Apa yang dimaksud dengan kista gigi?

Kista gigi

Kista gigi biasanya terbentuk pada gusi disekitaran gusi, yang berupa gelembung kecil yang berisi cairan, udara atau jaringan lunak lainnya.

Kista didefinisikan sebagai rongga patologik yang dibatasi oleh epithelium. Kista berisi cairan atau setengah cairan yang bukan berasal dari akumulasi pus maupun darah. Lapisan epithelium itu sendiri dikelilingi oleh jaringan ikat fibrokolagen.

Kista (yang berisi cairan, rongga yang dibatasi epitel pada tulang rahang dan jaringan lunak wajah, dasar mulut, dan leher) dapat menyebabkan pembesaran intraoral atau ekstraoral yang secara klinis dapat menyerupai tumor jinak.

Kista gigi biasa disebut dengan kista rahang.

Etiologi dan Patogenesis Kista Gigi


Meskipun patogenesis dari kista-kista ini masih belum banyak dimengerti, namun kista-kista tersebut dibagi ke dalam dua kelompok besar berdasarkan dugaan asal dinding epitelnya.

1. Kista Odontogenik.

Dinding epitelnya berasal dari sisa-sisa epitel organ pembentuk gigi. Berdasarkan etiologinya, kista ini dapat dibagi lagi menjadi tipe developmental dan inflammatory.

2. Kista Nonodontogenik.

Dinding kista berasal dari sumber-sumber selain organ pembentuk gigi. Kelompok ini meliputi lesi-lesi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai kista fissural yang dianggap berasal dari epitel yang merupakan pembatas prosesus embrionik pada saat penutupan dan pembentukan wajah. Sebab keraguan ditemukan pada konsep pembentukan kantung epithelium selama fusi proses fasial dan asal lesi-lesi tersebut.

Klasifikasi Kista Gigi


Klasifikasi Kista Rahang (WHO, 1992)22

1. Developmental

  • Odontogenik

    1. Kista Gingival pada Bayi (Epstein’s Pearls)
    2. Odontogenic Keratosis (Kista Primordial)
    3. Kista Dentigerous (Kista Folikular)
    4. Kista Erupsi
    5. Kista Lateral Periodontal
    6. Kista Gingival pada Dewasa
    7. Kista Glandular Odontogenic ; Kista Sialo-Odontogenic
  • Nonodontogenik

    1. Kista Duktus Nasopalatine (Kanal Insisiv)
    2. Kista Nasolabial (Nasoalveolar)

2. Inflammatory

  • Kista Radikular (Apikal dan Lateral)
  • Kista Residual
  • Kista Paradental (Inflammatory Collateral, Mandibular Infected Buccal)

Gambaran Klinis Kista Gigi


Kista dapat menetap bertahun-tahun tanpa disertai gejala. Mayoritas kista berukuran kecil, tidak menyebabkan pembesaran permukaan jaringan. Biasanya terlihat hanya pada saat pemeriksaan gigi rutin dan pemeriksaan radiografik atau ketika lesi terkena infeksi sekunder atau telah mencapai ukuran di mana terjadi pembesaran atau asimetri yang terlihat jelas secara klinis. Saat tidak ada infeksi, secara klinis pembesarannya minimal dan berbatas jelas. Kista yang terinfeksi menyebabkan rasa sakit dan peka terhadap sentuhan dan semua tanda klasik infeksi akut dapat terlihat.

Pada beberapa kasus yang sangat jarang terjadi, adanya infeksi dalam kista yang membesar dengan posisi dekat dengan batang saraf dapat menyebabkan perubahan sensasi pada distribusi saraf tersebut. Pembesaran kista dapat menjadi asimetri wajah, pergeseran gigi dan perubahan oklusi, hilangnya gigi yang berhubungan atau gigi tetangga, serta pergeseran gigi tiruan. Pada mandibula, fraktur patologis dapat terjadi saat lesi kista telah menyebabkan resorpsi sebagian besar tulang.

Kista yang terletak di dekat permukaan, telah meluas ke dalam jaringan lunak, sering terlihat berwarna kebiruan dan membran mukosa yang menutupi sangat tipis. Pada keadaan di mana telah terjadi ekspansi tulang meluas, ada penipisan tulang penutup di atas kista, yang pada palpasi, terasa lunak atau bercelah. Kista superfisial memiliki karakteristik fluktuan.

Gambaran Radiografik Kista Gigi


Kista dilihat dari gambar radiografik sering menunjukkan lapisan tipis radioopak yang mengelilingi radiolusensi yang membulat. Namun dapat terjadi kalsifikasi distrofik pada kista yang sudah lama berkembang, sehingga menyebabkan gambaran kista tidak sepenuhnya radiolusensi pada struktur internalnya.

Beberapa batas kista dapat terlihat jelas dan terkortikasi dengan baik, tetapi dalam beberapa kasus infeksi, batas menjadi lebih menyebar atau tidak jelas. Adanya proses kortikasi yang terlihat di radiografik, merupakan hasil dari kemampuan tulang di sekitarnya untuk membentuk tulang baru lebih cepat dibandingkan proses resorpsinya, hal inilah yang terjadi selama ekspansi lesi.

Kista dapat berbentuk unilokular dan multilokular. Multiklokular terjadi karena pada beberapa kista memiliki pembatas yang berupa dinding tulang.

Kista merupakan rongga patologis yang berisi cairan atau semicairan, tidak disebabkan oleh akumulasi pus. Bisa dibatasi oleh epitel, namun bisa juga tidak. Dapat menyebabkan pembesaran intraoral atau ekstraoral yang secara klinis dapat menyerupai tumor jinak.

Etiologi dan Patogenesis

Kista dapat terletak seluruhnya di dalam jaringan lunak atau di antara tulang atau juga di atas permukaan tulang. Kista yang terletak pada tulang rahang kemungkinan epitelnya berasal dari epitel odontogenik, misalnya dari sisa dental lamina atau organ email.


Gambar Perkembangan Kista (Diambil dari buku “Oral and Maxillofacial Pathology A Rationale for Diagnosis and Treatment”. )

Gambar diatas menunjukkan bahwa perkembangan kista dimulai dan dilanjutkan oleh stimulasi sitokin terhadap sisa-sisa epitel dan ditambah dengan produk-produk central cellular breakdown yang menghasilkan solusi hiperaluminal sehingga menyebabkan fluid transudate dan kista yang semakin membesar.

Meskipun patogenesis dari kista-kista ini masih belum banyak dimengerti, namun kista-kista tersebut dibagi ke dalam dua kelompok besar berdasarkan dugaan asal dinding epitelnya.

Kista Odontogenik

Dinding epitelnya berasal dari sisa-sisa epitel organ pembentuk gigi.1 Adanya proliferasi dan degenerasi kistik dari epitel odontogenik dapat menimbulkan kista odontogenik.5 Berdasarkan etiologinya, kista ini dapat dibagi lagi menjadi tipe developmental dan inflammatory.

Kista Nonodontogenik

Dinding kista berasal dari sumber-sumber selain organ pembentuk gigi. Kelompok ini meliputi lesi-lesi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai kista fisural yang dianggap berasal dari epitel yang membatasi proses embrionik pembentukan wajah.

Klasifikasi


Tabel Klasifikasi Kista Rahang (WHO, 1992)

Kista Developmental : Kista Odontogenik Kista Developmental : Kista Nonodontogenik Kista Inflamasi
Kista Gingiva pada Bayi (Epstein’s Pearls) Kista Duktus Nasopalatinus (Kanal Insisif) Kista Radikular (Apikal dan Lateral)
Keratosis Odontogenik (Kista Primordial) Kista Nasolabial (Nasoalveolar) Kista Residual
Kista Dentigerous (Folikular) Kista Paradental ( Inflammatory Collateral, Mandibular Infected Buccal )
Kista Erupsi
Kista Periodontal Lateral
Kista Gingiva pada Dewasa
Kista Odontogenik Glandular; Kista Sialo-Odontogenik

Sumber : “Oral & Maxillofacial Pathology 2nd Edition”

Tabel 2.2. Persentase Kejadian Kista Rahang

Kista Odontogenik (90%) Kista Nonodotogenik (10%)
Kista Radikular 60-75% Kista Nasopalatinus 5-10%
Kista Dentigerous 10-15% Kista Nonodontogenik lainnya dan Primary Bone Cyst 1%
Keratosis Odontogenik 5-10%
Kista Paradental 3-5%
Kista Gingiva dan < 1 %
Periodontal Lateral

Sumber: “Oral Pathology 2nd Edition”

Gambaran Klinis


Kista dapat menetap bertahun-tahun tanpa disertai gejala. Mayoritas kista berukuran kecil dan tidak menyebabkan penggelembungan permukaan jaringan. Biasanya terlihat hanya pada saat pemeriksaan gigi rutin dan pemeriksaan radiografik atau ketika lesi terkena infeksi sekunder atau telah mencapai ukuran di mana telah terjadi pembesaran atau asimetri yang terlihat jelas secara klinis.

Kista juga biasa ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan gigi nonvital atau abses gigi akut sehubungan dengan adanya infeksi sekunder pada kista, atau pada kasus kehilangan gigi dan fraktur rahang. Pada mandibula, fraktur patologis dapat terjadi saat lesi kista telah menyebabkan resorpsi sebagian besar tulang. Saat tidak ada infeksi, secara klinis pembesarannya minimal dan berbatas jelas. Kista yang terinfeksi menyebabkan rasa sakit dan sensitif bila disentuh.

Semua tanda klasik infeksi akut dapat terlihat ketika terjadi infeksi. Pembesaran kista dapat menyebabkan asimetri wajah, pergeseran gigi dan perubahan oklusi, hilangnya gigi yang terlibat atau gigi tetangga, serta pergeseran gigi tiruan. Pada beberapa kasus, adanya infeksi dalam kista yang membesar dan posisinya dekat dengan batang saraf dapat menyebabkan perubahan sensasi pada distribusi saraf tersebut.

Kista yang terletak di dekat permukaan, telah meluas ke dalam jaringan lunak, sering terlihat berwarna biru terang dan membran mukosa yang menutupinya sangat tipis. Pada kasus di mana telah terjadi ekspansi tulang yang meluas, ada penipisan tulang di atas kista sehingga pada saat palpasi akan terasa lunak dan bercelah.

Gambaran Radiografis


Kista dapat terjadi di setiap lokasi pada maksila dan mandibula, namun jarang terjadi pada prosesus kondilus dan prosesus koronoid. Pada mandibula kista banyak terjadi di atas kanalis nervus alveolar inferior. Kista odontogenik dapat tumbuh sampai ke maxillary antrum . Beberapa kista nonodontogenik juga berasal dari dalam antrum. Kista lainnya berasal dari jaringan lunak regio orofasial.

Kista sentral biasanya memiliki periferal yang berbatas jelas dan berkortikasi (ditandai dengan garis radiopak yang tidak terputus dan tipis). Namun infeksi sekunder atau lesi yang kronis dapat mengubah gambaran radiografik ini. Pada kasus seperti itu garis kortikasi tipis tersebut berubah menjadi batas sklerotik yang tebal.

Kista biasanya berbentuk bulat atau oval menyerupai balon. Beberapa kista memiliki tepi yang bergerigi.

Biasanya kista tampak radiolusen. Namun dapat terjadi kalsifikasi distrofik pada kista yang sudah lama terbentuk sehingga pada tampilan radograf akan terlihat stuktur internal yang berongga-rongga. Beberapa kista memiliki septa yang merupakan lokulasi multipel yang terpisah dari dinding tulang. Kista yang tepinya bergerigi biasanya memiliki internal septa.

Pertumbuhan kista yang lambat kadang menyebabkan pergeseran dan resorpsi gigi. Area resorpsi gigi seringkali berbentuk tajam dan berkurva. Kista dapat memperluas mandibula, mengubah cortical plate lingual atau bukal menjadi batasan kortikal yang tipis. Kista juga dapat menggeser kanalis nervus alveolar inferior ke arah inferior atau menginvaginasi maxillary antrum.

Perawatan


Pilihan perawatan untuk kista adalah enukleasi. Bila ada area radiolusensi kecil pada tulang rahang yang tidak berhubungan dengan hilangnya vitalitas pulpa biasanya akan diamati selama beberapa bulan untuk melihat ada tidaknya penambahan ukuran lesi sebelum dilakukan eksplorasi bedah.

Untuk kista yang berukuran cukup besar sehingga dicurigai sebagai tumor jinak harus segera dilakukan pembedahan. Sebelumnya dapat dilakukan diagnosis histologis dan aspirasi kista terlebih dahulu. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi, dinding kista dapat disutur ke mukosa mulut di dekat celah/jalan masuk yang telah dibuat sebelumnya baru kemudian dilakukan marsupialisasi pada kista. Lesi dibiarkan namun terus dilakukan irigasi berulang secara rutin, maka lesi akan berhenti meluas serta tidak akan terjadi infeksi sekunder, dan defek pada rahang akan berangsur hilang.

Penanganan bedah dari lesi yang besar dengan teknik-teknik yang melibatkan penutupan sisa defek melalui eksisi kista membutuhkan penggunaan bone chips atau artifisial lainnya yang dapat menstimulasi fibrosa dan penggantian tulang pada defek, atau plat metalik, atau metode- metode lainnya untuk mencegah fraktur patologis selama proses penyembuhan defek.

Diagnosis Banding


Tampilan radiograf dari tumor jaringan lunak sentral dapat menyerupai kista, seperti ameloblastoma, central fibroma , dan tumor- tumor neurogenik. Semuanya menghasilkan lesi yang tampilannya seperti kista. Penetapan diagnosis banding berdasarkan radiograf tidaklah selalu mudah, harus memperhatikan detil struktural dengan cermat. Pada beberapa kasus dapat dilakukan exploratory puncture dan penggunaan media kontras. Diagnosis bandingnya berdasarkan pemeriksaan radiografik, yakni kista ekstravasasi karena trauma, semacam osteoklastoma seperti yang terlihat pada hiperparatiroidisme, dan granuloma giant cell yang soliter.