Apa yang dimaksud dengan Ketidakstabilan Emulsi?

Emulsi yang secara termodinamika tidak stabil umumnya disebabkan oleh tingginya energi bebas permukaan yang terbentuk. Hal ini terjadi karena pada proses pembuatannya luas permukaan salah satu fase akan bertambah berlipat ganda, sedangkan seluruh sistem umumnya cenderung kembali kepada posisinya yang paling stabil, yaitu pada saat energi bebasnya paling rendah.

Oleh karena itu, globul-globul akan bergabung sampai akhirnya sistem memisah kembali. Berdasarkan fenomena tersebut dikenal beberapa peristiwa ketidakstabilan emulsi yaitu flokulasi, creaming, koalesen, dan demulsifikasi.

Flokulasi dan creaming terjadi karena penggabungan kembali globul terdispersi yang disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan. Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang posisinya tidak beraturan di dalam emulsi, sedangkan creaming merupakan suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam emulsi. Lapisan-lapisan tersebut terjadi karena pengaruh faktor gravitasi. Pada kedua peristiwa tersebut, emulsi masih dapat diperbaiki melalui pengocokan.

Koalesen dan demulsifikasi terjadi bukan semata-mata karena energi bebas pemukaan, tetapi juga disebabkan oleh ketidaksempurnaan pelapisan globul. Koalesen adalah peristiwa terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi terjadi akibat proses lanjutan dari koalesen. Untuk kedua peristiwa ini, emulsi tidak dapat diperbaiki melalui pengocokan.

Ketidakstabilan emulsi yang lain adalah terjadinya inversi fasa. Inversi fasa terjadi bila emulsi yang semula merupakan emulsi minyak dalam air berubah menjadi emulsi air dalam minyak. Inversi fasa dapat terjadi karena jumlah fasa terdispersi ditingkatkan hingga mencapai atau melebihi batas maksimum yaitu 74% dari volume total, perubahan suhu, atau penambahan bahan yang dapat mengganggu kestabilan emulsi.

Inversi fasa juga dapat terjadi karena penggunaan peralatan yang kotor atau prosedur pencampuran yang salah (Lund, 1994).

Stabilitas emulsi merupakan suatu ketahan emulsi untuk menahan tenaga yang akan memecahkan emulsi tersebut,

Ketidakstabilan emulsi tergantung pada beberapa hal, antara lain :

  1. Emulsifying Agent
    Merupakan faktor yangikut menentukan kestabilan emulsi. Tanpa emulsifying agent tidaklan mungkin terjadi kestabilan emulsi tersebut, yang mana tenaga tiap-tiap agent berpengaruh terhadap kestabilan emulsi.

  2. Viscositas
    Minyak dengan viscositas yang tinggi (lambat mengalirnya) akan cenderung memegang butiran air yang lebih besar jika dibandingkan dengan minyak yang viscositasnya rendah. Dengan demikian minyak denngan viscositas yang tinggi akan memerlukan waktu yang lama untuk melepaskan droplet airnya.

  3. Specific gravity
    Yang dimaksud adalah berat zat dalam cairan pada volume tertentu, jadi bukan gravity API. Perbedaan gravity yang besar akan menyebabkan waktu pemisahan yang lebih cepat. Dengan pengertian yang sama dapatlah dimengerti bahwa untuk minyak yang berat (SG besar, derajad API kecil) akan lama cenderung menyimpan air droplet yang lebih lama.

  4. Prosentase Air
    Jika prosentase air bertambah besar, maka diperlukan agitasi yang lebih kuat untuk untuk mencapai kestabilan emulsi. Emulsi dengan prosentase air yang besar akan mempunyai droplet volume yang besar, masing-masing droplet akan bergabung antara satu dengan yang lain membentuk tetesan air yanglebih besar lagi, sehingga akan terjadi pemisahan antar minyak dengan air yang disebabkan karena beratnya sendir.

    Sehingga dapat dikatakan bahwa pada umumnya prosentase air yang lebih besar akan cenderung membentuk emulsi yang tidak stabil.

  5. Umur emulsi
    Jika emulsi terjadi pada tangki dan tidak diteat, maka sejumlah air akan mengendapkaarena gaya beratnya sendiri dan kemudian saling bergabung. Jika emulsi diteating, maka masih ada sedikit air yang teertinggal dalam minyak dengan prosentase yang kecil, prosentase kecil ini akan menstabilkan emulsi. oleh karena intu beberapa emulsi menjadi lebih stabil dan sukar diteating sesudah beberap waktu tertentu.

Kemungkinan besar pertimbangan yang terpenting bagi emulsi di bidang farmasi dan kosmetika adalah stabilitas dari hasil jadi sediaan emulsi tersebut. Kestabilan dari sediaan emulsi ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak terjadi creaming, dan memiliki penampilan, bau, warna dan sifatsifat fisik lainnya yang baik (Martin, et al., 1993).

Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu flokulasi dan creaming, penggabungan dan pemecahan, dan inversi.

  1. Flokulasi dan creaming
    Pengkriman (creaming) mengakibatkan ketidakrataan dari distribusi obat dan tanpa pengocokan yang sempurna sebelum digunakan, berakibat terjadinya pemberian dosis yang berbeda. Tentunya bentuk penampilan dari suatu emulsi dipengaruhi oleh creaming, dan ini benar-benar merupakan suatu masalah bagi pembuatannya jika terjadi pemisahan dari fase dalam(Martin, et al., 1993).

  2. Penggabungan dan Pemecahan
    Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan proses cracking (pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali. Pada creaming, flokul fase dispers mudah didispersi kembali dan terjadi campuran homogen bila dikocok perlahan-lahan, karena bola-bola minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsi(Anief, 1994). Sedang pada cracking, pengocokan sederhana akan gagal untuk membentuk kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan yang mengelilingi partikel-partikel tersebut telah dirusak dan minyak cenderung untuk bergabung (Martin, et al., 1993).

  3. . Inversi
    Fenomena penting lainnya dalam pembuatan dan penstabilan dari emulsi adalah inversi fase yang meliputi perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi a/m atau sebaliknya (Martin, et al., 1993).