siswa dengan siswa yang lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada setiap fase-fase perkembangannya.

  3. Siswa memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri, dimulai dari hubungan antarpribadi di dalam kelompok dan dilanjutkan kemudian dalam kehidupan sehari-hari diluar lingkungan kelompoknya.

  4. Siswa menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu memahami perasaan orang lain. Kepekaan dan pemahaman ini akan membuat para siswa lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis diri sendiri dan orang lain.

  5. Masing-masing siswa menetapkan suatu sasaran yang ingin dicapai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebuh konstruktif.

Fungsi Konseling Kelompok

Menurut Prayitno fungsi utama dari bimbingan dan konseling yang didukung oleh konseling kelompok ada dua, yaitu fungsi pemahaman dan fungsi pengembangan.

  1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

  2. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personal sekolah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Asas-asas Konseling Kelompok

1. Asas Kerahasiaan

Segala sesuatu hal yang dibahas dan muncul dalam kegiatan dinamika kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok itu sendiri dan tidak disebarluaskan diluar kelompok.

2. Asas Kesukarelaan

Yakni kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan anggota kelompok oleh guru konselor (PK). Kesukarelaan dibina melalui upaya PK mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan konseling kelompok. Dengan kesukarelaan itu PK akan dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing-masing untuk mencapai tujuan layanan.

3. Asas Kegiatan dan Keterbukaan

Mereka dituntut secara aktif dan terbuka dalam menampilkan diri tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Dinamika kelompok semakin tinggi dan bervariasi, maka masukan dan sentuhan semakin terasa dinamika kelompok.

4. Asas kekinian

Memberikan pendapat secara aktual dalam pembahasan yang dilakukan. Anggota kelompok diminta untuk mengemukan hal-hal yang telah terjadi dan berlaku saat ini. Sehingga hal-hal yang akan direncanakan akan sesuai dengan kondisi yang ada pada saat ini.

5. Asas Kenormatifan

Asas ini berkenaan dengan tata cara berkomunikasi dan bertatakrama selama masih dalam kegiatan layanan konseling kelompok, dan diperhatikan oleh PK dalam mengelola kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

Pengertian Konseling

Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

Menurut ASCA (American School Counselor Assosiation) Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi masalah – masalahnya.

Konseling Kelompok

a. Menurut Latipun, konseling kelompok adalah salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip – prinsip dinamika kelompok.

b. Menurut Geoge M. Gazda dalam bukunya Group Counseling: A developmental approach dan dikutip ooleh Shertzer dan Stone dalam bukunya Fundamental Of Counseling sebagai berikut :

“Konselingkelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilku yang disadari. Proses itu mengandung ciri – ciri terapeutik seperti pengungkapan pemikiran dan perasaan secara leluasa orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai seluruh perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung. Semua ciri terapeutik itu diciptakan dan dibina dalam suatu kelompok kecil dengan cara mengemukakan kesulitasn dan keprihatinan pribadi pada sesama anggota kelompok dan pada konselor. Konseli – konseli atau para klien adalah orang yang pada dasarnya tergolong orang normal, yang menghadapi berbagai masalah yang tidak memerlukan perubahan dalam struktur kepribadian untuk diatasi. Para konseli ini dapat memanfaatkan suasana komunikasi antarpribadi dalam kelompok untuk menngkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai – nilai kehidupan dan segala tujuan hidup, serta untuk belajar/atau menghilangkan suatu sikap dan perilaku tertentu".

Referensi

http://etheses.uin-malang.ac.id/2122/6/08410135_Bab_2.pdf