Apa yang dimaksud dengan Kolesistitis?

Kolesistitis

Kolesistitis adalah gejala peradangan (inflamasi) kantung empedu dengan berbagai penyebab.

Jenis

  • Kolesistitis kronis
    Bagian dari kolesistitis yang terjadi biasanya terhubung dengan kandung empedu. Biasanya serangan pada kolesistitis kronis lebih ringan dibandingkan kolesistitis akut. Penyakit ini dapat berupa ulkus peptikum dan esofagitis peptikum. Penyakit ini memiliki risiko untuk salah dikenali sebagai penyakit iskemia miokard yang terjadi pada jantung apabila letak rasa nyeri tinggi.

  • Kolesistitis tanpa batu akut
    Penyakit ini bersifat jarang terjadi pada anak-anak, dan biasanya disebabkan oleh infeksi. Infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang umumnya menyerang adalah Streptococcus kelompok A dan B, serta bakteri-bakteri Gram negatif, seperti Salmonella dan Leptospira interrogans. Infeksi parasit lainnya seperti oleh cacing askaris atau Giardia lamblia juga ditemukan. Gejala klinis dari penyakit ini adalah rasa nyeri pada daerah kanan atas suatu epigastrium. Gejala seperti mual, muntah, dan demam juga lazim ditemui. Bagian kanan atas daerah perut akan mengeras dan ada tekanan. Jika diperiksa dengan ultrasonografi, maka akan terlihat kantung empedu membesar dan dindingnya menebal. Jika diperiksa dengan uji biokimia, maka aktivitas enzim alkali fosfatase dan kadar bilirubin akan meningkat.

Apa yang dimaksud dengan Kolesistitis ?

Kolesistitis

Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut atau kronis dinding kandung empedu. Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan Kolesistitis akut:

  1. Demam

  2. Kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan teralihkan ke bawah angulus scapula dexter, bahu kanan atau yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri angina pektoris, berlangsung 30-60 menit tanpa peredaan, berbeda dengan spasme yang cuma berlangsung singkat pada kolik bilier.

  3. Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau makanan berlemak di malam hari.

  4. Flatulens dan mual

Kolesistitis kronik

  1. Gangguan pencernaan menahun
  2. Serangan berulang namun tidak mencolok.
  3. Mual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak
  4. Nyeri perut yang tidak jelas disertai dengan sendawa.

Faktor Risiko

  1. Wanita
  2. Usia >40 tahun
  3. Sering mengkonsumsi makanan berlemak
  4. Adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya.

Hasil Pemeriksaan dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

  1. Ikterik bila penyebab adanya batu di saluran empedu ekstrahepatik
  2. Teraba massa kandung empedu
  3. Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal, tanda Murphy positif

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah menunjukkan adanya leukositosis

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

Diagnosis Banding
Angina pektoris, Apendisitis akut, Ulkus peptikum perforasi, Pankreatitis akut

Komplikasi
Gangren atau empiema kandung empedu, Perforasi kandung empedu, Peritonitis umum, Abses hepar

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Tirah baring
  2. Puasa
  3. Pemasangan infus
  4. Pemberian anti nyeri dan anti mual
  5. Pemberian antibiotik:
    • Golongan penisilin: Ampisilin injeksi 500mg/6jam dan Amoksilin 500mg/8jam IV, atau
    • Sefalosporin: Seftriakson 1 gram/ 12 jam, Sefotaksim 1 gram/8jam, atau
    • Metronidazol 500mg/8jam

Konseling dan Edukasi
Keluarga diminta untuk mendukung pasien untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan.

Rencana Tindak Lanjut

  1. Pada pasien yang pernah mengalami serangan kolesistitis akut dan kandung empedunya belum diangkat kemudian mengurangi asupan lemak dan menurunkan berat badannya harus dilihat apakah terjadi kolesistitis akut berulang.
  2. Perlu dilihat ada tidak indikasi untuk dilakukan pembedahan.

Kriteria rujukan
Pasien yang telah terdiagnosis kolesistitis dirujuk ke layanan sekunder (spesialis penyakit dalam) sedangkan bila terdapat indikasi untuk pembedahan pasien dirujuk pula ke spesialis bedah.

Peralatan
Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin

Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam, tergantung komplikasi dan beratnya penyakit.

Referensi

  1. Soewondo, P. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke 4. Jakarta: FK UI. 2006…
  2. Panduan Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. 2004