Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Instruksional?

komunikasi

Instruksional (dari kata to instruct) mempunyai arti memberikan pengetahuan dalam berbagai bidang atau spesialisasi tertentu atau dapat berarti pula “mendidik bidang pengetahuan tertentu”.

1 Like

image

Menurut Pawit M.Yusup (2010) istilah instruksional berasal dari kata instruction, artinya pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi.

Komunikasi instruksional pada dasarnya mempunyai tujuan untuk memahamkan pihak sasaran (komunikan) dalam hal adanya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang,. Perubahan perilaku yang dimaksud terutama pada aspek kogniti, afeksi, dan psikomotor. ( Pawit M.Yusup, 2010)

Berikut bisa kita perhatikan hubungan komunikasi sebagai urutan instruksional yang disusun oleh Hurt, Scott dan mcCroscey (Pawit M.Yusup, 2010) yang ada di gambar sebagai berikut.

image
Gambar Rangkaian Instruksional (Pawit M.Yusup, 2010)

Menurut Hurt, Scott, dan Croscey (Pawit M.Yusup, 2010), proses instruksional sebenarnya bisa dibagi ke dalam seperangkat langkah terstruktur yang terdiri dari spesifikasi isi dan tujuan atau sasaran, penaksiran perilaku mula, penetapan strategi, organisasi satuan–satuan instruksional, dan umpan balik.

  1. Spesifikasi isi dan tujuan instruksional
    Komponen-komponen komunikasi berupa penambahan informasi, penyandian, dan penafsiran atau pembacaan sandi. Informasi yang disampaikan secara oral oleh pengajar atau instruktur selalu ditafsirkan persis sama oleh sasaran (komunikasi) seperti apa yang dimaksudkannya. Akibatnya, sasaran bisa gagal memola perilakunya sesuai dengan harapan komunikator atau pengajar.

    Untuk menghindari hal tersebut, caranya antara lain ialah dengan mengkhususkan isi dan tujuan–tujuan instruksionalnya. Terutama hal ini ditulis dalam kerangka persiapan komunikator sebelum melaksanakan tugasnya di lapangan. Bila lebih banyak rincian informasi yang disampaikan untuk suatu isi, diharapkan akan menjadi lebih jelas apa yang dimaksudkannya.

  2. Penaksiran perilaku awal (assessment of entering behavior)
    Komponen komunikasinya berupa faktor manusia, umpan balik, dan penyandian. Pertama, sebelum menilai melaksanakan kegiatan instruksional, perkiraan mula yang perlu diperhatikan ialah mencoba memahami situasi dan kondisi sasaran termasuk kemampuan awal yang telah dimilikinya. Hal ini karena ia diperlukan untuk tindakan selanjutnya. Selain hal itu, hal ini juga berkaitan dengan “…perilaku komunikasi kita sebagai komunikator kepada orang lain sering dipengaruhi oleh apa yang kita ketahui tentang mereka” (Pawit M.Yusup, 2010).

    Semakin banyak kita mengenali kondisi mereka, semakin besar kemungkinan perilaku komunikasi kita sesuai dengan harapan. Dengan begitu, segala sesuatu tentang sasaran bisa diketahui sejak awal, dan proses instruksional yang kita kehendaki pun bisa berjalan dengan lancar.

  3. Penetapan strategi instruksional
    Komponen komunikasinya berupa penggunaan saluran. Strategi apa yang akan digunakan oleh komunikator dalam suatu kegiatan instruksional banyak ditentukan oleh situasi dan kondisi di lapangan. Namun, penetapannya bisa dipilih dengan cara bertanya kepada diri sendiri sebagai seorang komunikator yang akan bertugas.

    Contohnya bagaimanakah seharusnya saya berkomunikasi dengan mereka? Apakah akan menggunakan strategi ekspositori atau inkuiri?

    • Strategi ekspositori. Strategi yang berkenaan dengan pemaparan, penjelasan, atau penguraian dengan didukung oleh bermacam sumber informasi pendukung seperti buku, majalah, film dan sumber-sumber informasi lainnya. Dengan pemaparan yang sistematis, efek komunikasi dengan menggunakan strategi ini bisa lebih meresap diterima sasaran.

    • Strategi inkuiri (inquiry) atau strategi penemuan (discovery). Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan alat-alat dan sarana tertentu sebagai percobaan dengan tujuan untuk menemukan suatu kesimpulan berdasarkan hasil percobaan atau penelitian tadi. Untuk pelaksaannya perlu disesuaikan dengan isi dan tujuan instruksional yang telah ditetapkan supaya segala kegiatannya bisa terarah dan terkendali (Pawit M.Yusup, 2010).

  4. Organisasi satuan-satuan instruksional
    Komponen komunikasinya berupa pesan, penyandian, dan pengertian sandi. Pengelolaan satuan-satuan instruksional banyak tergantung pada isi yang akan disampaikan. Informasi yang akan disampaikan itu harus dipecah ke dalam unit-unit kecil dengan sistematika yang berurutan.

    Pesan-pesan informasi dikelompok-kelompokkan sehingga tersusun secara runtut dan hierarkis. Penyajian pun harus runtut dan tidak boleh melompat, di mulai dari yang sederhana, terus lebih spesifik, dan dilanjutkan kepada yang kompleks. Disamping harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan, juga yang terpenting harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi kemampuan sasaran yang telah diketahui sebelumnya.

  5. Umpan balik
    Umpan balik mempunyai arti yang sangat penting dalam setiap proses instruksional, karena melalui umpan balik ini kegiatan instruksional bisa dinilai, apakah berhasil atau sebaliknya. Umpan balik ini juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengetahui seberapa jauh strategi komunikasi yang dijalankan busa mempunyai efek yang jelas.

    Hal terpenting ialah, dengan adanya umpan balik ini, penguasaan materi yang sudah direncanakan sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional bisa diketahui dengan baik.

Komunikasi instruksional berarti komunikasi dalam bidang instruksional. Istilah instruksional berasal dari kata instruction. Ini bisa berarti pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Di dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak diartikan perintah, tetapi pengajaran dan atau pelajaran, atau lebih dikenal dengan nama pembelajaran. Di dalam dunia pendidikan sekarang, istilah pengajaran ataupun pelajaran mempunyai makna yang berbeda meskipun kedua istilah tersebut berasal dari kata yang sama: instruction.

Komunikasi dalam sistem instruksional ini kedudukannya dikembalikan kepada fungsinya
yang asal, yaitu sebagai alat untuk mengubah perilaku sasaran (edukatif). Proses komunikasi diciptakan secara wajar, akrab, dan terbuka dengan ditunjang oleh faktor-faktor pendukung lainnya, baik sebagai sarana maupun sebagai fasilitas lain, dengan tujuan supaya mempunyai efek perubahan perilaku pada pihak sasaran.

Kegiatan instruksional bisa berhasil dengan efektif hanya apabila komunikasi bisa berjalan atau berproses dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan instruksional pada zaman informasi ini mendapat perhatian yang lebih dititikberatkan pada unsur sasaran didik dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber informasi edukatif (sumber-sumber belajar) yang ada, bukannya lebih banyak ditentukan oleh faktor guru dan para pendidik lainnya.

Komunikasi merupakan proses “berputarnya” pesan-pesan informasi. Efek sentuhannya tadi menimbulkan berbagai perubahan. Perubahan- perubahan yang diharapkan ini bertumpu pada tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan (kognitif, afektif, dan psikomotor). Perubahan perilaku yang demikian inilah yang dalam dunia pendidikan disebut belajar. Perubahan ini terjadi pada seseorang atau individu akibat pengaruh dari pengalaman-pengalaman selama hidupnya. Perubahan ini juga bersifat permanen dan berkelanjutan sepanjang hayatnya, tetapi bukan perubahan akibat kedewasaan (Hilgar dan Bower, 1981, dalam Yusuf, 1990).

Menurut Hart, Scott, dan McCroskey (1978, dalam Yusuf 1990), proses instruksional sebenarnya bisa dibagi ke dalam seperangkat langkah berurutan sebagai berikut:

1. Spesifikasi Isi dan Tujuan Instruksional

Variabel-variabel komunikasinya ialah penambahan informasi, penyandian, dan penafsiran atau pembacaan sandi. Informasi yang disampaikan secara oral oleh pengajar atau instruktur tidak selalu ditafsirkan persis sama oleh sasaran (komunikan) seperti apa yang dimaksudkannya. Akibatnya, sasaran bisa gagal memola perilakunya sesuai dengan harapan komunikator atau pengajar. Untuk menghindari hal tersebut caranya, antara lain, ialah dengan mengkhususkan isi dan tujuan-tujuan instruksionalnya. Terutama hal ini ditulis dalam kerangka persiapan komunikator sebelum melaksanakan tugasnya. Bila lebih banyak rincian informasi yang disampaikan untuk suatu isi, diharapkan akan menjadi lebih jelas apa yang dimaksudkannya.

2. Penafsiran Perilaku Mula (assessment of entering behaviors)

Variabel-variabel komunikasinya adalah faktor manusia, umpan balik, dan penyandian. Sebelum mulai melaksanakan kegiatan instruksional, perkiraan mula yang perlu diperhatikan ialah mencoba memahami situasi dan kondisi sasaran, termasuk kemampuan awal yang telah dimilikinya.

3. Penetapan Strategi Instruksional

Variabel komunikasinya ialah penggunaan saluran. Strategi apa yang akan digunakan oleh komunikator dalam suatu kegiatan instruksional banyak ditentukan oleh situasi dan kondisi medan. Istilah strategi berarti rencana yang menyeluruh untuk mencapai target, meskipun tidak ada jaminan akan keberhasilannya. (Yusuf, 1990) istilah strategi sering dikaitkan dengan istilah metode. Namun dalam kaitan dunia instruksional, strategi mempunyai arti yang lebih luas daripada metode.

Strategi instruksional adalah pendekatan menyeluruh atas proses belajar dan mengajar dalam sistem instruksional. Ia merupakan perencanaan penuh perhitungan yang kemungkinan- kemungkinan kegiatannya yang bakal ditempuh dalam pelaksanaan nanti dirinci dengan sadar.

Upaya-upaya atau kegiatan lanjut dari strategi ini adalah metode, teknik, dan taktik. Ketiga istilah terakhir ini mempunyai arti penjabaran yang lebih operasional daripada strategi. Kegiatan-kegiatan yang bias dikelompokkan ke dalam strategi instruksional pada kasus pengajaran, antara lain kegiatan penugasan yang dilakukan oleh instruktur kepada sasarannya untuk mempelajari sumber-sumber bahan yang ditunjuk, dan kegiatan lain yang menyangkut tugas-tugas instruksional yang resmi dari dosen. Sementara itu, metode yang digunakan bisa bermacam-macam. Misalnya diskusi, ceramah atau kuliah, atau tanya-jawab.

4. Organisasi Satuan-Satuan Acara Instruksional

Variabel komunikasinya ialah pesan, penyandian, dan pengartian sandi. Pengelolaan satuan-satuan acara instruksional banyak bergantung pada isi yang akan disampaikan. Satuan acara instruksional (SAI) merupakan pola persiapan untuk kegiatan instruksional, bergantung pada konteks mana pola itu diperuntukkan. Manfaat SAI yang terpenting adalah sebagai bahan pedoman bagi seorang komunikator dalam melakukan kegiatannya mengomunikasikan ide atau gagasannya kepada sasaran.

Secara ringkas, pembuatan SAI dapat menganut berbagai cara, baik berupa topik-topik yang diuraikan maupun berupa kolom-kolom yang perlu diisi sesuai dengan item yang disediakan. Umumnya, butir-butir yang termuat dalam SAI terdiri dari bidang ilmu, subbidang ilmu, topik atau pokok bahasan, sasaran, TIU, TIK, pokok-pokok materi, media yang digunakan, waktu yang disediakan, evaluasi, dan buku sumber referensi.

5. Umpan Balik

Umpan balik mempunyai arti yang sangat penting dalam setiap proses instruksional karena melalui umpan balik ini kegiatan instruksional akan dapat dinilai, apakah berhasil atau sebaliknya. Umpan balik ini juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana strategi komunikasi yang dijalankan bisa mempunyai efek yang jelas. Yang terpenting ialah, dengan adanya umpan balik ini, penguasaan materi yang sudah direncanakan sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional yang bisa diketahui dengan baik.

Wiener dalam Fisher (1986) menyatakan bahwa umpan balik adalah metode pengendalian suatu sistem dengan jalan memasukkan kembali ke dalamnya hasil pelaksanaan yang lalu. Konsep dasar umpan balik adalah sebagai kontrol terhadap proses komunikasi yang berlangsung. Artinya, keluaran suatu sistem “dibalikkan lagi” ke dalam sistem sebagai masukan tambahan, yang bertindak mengatur keluaran lebih lanjut.