Apa yang dimaksud dengan Kognitif?

Kognitif

Mayers menjelaskan bahwa kognisi merupakan kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindakberdasarkan penggambaran ini.

Apa yang dimaksud dengan Kognitif ?

Pengertian Kognitif


Istilah cognitive berasal dari kata cognition , yang berarti knowing atau mengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan pengunaan pengetahuan. Secara sederhana, dapat dipahami bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir lebih kompleks, serta kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu ranah psikologis manusia meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pengolahan informasi, pemecahan masalah dan keyakinan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih utuh, berikut kami kutip beberapa pendapat ahli.

Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy karyanya, kognisi adalah konsep umum yang mencakup seluruh bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, menilai, memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga, dan menilai. Sedangkan menurut Mayers menjelaskan bahwa kognisi merupakan kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindakberdasarkan penggambaran ini. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognisi adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan.

Tahap – tahap Perkembangan Kognitif


Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak, Jean Pieget mengklasifikasikan perkembangan kognnitif anak menjadi 4 tahap, antara lain,:

  • Tahap Sensory Motor ( berkisar antara usia sejak lahir sampai 2 tahun) Gambarannya, bayi bergerak dari pergerkan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis.

  • Tahap Pre-Operational (berkisar antara 2-7 tahun) Gambarannya, anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. (kata dan gambar menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis)

  • Tahap Concrete Operarational (berkisar antara 7-11 tahun) Gambarannya, anak dapat berpikir secara logis mengenai hal yag konkret dan mengklasifikasikan benda kedalam bentuk yang berbeda.

  • Tahap Formal Operational (berkisar antara 11-15 tahun) Gambarannya, remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan idealistis.

Faktor – faktor Penunjang Perkembangan Kognitif


Berdasarkan hasil studi Piaget, terdapat lima faktor yang mempengaruhi seseorang pindah tahap perkembangan intelektualnya. Kelima faktor itu adalah: kematangan ( maturation ), pengalaman fisik (physical experience), pengalaman logika matematika ( logico-methematical experience ), transmisi sosial ( social transmission ), dan ekuilibrasi ( equilibration ). Berikut penjelasanya :

  • Kematangan yaitu proses perubahan fisiologis dan anatomis, proses pertumbuhan tubuh, sel-sel otak, sistem saraf dan manifestasi lainnya yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Kematangan mempunyai peran yang penting dalam perkembangan intelektual. Hal ini ditunjukkan oleh hasil beberapa penelitian yang membuktikan adanya perbedaan ratarata usia anak pada tahap perkembangan yang sama pada satu masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda.

  • Pengalaman fisik yaitu pengalaman yang melibatkan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik, memanipulasi obyek-obyek di sekitarnya dan membuat abstraksi dari obyek tersebut. Melalui pengalaman fisik akan terbentuk pengetahuan fisik dalam diri individu, karena pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada “di luar” dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal. Salah satu perkembangan fisik yang mempengaruhi perkembangan kognitif adalah perkembangan otak Otak berkembang paling pesat pada masa bayi. Pada masa kanak-kanak otak tidak bertumbuh dan berkembang sepesat masa bayi. Pada masa awal kanak-kanak, perkembangan otak dan sistem syaraf berkelanjutan. Otak dan kepala bertumbuh lebih pesat daripada bagian tubuh lainnya. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan dengan kesempatan untuk mengalami suatu pengalaman melalui rangsangan dari lingkungan menjadi sumbangan terbesar bagi lahirnya kemampuan-kemampuan kognitif pada anak. Artinya, perkembangan kognitif menjadi optimal jika ada kematangan dalam pertumbuhan otak serta ada rangsangan dari lingkungannya.

  • Pengalaman logika matematika yaitu pengalaman membangun hubunganhubungan atau membuat abstraksi yang didapat dari hasil interaksi terhadap obyek. Dengan pengalaman logika matematika akan terbentuk pengetahuan logika matematika dalam diri individu. Pengetahuan logika matematika merupakan hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan diperlakukan pada obyek-obyek.

  • Transmisi sosial yaitu proses interaksi sosial dalam menyerap unsur-unsur budaya yang berfungsi mengembangkan struktur kognitif. Hal ini dapat terjadi melalui informasi yang datang dari orang tua, guru, teman, media cetak dan media elektronik. Dengan adanya transmisi sosial akan terbentuk pengetahuan sosial dalam diri individu. Pengetahuan sosial merupakan pengetahuan yang didasarkan pada perjanjian sosial, suatu perjanjian atau kebiasaan yang dibuat oleh manusia. Pengetahuan sosial dan pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang isi yang bersumber dari kenyataan yang ada “di luar”, sementara pengetahuan logika matematik mengkonstruksi keadaan nyata tersebut melalui pikiran.

  • Ekuilibrasi yaitu kemampuan untuk mencapai kembali keseimbangan selama periode ketidak seimbangan. Ekuilibrasi merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat kognitif yang lebih tinggi melalui asimilasi dan akomodasi. Pada proses ini mengintegrasikan faktor-faktor kematangan, pengalaman fisik, pengalaman logika matematika, dan transmisi sosial.

Konsep Kognitif

Kognisi merupakan aktivitas mental pengetahuan, yang melibatkan perolehan, penyimpanan, dan pencarian. Menurut Matlin, kognisi membicarakan tentang proses-proses mental, seperti persepsi, memori, daya bayang, bahasa, penyelesaian masalah, pemahaman/penalaran, pembuatan keputusan.

Arti psikologi kognitif, diantaranya :

a. Sinonim dari kata kognisi.

b. Pendekatan tertentu terhadap psikologi untuk memahami proses mental seseorang.

c. Orientasi teoretik yang mengemukakan berbagai teori yang didasarkan pada struktur mental dan proses-proses (Craik, 1991).

Perbedaan psikologi kognitif dan lain-lain aliran :

a. Perspektif Behavioristik Menekankan perilaku yang dapat diamati (stimulus→ respon).

b. Perspektif Psikoanalitik Menekankan emosi-emosi yang tidak disadari. Menganalisis pengalamanpengalaman lintas waktu.

c. Perspektif Humanistik Menekankan pertumbuhan pribadi dan hubungan antar pribadi (hubungan dengan orang lain dan sosial).

Sejarah Singkat Pendekatan Kognitif

Sudah lebih dari 2000 tahun proses-proses berpikir manusia telah dibicarakan. Misalnya, Aristoteles-membahas tentang daya ingat; Hukum belajar dan daya ingatbandung memiliki ikon gedung sate.

Pada tahun 1879 psikologi merupakan suatu studi ilmiah dengan didirikannya laboratorium psikologi pertama oleh Wilhem Wundt di Leipzig, Jerman. Pada saat itu, psikologi merupakan disiplin ilmu baru yang lepas dari filsafat dan ilmu faal. Menurut Wundt, psikologi mempelajari pengalaman yang disadari (introspeksi selama 50 tahun).

Penelitian berkembang dengan cara introspeksi melalui jurnal dan konferensikonferensi. Dari jurnal dan kongerensi diperoleh hasil bahwa harus ada pelatihan para pengamat, penggunaan control yang relevan, ada replikasi eksperimen. Selain itu, metode-metode Wundt yang hati-hati dan teliti serupa penelitian kognitif sekarang. Dahulu penelitian Wundt hanya terbatas padaprose mental yang lebih tinggi, seperti berpikir, bahasa, problem solving, tak dapat diteliti dengan baik menggunakan teknik ini.

Pendapat Wundt ditentang oleh Ebbinghaus (1913). Menurut Ebbinghaus ada metode lain untuk meneliti memori ( nonsense syllables /hal-hal yang tak berarti) yang lebih berpengaruh terhadap psikologi kognitif dibandingkan pendapat yang dikemukakan oleh Wundt. Pada akhir abad 19 di Amerika, psikologi dipengaruhi oleh pendapat-pendapat William James. James menggunakan pendekatan informal (pertanyaan-pertanyaan psikologis sehari-hari), buku principal of psychology (1890), dan teori-teori tentang daya ingat yang meliputi struktur dan proses-proses.

Pada tahun 1924, J.B. Watson dari aliran behavioris mengandalkan reaksirekasi objektif dan dapat diamati., diantaranya :

a. Introspeksi (tidak ilmiah).

b. Ketidaksadaran, terlalu kabur karena tidak dapat diteliti dengan baik sehingga simpulannya diragukan. Aliran behavioris menolak istilah image, idea, thought.

c. Menghindari penelitian terhadap manusia, maka beralih pada tikus. Akibatnya penelitian-penelitian aktivitas mental terhambat. Behaviorisme masih banyak memberikan sumbangan metode-metode kognitif saat itu. Menurut para behavioris suatu konsep harus didefinisikan dengan hati-hati dan tepat. Misalnya istilah performance, agresi.

Dalam behaviorisme perlu adanya control maka dilakukan eksperimen. Para behavioristik jarang mempelajari proses-proses mental manusia yang lebih tinggi yang menjadi minat dan psikologi kognitif kontemporer. Akhir abad 19 dan awal abad 20 psikologi gestalt di Eropa berkembang. Pendekatan kecenderungan-kecenderungan untuk mengorganisir hal-hal yang dilihat dan bahwa keseluruhan jauh lebih besar dibandingkan jumlah bagian. Psikologi gestalt menentang teknik introspektif dari penganalisaan.

Kemudian muncul seorang peneliti dari Inggris yang bernama Frederick C. Bartlett yang meneliti memori manusia. Beliau mengadakan eksperimen dan social study tentang remembering (Bartlett, 1932) serta menolak metode Ebbinghaus. Sebagai gantinya beliau mengemukakan materi bermakna (cerita panjang) yang dianalisis tentang bagaimana mental set seseorang mempengaruhi recall tentang materi tersebut. Memori didefinisikan sebagai proses rekonstruktif yang melibatkan interpretasi dan transformasi materi asli (Kendler, 1987). Pada tahun 30an karya Bartlett tidak begitu diperhatikan di Amerika. Baru sekitar 20 tahun kemudian psikologi kognitif sibuk menerapkan metode eksperimental dan behaviorisme.

Referensi

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/M.ARIES/Draft_Psikologi_Kognitif_Pertemuan_1-14.pdf

Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.

Sedangkan menurut Ahmad Susanto bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.

Kemampuan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar .

Sementara itu di dalam kamus besar bahasa Indonesia, kognitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris.

Yusuf mengemukakan bahwa kemampuan kognitif ialah kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya kemampuan kognitif ini akan mempermudah anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak dapat berfungsi secara wajar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktifitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikogis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungannya.

Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif menurut Vygotsky dipengaruhi oleh dua tataran yaitu; tataran sosial merupakan tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya, dan tataran psikologis merupakan ada di dalam orang-orang yang bersangkutan. Adapun proses mental juga dibagi menjadi dua yaitu;

  1. Elementary adalah masa praverbal (selama anak belum menguasai verbal, menggunakan bahasa).
  2. Higher adalah masa setelah anak dapat berbicara (berhubungan dengan lingkungan secara verbal).

Perkembangan kognitif melalui internalisasi yang bersifat transformatif, yaitu memunculkan perkembangan yang tidak sekedar berupa transfer atau pengalihan dari lingkungan.
Vigotsky mengungkapkan bahwasannya berinteraksi dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan anak yang lebih besar usianya lebih bermanfaat dibanding dengan anak sebaya. Karena anak akan berkembang kognit ifnya apabila dibimbing oleh orang yang lebih dewasa, biasanya disebut dengan membangun scaffolding.

Fase-Fase Perkembangan Kognitif


Aspek perkembangan kognitif anak dalam Permendikbud meliputi:

  1. Belajar memecahkan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dalam konteks yang baru.
  2. Berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klarifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab akibat.
  3. Berpikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu mempresentasikan berbagai benda dan imajinasinya berbentuk gambar.

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif


Apabila perkembangan kognitif terganggu maka secara langsung juga mempengaruhi kemampuan konitifnya. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain:

  1. Faktor Hereditas/Keturunan
    Ahli filsafat bernama schopenhauer menyatakan bahwa manusia membawa potensi sejak lahir yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Taraf intelegensi sudah ditentukan sejak lahir. Ahli psikolog Loehlin, Lindzer dan Spuhler berpendapat bahwa taraf intelegensi 75%-80% merupakan faktor keturunan.

  2. Faktor Lingkungan
    Jhon Locke berpendapat bahwa manusia yang lahir seperti kertas putih. Taraf intelegensi ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diprolehnya dari lingkungan.

  3. Faktor Kematangan
    Fisik maupun psikis dikatakan matang apabila telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

  4. Faktor Pembentukan
    Pembentukan merupakan keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi tingkat intelegen. Pembentukan ada dua yaitu disengaja (formal) dan tidak disengaja (pengaruh lingkungan). Manusia berbuat intelegen untuk bertahan hidup dan penyesuaian diri.

  5. Faktor Minat dan Bakat
    Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan, dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Bakat merupakan kemampuan bawaan yang perlu diasah agar mendapatkan hasil yang optimal. Seseorang yang memiliki bakat tertentu akan lebih mudah dan cepat dalam mempelajarinya.

  6. Faktor Kebebasan
    Kebebasan merupakan keluasan manusia untuk berpikir. Artinya manusia dapat memilih metode tertentu untuk memecahkan masalah, dan bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

Menurut Drever “kognitif adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian, dan penalaran”.

Sedangkan menurut Piaget, menyebutkan bahwa “kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya”.Piaget memandang bahwa anak memainkan peranan aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.

Pengertian lain juga tentang kognitif menurut Chaplin mengemukakan bahwa “kognitif adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktifitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikogis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungannya.

Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan salah satu kemampuan dasar yang dimiliki anak usia 5-6 tahun. Apabila kita bicara kemampuan dasar, maka kita akan menghubungkannya dengan istilah”potensi”. Dalam banyak buku psikologis potensi sering diartikan sebagai pembawaan sejak lahir atau kesanggupan untuk berkembang yang dimiliki seorang manusia sejak lahir4 .ketika seorang manusia sejak lahir ia membawa segudang potensi, namun potensi tersebut harus didukung oleh orang dewasa yang ada disekitarnya agar dapat berkembang secara optimal dan maksimal. perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran. Pikiran merupakan bagian dari otak, bagian yang digunakan untuk bernalar, berpikir dan memahami sesuatu. Setiap hari pikiran anak berkembang ketika mereka belajar tentang orang yang ada disekitarnya. Belajar, berkomunikasi dan membaca mendapatkan lebih banyak pengalaman lainnya, kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan verbal, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari5 .kemampuan kognitif senantiasa berkembang dan sering kali kita menyebutkan dengan istilah lebih intelek dan cerdas. Kemampuan kognitif dapat berkembang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktorgen (pembawaan) dan lingkungan.

Istilah “ Cognitive ” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan ( Neisser, 1976). Pengertian kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne,l976).

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, mengemukakan bahwa: Kognitif berasal dari kata cognition yang padanan katanya knowing , yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, kognitif adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.

Jadi kognitif merupakan perkembangan perolehan suatu pengetahuan, penataan dan penggunaan pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.

Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.

Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.

Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Pengertian kognitif menurut Chaplin dalam Mohammad Asrori (2007:47) diartikan sebagai:

  1. Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan

  2. Kemampuan mental atau inteligensi.