Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Pembangunan?

Komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara Quebral (dalam Nasution, 1996)

Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan manusiawi, dan itu berarti komunikasi yang akan menghapuskan kemiskinan, pengangguran, ketidakadilan. Gomez (dalam Nasution, 1996)

Apa yang dimaksud dengan komunikasi pembangunan?

Komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti luas dan arti sempit.

  • Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal-balik) diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara pemerintah dengan masyarakat.

    Dalam hal ini bukan hanya dalam proses pembangunan saja, melainkan dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan itu sendiri. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat luas.

  • Dalam arti sempit, komunikasi pembangunan bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartipasi dalam melakasanakan pembangunan.

Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi pembangunan adalah proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya guna meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan bathiniah yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.

Keberhasilan pembangunan berawal dari adanya komunikasi dalam pembangunan. Komunikasi memiliki peran dalam pelaksanaan pembangunan. Hedebro mengidentifikasi tiga aspek komunikasi dan pembangunan yang berkaitan dengan tingkat analisanya, yaitu :

  1. Pendekatan yang berfokus pada pembangunan suatu bangsa, dan bagaimana media massa dapat menyumbang dalam upaya tersebut. Di sini, politik dan fungsi-fungsi media massa dalam pengertian yang umum merupakan objek studi, sekaligus masalah-masalah yang menyangkut struktur organisasional dan pemilikan, serta kontrol terhadap media. Untuk studi jenis ini, sekarang digunakan istilah kebijakan komunikasi dan merupakan pendekatan yang paling luas dan bersifat general (umum).

  2. Pendekatan yang juga dimaksudkan untuk memahami peranan media massa dalam pembangunan nasional, namun lebih jauh spesifik. Persoalan utama dalam studi ini adalah bagaimana media dapat dipakai secara efisien, untuk mengajarkan pengetahuan tertentu bagi masyarakat suatu bangsa.

  3. Pendekatan yang berorientasi kepada perubahan yang terjadi pada suatu komunitas lokal atau desa. Studi jenis ini mendalami bagaimana aktivitas komunikasi dapat dipakai untuk mempromosikan penerimaan yang luas akan ide-ide dan produk baru.

Dalam pembangunan, komunikasi berperan penting, tidak hanya menginformasikan pembangunan saja, melainkan komunikasi memiliki 12 (dua belas) peranan dalam pembangunan, seperti halnya yang disampaikan Hedebro (1979). Mulai dari komunikasi dapat membentuk iklim perubahan, komunikasi dapat mengajarkan keterampilan, hingga komunikasi dapat mempermudah perencenaan dan implementasi program-program pembangunan.

Tujuan komunikasi pembangunan adalah untuk memajukan pembangunan. Dalam suatu pembangunan,

Sanders meilhat komunikasi dari 4 (empat) perspektif, yaitu komunikasi sebagai proses, metode, program, dan gerakan sosial.

Bentuk Komunikasi Pembangunan

Bentuk komunikasi pembangunan hampir sama dengan dengan bentuk komunikasi pada umumnya. Hanya saja dalam komunikasi pembangunan hanya pada pesan yang disampaikanlah yang membedakannya. Bentuk-bentuk komunikasi antara lain:

1) Komunikasi Persona

Komunikasi persona terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi interpersona (antar pribadi) dan komunikasi intrapesona. Komunikasi interpersona menurut Deddy Mulyana adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.

Bentuk komunikasi interpersonal ini dapat dibedakan menjadi dua; pertama, komunikasi diadik, yaitu komunikasi yang berlangsung antara dua orang. Dan yang kedua adalah komunikasi triadik, yakni komunikasi yang berlangsung antara tiga orang, satu orang sebagai komunikator dan dua orang lainnya sebagai komunikan.

Sedangkan komunikasi intrapersona menurut Ronald L. Applbaum adalah komunikasi yang berlangsung pada diri seorang individu, baik berupa kegiatan berbicara kepada diri sendiri, mengamati, serta memberi makna terhadap lingkungan. Dari segi
psikologis, komunikasi intrapersona meliputi:

  • Aspek Kognitif
    Aspek kognitif ini meliputi sensasi dan persepsi. Sensasi berasal dari kata “sense” yang diartikan alat penginderaan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi merupakan proses penginderaan yang kemudian diubah menjadi bahasa yang dapat diterjemahkan oleh otak. Sedangkan persepi merupakan pengalaman tentang suatu objek, peristiwa, yang diperoleh dan kemudian disimpulkan sehingga membentuk suatu informasi.

  • Aspek Afektif
    Dalam aspek afektif ini terdapat motifasi dan kebutuhan. Motifasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri untuk melakukan sesuatu. Motifasi dapat diterpakan dalam setiap segi kehidupan. Tidak sering manusia termotifasi karena suatu kebuthan. Sedangkan kebutuhan itu merupkan sesuatu hal yang harus terpenuhi oleh manusia itu sendiri. Setiap manusia memiliki kadar kebutuhan yang berbeda-beda. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi: kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, prestasi, dan sebagainya.

  • Aspek Konatif
    Aspek ini berhubungan dengan kecenderungan seorang manusia untuk bertindak, menggambarkan jiwa seseorang yang aktif dan dinamis.

2) Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari 2 orang. Komunikasi kelompok terbagi menjadi komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis.

Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menyampaikan pesan lebih kepada pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, seminar, dialog interaktif. Sedangkan komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada afeksi komunikasn dan prosesnya berlangsung linear. Komunikasi kelompok dapat berupa diskusi panel, simposium, seminar, Brainstroming, general study, komunikasi dalam kelompok kecil ataupun besar.

Kelompok menurut Devito terbagi menjadi 5, kelompok kecil, kelompok nominal, kelompok pengembangan ide, kelompok pengembangan pribadi, dan kelompok pendidikan.

  • Kelompok kecil adalah merupakan sekumpulan perorangan yang relatif kecil, yang masing-masing memiliki hubungan dan beberapa tujuan yang sama.

  • Kelompok nominal merupakan suatu kelompok yang dapat diuraikan dengan cara mengikuti suatu prosedur dalam suatu masalah yang spesifik.

  • Kelompok pengembangan ide merupakan kelompok yang memiliki dua tahap, yaitu tahap sumbang saran dan tahap evaluasi.

  • Kelompok pengembang diri merupakan kelompok yang dibentuk untuk mengubah aspek kepribadian atau perilaku yang mendasar.

  • Kelompok pendidikan merupakan kelompok yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dan keterampilan baru melalui pertukaran pengetahuan.

3) Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Onong Uchjana Effendy, adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio, dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Komunikasi massa ini lebih kepada komunikasi satu arah, sehingga umpan balik secara langsung tidak dapat dirasakan oleh komunikator. Penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Pesan ini mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama apabila didokumentasikan.

Karena komunikannya bersifat massa yang tentunya memiliki kepribadian berbeda-beda, maka sifat pesan yang disampaikan pun lebih bersifat umum, tidak memihak kepada kepentingan pribadi komunikan. Setiap pesan dalam komunikasi massa mengandung citra komunikator, karena dalam pesan tersebut khalayak umum akan juga menilai bagaimanakah komunikator.

Model Desain Strategi Komunikasi Pembangunan

Dalam perkembangannya, perencanaan desain strategi komunikasi pembangunan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Mulai dari yang bersifat top down, bottom up, hingga penguatan saluran komunikasi dialogis. Menarik untuk mengkaji bagaimana perkembangan perencanaan desain strategi pembangunan dan perubahan-perubahan yang dihasilkan dengan pendekatan yang berbeda.

1. Strategy Extentions Campaign

Strategy Extention Campaign (SEC) atau kampanye penyuluhan strategis diperkenalkan pada era 1980 an, adalah metode yang mengutamakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan strategi, sistematika manajemen dan implementasinya di lapangan pada penyuluhan pertanian. Tujuan yang paling mendasar dari SEC adalah menerapkan pendekatan yang menyeluruh, rasional dan pragmatis dalam merencanakan, menerapkan, mengatur, memonitor dan mengevaluasi program penyuluhan pertanian.

Pendekatan dalam SEC adalah formulasi dari berbagai model pendekatan partisipatif yang telah ada sebelumnya, yaitu Advocates a Participatory Planning Approach, Needs-Based and Demand-Driven Oriented, Strategic planning and integrated system approach, Considering human and behavioral dimension, Problem solving orientation, Cost effective multimedia approach, Provides specific extension support materials and training, Built-In process documentation and evaluation procedures, Keseluruhan metode dapat diaplikasikan pada program penyuluhan lainnya, seperti kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.

2. Health Communicaton Strategy

Health communication strategy (HCS) merupakan salah satu varian dari pemasaran sosial di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan bantuan pada ratusan organisasi lokal, regional dan nasional di seluruh dunia yang berusaha untuk meningkatkan kesehatan untuk khalayak tertentu. Health communication strategy difokuskan pada permasalahan kesehatan, namun juga dapat diaplikasikan dalam isu-isu pembangunan lainnya di negara berkembang seperti pada masalah-masalah demokrasi dan pemerintah.

3. Participation Rural Communication Appraisal

PRCA (Participation Rural Communication Appraisal) yang diperkenalkan pada tahun 1994, adalah sebuah metode riset komunikasi yang menggunakan teknik visualisasi, wawancara, dan kelompok kerja yang berbasis lapangan untuk menghasilkan informasi HCS telah mengalami perkembangan sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an yang lebih menekankan model monolog yang direpresentasikan oleh dominasi petugas kesehatan pada pasien, sehingga disebut era medis.

HCS di tahun 2000-an juga mengembangkan strategi komunikasi kesehatan dengan pendekatan participatory communication strategy (PCS) yang menggunakan saluran dan media efektif, komunikasi dialogis antara komunikator/ agen pembangunan dan masyrakat, sharing dan belajar bersama masyarakat dan partisipasi aktif masyarakat yang digunakan untuk merancang program, materi, media dan metode komunikasi yang efektif bagi pembangunan untuk menjamin kesesuaian dan kepemilikan oleh masyarakat.

Pendekatan yang digunakan dalam PRCA merupakan formulasi dari pendekatan- pendekatan partisipatif lainnya, seperti: Pengkajian pedesaan partisipatif (PRA) dan belajar dan bertindak partisipatif (PLA), PRCA meminjam model riset kualitatif dan kuantitatif juga etnografi, PRCA menggabungkan ide-ide dan teknik-teknik dari pendekatan kerangka kerja Logis (LFP), perencanaan proyek berorientasi tujuan (OOPP), serta penelitian periklanan dan pemasaran. Oleh karena itu itu PRCA dapat digunakan dalam berbagai proyek pembangunan. (Anyaegbunam, C. et. al. 2004).

4. Participation communication Strategy Design

Participation communication strategy design (PCSD) adalah desain strategi komunikasi pembangunan yang merupakan lanjutan dari PRCA diperkenalkan pada tahun 2004. Sebagai suatu kelanjutan logis dari PRCA, PCSD menyertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang mungkin mengarahkan pada perencanaan komunikasi efektif dan tindakan untuk meningkatkan mata pencaharian. PCSD focus pada cara-cara berpartisipasi dengan masyarakat, bagaimana menghadirkan permasalahan dan kebutuhan praktis yang diidentifikasi.

Mendesain pesan dan menciptakan tema diskusi sesuai dengan prinsip media komunikasi, materi dan aktivitas-aktivitas pembangunan dan produksi. Desain strategi ini juga menentukan syarat untuk efektifitas penggunaan pendekatan komunikasi, teknik, media, materi, dan metode di antara masyarakat pedesaan. PCSD dapat digunakan pada berbagai proyek pembangunan seperti pertanian, kesehatan, pendidikan, meningkatkan pendapatan, gender, air dan sanitasi, peternakan, dan kemiskinan.

Komunikasi pembangunan mempunyai kajian yang tidak lepas dari usaha penyebaran pesan – pesan (ide, gagasan dan inovasi) kepada sejumlah besar orang. Bagaimana suatu ide, gagasan, atau inovasi pembangunan diperkenalkan, dijelaskan hingga menimbulkan efek tertentu sebagai sesuatu yang bermanfaat. Yang jelas, komunikasi dan pembangunan mempunyai keterkaitan memperbincangkan hal yang sama yaitu tentang dimensi perubahan pada individu dan masyarakat.

Menurut Peterson, komunikasi pembangunan adalah usaha yang terorganisir untuk menggunakan proses komunikasi dan media dalam meningkatkan taraf sosial dan ekonomi yang secara umum berlangsung dalam negara sedang berkembang

Komunikasi pembangunan ada pada segala macam tingkatan, dari seorang petani sampai pejabat pemerintah dan negara, termasuk juga di dalamnya dapat berbentuk pembicaraan kelompok, musyawarah pada lembaga resmi siaran dan lain – lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang diterima oleh masyarakat melalui proses komunikasi.

Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara – negara sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan manusiawi. Komunikasi pembangunan yang diutamakan adalah kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat, bukannya memberikan laporan yang tidak realistik dari fakta – fakta atau sekedar penonjolan diri. Tujuan komunikasi adalah untuk menanamkan gagasan – gagasan, sikap mental, dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara berkembang.

Secara pragmatis dapat dirumuskan bahwa komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara (Harun dan Ardianto,2011).

Berdasarkan pandangan dan kenyataan yang berkembang, menurut beberapa ahli secara umum konsep komunikasi pembangunan dapat dirangkum menjadi dua perspektif pengertian, yakni pengertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti sempit.

  • Pengertian dalam arti luas
    Dalam pengertian yang luas ini, dapat digolongkan berbagai pendekatan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu yang mengupas masalah relasi dan interelasi komunikasi dengan pembangunan. Singkatnya, komunikasi pembangunan dalam arti yang luas meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dan pemerintah, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.

  • Pengertian dalam arti sempit
    Dalam arti sempit, pengertian komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan. Pada konteks ini, komunikasi pembangunan dilihat sebagai rangkaian usaha mengkomunikasikan pembangunan kepada masyarakat, agar mereka ikut serta dalam memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa. Usaha tersebut mencakup studi, analisis, promosi dan evaluasi teknologi komunikasi untuk seluruh sektor pembangunan.

Prinsip – Prinsip Komunikasi Pembangunan


Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya serta dapat menghindarkan kemungkinan – kemungkinan efek yang tidak diinginkan, tentunya harus mempertimbangkan hal – hal yang disorot tadi.

Kesenjangan efek yang ditimbulkan oleh kekeliruan cara – cara komunikasi selama ini, dapat diperkecil bila strategi komunikasi pembangunan dirumuskan sedemikian rupa mencakup prinsip – prinsip sebagai berikut (Harun dan Ardianto, 2011):

  1. Penggunaan pesan yang dirancang khusus (tailored messages) untuk khalayak yang spesifik.
    Misalnya bila hendak menjangkau khalayak miskin, pada perumusan pesan, tingkat bahasa, gaya penyajian dan sebagainya disusun sedemikian rupa agar dapat dimengerti dan serasi dengan kondisi mereka.

  2. Pendekatan ceiling effect yaitu dengan mengkomunikasikan pesan – pesan yang bagi golongan yang tidak setuju, katakanlah golongan atas, merupakan redundansi (tidak lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka) atau kecil manfaatnya, namun tetap berfaedah bagi golongan khalayak yang hendak dijangkau.
    Dengan cara ini, dimaksudkan agar golongan khalayak yang benar – benar berkepentingan tersebut mempunyai kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya, dan dengan demikian diharapkan dapat mempersempit jarak efek komunikasi.

  3. Penggunaan pendekatan narrow casting atau melokalisasi pesan bagi kepentingan khalayak.
    Lokalisasi di sini berarti disesuaikannya penyampaian informasi yang dimaksud dengan situasi kesempatan di mana khalayak yang berada.

  4. Pemanfaatan saluran tradisional yaitu berbagai bentuk pertunjukan rakyat yang sejak lama memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat.

  5. Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang berkekurangan (disadvantage), dan meminta bantuan mereka untuk menolong mengkomunikasikan pesan – pesan pembangunan.

  6. Mengaktifkan keikutsertaan agen – agen perubahan yang berasal dari kalangan masyarakat sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi di kalangan rekan sejawat mereka sendiri.

  7. Diciptakan dan dibina cara – cara atau mekanisme bagi keikutsertaan khalayak sebagai pelaku – pelaku pembangunan itu sendiri, dalam proses pembangunan yaitu sejak tahap perencanaan sampai evaluasinya.

Strategi Komunikasi Pembangunan


Pemilihan strategi komunikasi merupakan hal yang utama dan penting dalam perencanaan pembangunan. Setiap strategi yang berbeda memerlukan penekanan yang berbeda pada proses utamanya, dan pendekatannya pun bisa berbeda bergantung pada situasi dan kondisi.

Menurut Rogers (1976) fungsi komunikasi pada konteks ini dianggap sebagai mekanisme untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan rencana pembangunan. Karena itu pemerintah senantiasa perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efeknya sesuai dengan harapan (Dilla, 2007).

Menurut AED ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama ini yaitu (Harun dan Ardianto, 2011):

  1. Strategi berdasarkan media
    Para komunikator yang menggunakan strategi ini biasanya mengelompokkan kegiatan mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini memang merupakan teknik yang paling mudah, paling populer, dan tentunya yang paling kurang efektif. Strategi media di sini secara tipikal memulai rencananya dengan mempertanyakan “apa yang dapat saya lakukan dengan menggunakan radio?” atau “bagaimana caranya agar saya dapat menggunakan televisi untuk menyampaikan pesan saya?”

  2. Strategi desain instruksional
    Menggunakan strategi ini pada umumnya adalah para pendidik. Mereka memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu – individu yang dituju sebagai suatu sasaran yang fundamental. Strategi kelompok ini, mendasarkan diri pada teori – teori belajar formal dan berfokus pada pendekatan sistem untuk pengembangan bahan – bahan belajar. Berkat keikutsertaan kalangan pendidik tersebut di lapangan kegiatan ini, banyak pemahaman yang diperoleh mengenai evaluasi formatif, uji coba, desain program berjenjang dan sebaginya.

  3. Strategi partisipatori
    Dalam strategi partisipasi ini, prinsip – prinsip penting dalam mengorganisasi kegiatan adalah kerja sama komunitas dan pertumbuhan pribadi. Yang dipentingkan dalam strategi ini bukan pada berapa banyak informasi yang dipelajari seseorang melalui program komunikasi pembangunan, tetapi lebih kepada pengalaman keikutsertaan sebagai seseorang yang sederajat dalam proses berbagai pengetahuan atau keterampilan.

  4. Strategi pemasaran
    Strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang sifatnya paling langsung dan terasa biasa. Contohnya seperti, “kalau anda dapat menjual pasta gigi, mengapa tidak dapat menjual kesehatan, pertanian, dan keluarga berencana ? ”. Itulah prinsip social marketing yang menjadi pegangan strategi ini.

Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dan konteks negara-negara sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan lebih mengutamakan pada kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat, bukannya memberi laporan yang tidak realistik dari fakta-fakta atau sekedar penonjolan diri. Quebral dan Gomez (1976)

Tujuan komunikasi pembangunan adalah untuk menanamkan gagasan-gagasan, sikap mental, dan mengajarkan keterampilan yang di butuhkan oleh suatu negara berkembang. Secara pragmatis, dapatlah dirumuskan bahwa komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara.

Dilla (2007) mengatakan bahwa komunikasi pembangunan dalam arti sempit adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan ketrampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Beberapa pandangan mengenai peran-peran baru komunikasi pembangunan, yaitu : (Dilla, 2007)

1. Komunikasi dan Pembangunan Kapasitas Diri

Rogers (1976) menyarankan bahwa untuk mengatasi permasalah pembangunan yaitu semestinya ide pembangunan tersebut di muali (mulai) dari dalam masyarakat dalam membangun kapasitas dirinya. Yang di maksud kapasitas diri yaitu partisipasi, sosialisasi, mobilisasi, kerjasama, dan tanggung jawab di antara individu-kelompok dalam perencanaan pembangunan.

Havelock (1973) memberikan sebuah pemecahan masalah yang menekankan pada kebutuhan para pengguna dan diagnosa mereka sendiri terhadap permasalahannya.

2. Memanfaatkan Media Rakyat (Folk Media) dalam Pembangunan

Media Rakyat adalah suatu kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu, biasanya mempunyai ragam bentuk seperti teater rakyat, pewayangan, tarian rakyat, balada, dll. Penggunaan media rakyat sebagai media alternative yang relevan bagi pembangunan, didasarkan oleh beberapa alasan, yaitu : Minimnya pengetahuan dan ketrampilan, status sosial ekonomi yang rendah, kemampuan baca tulis yang kurang, mayoritas masyarakat pedesaan irrasional.

Selain itu, penggunaan media rakyat juga mempunyai tujuan yaitu membangun hubungan kedekatan, pengikat/transaksi sosial, pengakuan/penghargaan identitas diri, serta menghilangkan pembatas sistem tradisional dan modern.

3. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Media Rakyat

Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan media rakyat pada pembangunan :

  • Isu krusial yang ada adalah menyisipkan pesan-pesan yang berorientasi pembangunan pada isi sebuah media rakyat.

    Raganath (1980) menyarankan bahwa karakter yang mengikuti setiap bentuk media rakyat harus di dasarkan pada kategori bentuk (audio, visual, audiovisual), isi tematis, fleksibilitas dalam mengakomodasi pesan-pesan pembangunan, dan konteks kebudayaan. Berkaitan dengan fleksibilitas, dapat dikategorikan sebagai media rakyat yang kaku (bersifat ritual dan sangat religius), semi-fleksible (masih memberikan kesempatan yang terbatas untuk menyisipkan pesan asing berdasarkan situasi tertentu), dan fleksible (memberikan kesempatan tanpa batas dalam menyelipkan pesan asing).

  • Isu krusial yang berkaitan dengan integrasi antara media rakyat dan media massa.

4. Menyempitkan Jurang Pemisah Melalui Redundansi

Dapat di buktikan bahwa munculnya kesenjangan pengetahuan dan ketrampilan pada khalayak diakibatkan oleh informasi yang dapat diakses, media pun dapat meningkatkan ketidakseimbangan sosial-ekonomi diantara para audiensinya. Dengan adanya komunikasi pembangunan, maka dapat mempersempit adanya pemisah antara masyarakat yang masih tradisional dan modern.

5. Menanggulangi Bias Pro-Literacy

Beberapa strategi dalam penelitian komunikasi pembangunan tentang cara menaggulangi para audiens illiterate, yaitu dengan mengkomunikasikan melalui kesejahteraan sosial formal dan informal. Adanya biar pro-literacy telah menjadi penghalan terhadap penyebaran informasi pada audiens illiterate dan proliterate.

Strategi komunikasi pembangunan yang berorientasi kepada kebutuhan rakyat perlu mengidentifikasi dan menaggulangi bias pro-literacy sebagai keseluruhan pendekatan pembangunan.

6. Memaksimalkan Peran Komunikator sebagai Agen Pembangunan

Langkah ini ditempuh dengan melibatkan berbagai pihak yang berkompeten dan berkepentingan (stakeholders) sehingga pembangunan dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Melalui agen pembangunan yang berkapabilitas tinggi, akan menyebabkan perbaikan dalam pembangunan tersebut, karena semakin tinggi kompetensi seseorang, maka akan lebih banyak memberikan pengaruh, daripada orang yang mempunyai kompetensi rendah.

7. Menyusun Pesan Berorientasi kepada Audiens

Tugas seorang agen pembangunan yaitu menyampaikan motivasi, agar semua audiens tergerak untuk melakukan pembangunan. Pesan yang di sampaikan kepada audiens harus dapat dipahami bersama dan membangun. Dalam menyampaikan pesan, agen haruslah mengerti keadaan audiens, dan memilih cara yang tepat dalam penyampaian pesan tersebut, agar pesan akan lebih mudah diterima. Sehingga dalam strategi ini benar-benar mementingkan audiens, baik pesan maupun cara penyampaiannya.

8. Memanfaatkan Jasa Teknologi Komunikasi

Saat ini, teknologi telah benar-benar merambah kehidupan masyarakat. Demikian juga perkembangan teknologi seiring dengan dinamika pembangunan. Pemanfaatan jasa teknologi pada perubahan sosial sangat membantu kegiatan komunikasi pembangunan. Penggunaan teknologi tersebut sudah banyak di gunakan, namun dalam pelaksanaannya, harus di imbangi dengan kebijakan local serta kearifan, agar tidak keluar dari batas-batas kebijaksanaan (melupakan Local Wisdom).