Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Dua Tahap?

komunikasi dua tahap

Model komunikasi dua-tahap merupakan salah satu model komunikasi massa, teori komunikasi massa, dan teori efek media massa yang lahir sebagai respon terhadap model komunikasi satu-tahap atau model peluru atau teori jarum hipodermik. Model komunikasi satu-tahap menyatakan bahwa khalayak secara langsung dipengaruhi oleh media massa. Sebaliknya, model komunikasi dua-tahap menyatakan bahwa sebagian besar khalayak membentuk pendapat mereka karena pengaruh pemuka pendapat yang sebelumnya dipengaruhi oleh media massa. Karena itulah, beberapa ahli juga menempatkan model komunikasi dua-tahap sebagai salah satu perspektif komunikasi pada opini publik yang mengacu pada perkembangan teori efek komunikasi dalam komunikasi massa.

Two step flow model of communication (model komunikasi bertahap dua) menjelaskan tentang proses pengaruh penyebaran informasi melalui media massa kepada khalayak. Model ini digagas oleh Katz dan Lazarsfeld.

Menurut model ini, penyebaran dan pengaruh informasi yang disampaikan melalui media massa kepada khalayaknya tidak terjadi secara langsung (satu tahap), melainkan melalui perantara seperti misalnya “pemuka pendapat‟ (opinion leaders).

Dengan demikian proses pengaruh penyebaran informasi melalui media massa terjadi dalam dua tahap:

  • Pertama, informasi mengalir dan media massa ke para pemuka pendapat (opinion leaders);
  • Kedua, pemuka pendapat meneruskan informasi (opini) tersebut ke sejumlah orang yang menjadi pengikutnya.

Asumsi-asumsi yang melatarbelakangi model komunikasi dua tahap ini adalah :

  1. Warga masyarakat pada dasarnya tidak hidup secara terisolasi, melainkan aktif berinteraksi satu sama lainnya, dan menjadi anggota dari satu atau beberapa kelompok sosial.
  2. Tanggapan dan reaksi terhadap pesan-pesan media massa tidak terjadi secara Iangsung dan segera, tetapi melalui perantara yakni hubungan-hubungan sosial.
  3. Para pemuka pendapat umumnya merupakan sekelompok orang yang aktif menggunakan media massa serta berperan sebagai sumber dan rujukan informasi yang berpengaruh.

Studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa di kebanyakan negara berkembang (termasuk Indonesia), proses penyebaran informasi melalui media massa ke khalayak luas memang cenderung mengikuti pola “komunikasi dua tahap”. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, para ahli menemukan bahwa terdapat variasi dalam proses penyebaran informasi.

Pola penyebaran informasi tidak selamanya berjalan secara dua tahap, tetapi dapat juga hanya satu tahap, atau lebih dan dua tahap, tergantung dan kondisi individu khalayaknya. Model ini kemudian disebut sebagai multi step flow communications atau komunikasi banyak tahap (Schramm, 1973).

Bagi kebanyakan orang di kota-kota besar dan berlatar belakang sosial dan ekonomi relatif tinggi, penyebaran informasi dan media massa kepada mereka umumnya berjalan secara langsung (satu tahap). Sementara bagi orang-orang yang berada di daerah pedesaan dengan latar belakang sosial dan ekonomi yang relatif rendah, proses penyebaran informasi dan media massa tidak berjalan secara langsung, tetapi mengalami beberapa tahap.

Misalnya dari media massa, kepada teman dan tetangga yang punya akses terhadap media, baru kepada dirinya, kemudian dikonfirmasikan kepada pemuka pendapat. Atau, dan media massa, ke pemuka pendapat, kepada teman atau tetangga, baru ke dirinya. Dengan demikian, dalam hal pengaruh penyebaran informasi melalui media massa banyak faktor yang menjadi “perantara” (intervening variables).

Sumber : S.Djuarsa Sendjaja,Ph.D, “Pengantar Ilmu Komunikasi”

Suatu studi klasik menyimpulkan bahwa pesan dari media massa biasanya mengalir melalui opinion leader yang kemudian menuju ke message. Studi ini disebut juga teori two-step flow of communication, dimana opinion leader merupakan penerima langsung informasi dari sumber media massa impersonal yang kemudian mentransfer dan menerjemahkan ke masyarakat. Teori ini memandang opinion leader sebagai middleman antara informasi impersonal dan masyarakat.

Ide utama dari teori ini adalah dimana interaksi sosial antara masyarakat memainkan peranan penting karena disanalah informasi diteruskan dan perilaku dirangasang. Teori ini menolah anggapan bahwa hanya media massa yang memberi pengaruh terhadap tingkut penjualan suatu produk. Teori ini membuka pandangan para pemasar tentang bagaimana arus informasi mengalir ke masyarakat, tetapi teori ini tidak secara akurat menggambarkan aliran informasi dan pengaruhnya.

Kekurangan dari teori Two step flow adalah:

  • Media massa menyampaikan pesan kepada opinion leader maupun opinion receiver, tetapi opinion receiver lebih banyak dipengaruhi oleh opinion leader dari pada media massa.
  • Tidak semua komunikasi impersonal dilakukan oleh opinion leader kepada opinion receiver. Lebih sering opinion receiver yang meminta pendapat opinion leader mengenai suatu produk atau jasa.
  • Mereka yang menerima informasi dan saran dari orang lain biasanya meneruskanya kepada orang lain. Sedangkan orang yang tidak menerima informasi atau saran sama sekali tidak akan meneruskan apa apa.
  • Opinion leader lebih sering menerima dan mencari saran dari orang lain dibanding non leaders.

Model Komunikasi satu tahap (One Step Flow Model)

Model komunikasi satu tahap ini menyatakan bahwa saluran media massa berkomunikasi langsung dengan assa komunikan tanpa berlalunya suatu pesan melalui orang lain, tetapi pesan tersebut tidak mencapai semua komuikan dan tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan.
Model komunikasi satu tahap adalah model jarum hipodermik yang dimurnikan, model mana letak kita bicarakan dimuka. Tetapi model satu tahap mengakui bahwa :

  1. Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat.
  2. Aspek pilihan dari penampilan, penerimaan, dan penahanan dalam ingatan yang selektif mempengaruhi suatu pesan.
  3. untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda.

Selanjutnya model satu tahap memberi keleluasaan kepada saluran komunikasi massa untuk memancarkan efek komunikasi secara langsung.

Model Komunikasi dua Tahap (two step flow model)

Konsep komunikasi dua tahap ini berasal dari lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet (1948) yang berdasarkan penelitiannya manyatakan bahwa idea-idea sering kali datang dari radio dan surat kabar yang ditangkap oleh pemuka pendapat (opinion leaders) dan dari mereka ini berlaku menuju penduduk yang kurang giat. Tahap pertama adalah dari sumbernya, yakni komunikator dari pemuka pendapat kepada pengikut-pengikutnya, yang juga menyangkut penyebaran pengaruh.

Model dua tahap ini menyebabkan kita menaruh perhatian kepada peranan media massa dan komunikasi antarpribadi. Berlainan dengan model jarum hipodermik yang beranggapan, bahwa massa merupakan tubuh besar yang terdiri dari orang-orang yang tak berhubungan tetapi berkaitan kepada media, maka model dua tahap meliat massa sebagai perorangan yang berinteraksi. Ini menyebabkan penduduk terbawa kembali ke komunikasi massa.

Penelitian terhadap model ini selain menimbulkan keuntungan, juga telah menjumpai kekurangan. Pada dasarnya model ini tidak memberikan penjelasan yang cukup. Apa yang diketahui tentang proses komunikasi massa ternyata terlalu mendetail untuk diterangkan dengan satu kalimat saja meskipu demikian, dari penelitian komunikasi timbul dua keuntungan dari hipotesis dua tahap tersebut,

  1. Suatu pemusatan kegiatan terhadap kepemimpinan opini dalam komunikasi massa.
  2. Beberapa perbaikan dari komunikasi dua tahap, seperti komunikasi dua tahap dan komunikasi tahap ganda.

Model Komunikasi Tahap Ganda (Multi Step Flow Model)

Model ini menggabungkan semua model yang telah dibicarakan terlebih dahulu. Model banyak tahap ini didasrkan pada fungsi penyebaran yang berurutan yang terjadi pada kebanyakan situasi komunikasi. Ini tidak mencakup jumlah tahap secara khusus, juga tidak khusus bahwa suatu pesan harus berlangsung dari komunikator melalui saluran media massa.

Model ini menyatakan bahwa bagi lajunya komunikasi dari komunikaator kepada komunikan terdapat jumlah “relay” yang berganti-ganti. Beberapa komunikan menerima pesan langsung melalui saluran dari komuikator yang lainnya terpindahkan dari sumbernya beberapa kali.

Jumlah tahap yang pasti dalam proses ini bergantung pada maksud tujuan komunikator, tersedianya media massa dengan kemampuannya untukk menyebarkannya, sifat dari pesan, dan nilai pentingnya pesan bagi komunikan.