Ketombe
Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur, dengan nama ilmiah (Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit kepala. Sel-sel kulit yang mati dan terkelupas merupakan kejadian alami yang normal bila pengelupasan itu jumlahnya sedikit. Namun, ada orang yang mengalami secara terus menerus (kronis ataupun sekali-sekali, pengelupasan dalam jumlah yang besar yang diikuti dengan pemerahan dan iritasi. Kebanyakan kasus ketombe dapat disembuhkan dengan sampo khusus atau pengobatan bebas.
Ketombe dapat juga merupakan gejala seborrhoeic dermatitis, psoriasis, infeksi jamur atau kutu rambut. Bila mengalami ketombe, menggaruk kepala secara berlebihan harus dihindari. Menggaruk bagian tersebut dapat menyebabkan kerusakan kulit, yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko infeksi, terutama sekali dari bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus.
Epidemiologi
Ketombe merupakan bentuk ringan dari dermatitis seboroik dengan angka kejadian 15-20% dari populasi dunia. Prevalensi populasi masyarakat Indonesia yang menderita ketombe menurut data dari International Date Base, US Sensus Bureau tahun 2004 adalah 43.833.262 dari 238.452.952 jiwa dan menempati urutan ke empat setelah China, India, dan US.
Ketombe jarang dijumpai pada anak-anak usia 2-10 tahun, tetapi insidennya mulai meningkat pada masa pubertas. Dari masa itu, insiden ketombe meningkat dengan cepat sampai menjelang usia 20 tahun dan cenderung menurun setelah usia 50 tahun. Ketombe juga lebih sering ditemukan pada pria dari pada wanita. Diperkirakan hormon androgen yang mempengaruhi perbedaan faktor usia kejadian dan jenis kelamin. Pada kepustakaan lain menyebutkan bahwa 60% populasi dunia menderita ketombe, dengan 6 dari 10 pria dan 5 dari 10 wanita menderita ketombe.
Patofisiologi Ketombe
Terdapat beberapa urutan patofisiologi terjadinya ketombe :
- Ekosistem Malassezia dan interaksi Malassezia pada epidermis
- Inisiasi dan perkembangan dari proses infamasi
- Proses kerusakan, proliferasi, dan diferensiasi pada epidermis
- Kerusakan barrier secara fungsional maupun struktural
-
Infiltrasi Malassezia sp. pada stratum korneum epidermis
Malassezia sp. adalah yeast komensal pada daerah kaya sebum.Malassezia sp. dapat menginfiltrasi stratum korneum dari epidermis. Malassezia sp. akan memecah komponen sebum ( Trigliserida menjadi asam lemak yang tersaturasi spesifik dan asam lemak yang tidak tersaturasi spesifik) dimana hal tersebut akan menimbulkan gejala inflamasi dan sisik yang merupakan rangkaian patofisiologi Malassezia sp.berikutnya.
-
Inisiasi dan perkembangan proses inflamasi
Pada tahap ini , akan timbul gejala berupa eritema, gatal, panas, rasa terbakar, teranggunya kualitas dari rambut.Pada proses ini, gejala yang timbul tergantung dari tingkatan keparahan dari dermatitis seboroik. Dimana ketombe merupakan tingkatan dermatitis seboroik yang paling rendah, dimana biasanya tidak sampai ditemukan tanda-tanda inflamasi seperti pada dermatitis seboroik atau biasanya tanda inflamasi yang didapati hanya berupa eritema. Inisisasi dari proses inflamasi diakibatkan oleh teraktifasinya mediator inflamasi karena infiltrasi dari Malassezia sp. pada stratum korneum. Sitokin yang teraktifasi antaralain :
- Interleukin-1a,
- Interleukin-1ra,
- Interleukin-8,
- Tumor Necrosis Factor-a,
- Interferon ฮณ dan juga pengeluaran histamin.
Sehingga mengakibatkan tanda-tanda yang lebih dominan pada gejala ketombe adalah sisik tipis dan gatal.
-
Proses kerusakan, proliferasi, dan diferensiasi pada epidermis
Setelah Malassezia sp.memicu pengeluaran mediator inflamasi, mulai terjadi proliferasi dan diferensiasi serta kerusakan yang lebih parah dari sebelumnya pada kulit kepala .Ketika Malassezia sp. berkembang terjadi pemecahan trigliserida yang menimbulkan iritasi dan hiperproliferasi epidermis. Akibatnya, keratinosit yang terbentuk menjadi tidak matang dengan jumlah nukleus yang lebih banyak. Nukleus yang jumlahnya lebih banyak akan mengalami retensi pada stratum korneum. Hiperproliferasi dari epidermis menyebabkan adanya gambaran sisik pada kulit kepala atau dengan bentul bergelung seperti debu disebut ketombe.
-
Kerusakan barrier epidermis secara fungsional dan struktural
Kerusakan barrier pada epidermis dapat menyebabkan Transpidermal water loss yang dapat menimbulkan rasa kering pada kulit kepala. Peryataan ini amat bertolak belakang, karena pada keadaan dermatitis seboroik biasanya kulit kepala terasa lembab. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketombe dapat terjadi pada kulit kepala yang kering maupun berminyak. Selain itu pada proses ini juga terjadi perubahan dari struktur lamellar yang dibentuk ceramides menjadi struktur lemak yang tidak terstruktur.
Etiologi
Telah diketahui secara luas bahwa Pityriasis capitis dan dermatitis seboroik saling berhubungan, pada beberapa hal, dengan kehadiran jamur lipofilik pada kulit dari genus Malassezia , yang sebelumnya diketahui sebagai Pityrosporum .
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Ro dan Dawson, ada tiga faktor utama penyebab timbulnya ketombe, yaitu :
- Aktifitas kelenjar sebasea,
- Peranan Malassezia sp.
- Kerentanan individual.
1. Aktifitas kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea terdapat di setiap tempat pada kulit dari tangan sampai kaki. Daerah yang paling banyak terdapat kelenjar sebasea adalah kulit kepala, leher, dada dan punggung. Pembesaran, pembentukan sebum, dan aktifitas kelenjar sebasea dipengaruhi oleh hormon androgen. Kadar hormon androgen yang tinggi akan mengaktifkan kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum lebih banyak. Produksi sebum yang lebih banyak ini akan meningkatkan pertumbuhan koloni Malassezia sp. karena tersedianya makanan baru untuk tumbuh dan berproliferasi. Meningkatnya koloni Malassezia sp. akan menyebabkan hasil metabolisme jamur ini lebih banyak sehingga menimbulkan iritasi dan skuama pada kulit kepala. Hal ini menjelaskan kejadian ketombe pada bayi baru lahir, yang dikaitkan dengan hormon androgen maternal, selanjutnya angka kejadiannya menurun hingga meningkat sampai masa pubertas dan usia dewasa muda.
2. Peranan Malassezia sp.
Ketombe disebabkan oleh kurangnya kebersihan rambut dan kulit kepala atau adanya infeksi jamur, seperti Pityrosporum ovale yang mengiritasi dan memicu sekresi sel kulit kepala yang abnormal, sehingga mudah mengelupas. P.ovale termasuk varian dari Malassezia di mana jamur ini termasuk penyebab mikosis superfisialis yang mengenai stratum korneum pada lapisan epidermis. P. ovale merupakan mikroflora normal kulit kepala bersama sama dengan Propionibacterium acnes anaerob dan bakteri kokus aerob. Pada kulit kepala normal P. ovale merupakan 45% dari populasi mikroflora total, sedangkan pada kulit kepala yang berketombe proporsinya meningkat menjadi 75%, tidak demikian pada bakteri kokus dan P.acnes , dimana pada keadaan berketombe jumlahnya semakin menurun.
Populasi P.ovale yang besar (frekuensi pertumbuhan hampir dua kali lipat) pada ketombe, didukung oleh kepustakaan Shuster yang menyatakan bahwa P. ovale tidak diragukan sebagai penyebab primer ketombe, karena memenuhi Postulat Koch, yaitu pertumbuhan berlebih dari P. ovale yang di dapati pada ketombe, pengobatan dengan berbagai agen hanya mempunyai efek antijamur dapat mengontrol penyakit, serta reinfeksi dengan P. ovale dapat menyebabkan rekurensi.
P. ovale membutuhkan lipid sebagai sumber makanan untuk tumbuh dan berproliferasi. P. ovale mendegradasi sebum dengan bantuan enzim lipase menjadi berbagai asam lemak terutama dari trigleserida, namun P. ovale hanya mengkonsumsi asam lemak yang sangat spesifik, yaitu saturated fatty acid untuk pertumbuhannya, sedangkan unsaturated fatty acid ditinggalkan di permukaan kulit. Bentuk metabolit unsaturated fatty acid yang paling banyak dijumpai adalah asam oleat, dan metabolit inilah yang diduga berperan pada pembentukan skuama dari ketombe. Asam oleat merupakan salah satu komponen utama dari fatty acid yang diketahui dapat menginduksi deskuamasi pada ketombe.
3. Kerentanan individual
Kerentanan individu terhadap ketombe disebabkan oleh perbedaan skin barrier untuk mencegah fatty acid melakukan penetrasi. Adanya defisiensi permeabilitas barier kulit akibat penetrasi bahan โ bahan yang dieksresi glandula sebasea (khususnya asam oleat) akan mengakibatkan rusaknya fungsi barrier kulit sehingga terjadi inflamasi, iritasi dan munculnya skuama. Toksin yang dihasilkan oleh jamur Malassezia sp. ( P. ovale) ini dapat menembus barrier stratum korneum karena memiliki berat molekul rendah dan larut dalam lemak.
Faktor yang juga dapat berpengaruh adalah faktor genetik, di mana terdapat penderita ketombe yang secara genetik cenderung memiliki kadar lipid interseluler (khususnya seramid) yang rendah dan/atau gangguan fungsi pemulihan sawar kulit, faktor abnormalitas neurotransmiter, suhu dan kelembaban ( Malassezia tumbuh secara baik pada media lembab dan lingkungan kaya keringat), variasi cuaca dan musim, makanan berlemak, faktor nutrisi (defisiensi biotin, riboflavin, dan piridoksin), faktor imunologis (misalnya pada penderita HIV), iritasi mekanis dan kimiawi, faktor stress yang meningkatkan kadar kortisol plasma yang akan memicu peningkatan proliferasi keratinosit dan pelepasan sitokin pro-inflamatori, yang akhirnya mengganggu homeostasis sawar kulit.
Hanan Shehata, dkk menyebutkan bahwa ketombe dapat dipicu oleh kebersihan yang buruk dan jarang keramas. Hubungan Ketombe dan tempat penyimpanan topi yang lembab mengacu pada pertumbuhan Malassezia sp., yang tumbuh secara baik pada media lembab dan lingkungan kaya keringat. Pengeluaran keringat dari tubuh dipengaruhi oleh pengeluaran panas dari dalam tubuh.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada ketombe berupa sisik yang berlebihan di kulit kepala. Secara klinis ketombe ditandai oleh warna kemerahan pada kulit dengan batas tidak jelas disertai skuama halus sampai agak kasar, dimulai pada salah satu bagian kulit kepala, kemudian dapat meluas hingga seluruh kulit kepala.
Sumber lain menyebutkan bahwa gambaran klinis ketombe berupa skuama kering, halus, berwarna putih keabu-abuan tanpa tanda-tanda inflamasi dan skuama dapat bertebaran diantara batang rambut atau jatuh pada kerah baju ataupun bahu penderita, sehingga kulit kepala penuh dengan skuama seperti bubuk halus. Ketombe biasanya asimtomatik, tapi bisa juga menimbulkan rasa gatal yang hebat. Pada kasus yang kronis dapat disertai sedikit kerontokan rambut yang reversibel.