Apa yang dimaksud dengan Kesulitan belajar ?

Kesulitan belajar

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.

Apa yang dimaksud dengan Kesulitan belajar ?

Kesulitan belajar, menurut Videbeck (2008), terjadi bila prestasi anak dalam membaca, berhitung atau ekspresi menulis kurang dari yang diharapkan untuk usia, pendidikan formal dan tingkat intelegensi anak sehingga mengganggu prestasi akademik.

Djamarah (2008) mengatakan di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar baik di perkotaan maupun di pedesaan. Menurutnya adalah suatu pendapat yang keliru bahwa kesulitan belajar anak didik disebabkan rendahnya intelegensi, karena dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki intelegensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang diharapkan.

Masih banyak anak didik dengan intelegensi yang rata-rata normal, tetapi dapat meraih prestasi belajar tinggi melebihi kepandaian anak dengan intelegensi yang tinggi. Oleh karena itu selain faktor intelegensi, faktor non intelegensi juga diakui dapat menjadi penyebab kesulitan belajar pada anak.

Roy (1970) menjelaskan bahwa manusia merupakan suatu sistem adaptif dan terdiri dari tiga konsep utama, yaitu: input, proses dan output.

Input adalah masukan yang menimbulkan respon dan terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan residual. Bagaimana belajar itu dapat terjadi, jika ditinjau dari konsep tersebut, akan terlihat bahwa proses belajar itu merupakan sistem adaptasi. Menurutnya anak dalam belajar mengikuti proses input, kontrol, proses feedback dan output. Input dalam hal ini adalah seluruh stimulus yang diterima anak termasuk faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya, kontrolnya berupa mekanisme koping yang digunakan anak dalam proses belajar. Mekanisme koping termasuk di dalamnya upaya penyelesaian masalah yang meliputi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

Proses kontrol inilah yang dapat menghasilkan output apakah anak dalam belajar menghasilkan perilaku yang adaptif atau maladaptif, atau dengan kata lain apabila anak dalam proses kontrol ini menemui hambatan maka dapat terjadi kesulitan belajar.

Kesulitan belajar adalah suatu ketidakmampuan nyata pada orang-orang yang mempunyai intelegensi rata-rata hingga superior tetap belajarnya kurang baik, kurang memuaskan (Abdurrahman, 1999).

Kesulitan belajar ( learning difficulty ) tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.

Faktor-Faktor Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering bolos dari sekolah.

Ahmadi (1991) mengemukakan fakto-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam 2 golongan yaitu:

Faktor internal

Yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi :

  1. Faktor fisologi (yang bersifat jasmani) seperti sakit atau tidak fit.
  2. Faktor psikiologis (yang bersifat rohani) seperti tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa.

Faktor eksternal

Yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa yang meliputi :

  1. Faktor non sosial seperti keluarga, keadaan ekonomi, alat pelajaran, kondisi gedung, kurikulum, waktu sekolah dan disiplin kerja, orang tua.
  2. Faktor sosial seperti media massa, teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat.

Diagnosis Kesulitan Belajar


Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit yakni jenis kesulitan belajar siswa.

Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai diagnosis kesulitan belajar.

Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:

  1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.

  2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar

  3. Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar

  4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakiki kesulitan belajar yang dialami siswa.

  5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

Pemecahan Masalah Kesulitan Belajar


Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:

  1. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

  2. Memerlukan dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.

  3. Menyusun program perbaikan khususnya remedial teaching (pengajaran perbaikan)

  4. Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan.

Referensi: https://www.kajianpustaka.com/2012/12/kesulitan-belajar.html

Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 1997). Menurut Sabri (1995) kesulitan belajar yaitu kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah. Ada beberapa kasus kesulitan dalam belajar, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Abin Syamsudin M, yaitu:

  • Kasus kesulitan dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar.
  • Kasus kesulitan yang berlatar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran, dan situasi belajar.
  • Kasus kesulitan dengan latar belakang kebiasaan belajar yang salah.
  • Kasus kesulitan dengan latar belakang ketidakserasian antara kondisi obyektif keragaman pribadinya dengan kondisi obyektif instrumental impuls dan lingkungannya.

Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah. Siswa yang mengalami masalah dengan belajarnya biasanya ditandai adanya gejala:

  • prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas;
  • hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan;
  • lambat dalam melakukan tugas belajar (Entang, 1983).

Kesulitan belajar bahkan dapat menyebabkan suatu keadaan yang sulit dan mungkin menimbulkan suatu keputusasaan sehingga memaksakan seorang siswa untuk berhenti di tengah jalan. Adanya kesulitan belajar pada seorang siswa dapat dideteksi dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal tes. Kesalahan adalah penyimpangan terhadap jawaban yang benar pada suatu butir soal. Ini berarti kesulitan siswa akan dapat dideteksi melalui jawaban-jawaban siswa yang salah dalam mengerjakan suatu soal.

Siswa yang berhasil dalam belajar akan mengalami perubahan dalam aspek kognitifnya. Perubahan tersebut dapat dilihat melalui prestasi yang diperoleh di sekolah atau melalui nilainya. Dalam kenyataannya masih sering dijumpai adanya siswa yang nilainya rendah. Rendahnya nilai atau prestasi siswa ini adanya kesulitan dalam belajarnya. Menurut Entang (1983) bahwa siswa yang secara potensial diharapkan akan mendapat nilai yang tinggi, akan tetapi prestasinya biasa-biasa saja atau mungkin lebih rendah dan teman lainnya yang potensinya lebih kurang darinya, dapat dipandang sebagai indikasi bahwa siswa mengalami masalah dalam aktivitasnya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menghalangi atau memperlambat seorang siswa dalam mempelajari, memahami serta menguasai sesuatu.

Faktor-Faktor Kesulitan Belajar


Faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar di sekolah itu banyak dan beragam. Apabila dikaitkan dengan faktor-faktor yang berperan dalam belajar, penyebab kesulitan belajar tersebut dapat kita kelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Menurut Dalyono (1997) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan dalam belajar, yaitu faktor intern atau faktor dari dalam diri siswa sendiri dan faktor ekstern yaitu faktor yang timbul dari luar siswa.

  • Faktor Intern

    • Sebab yang bersifat fisik : karena sakit, karena kurang sehat atau sebab cacat tubuh.
    • Sebab yang bersifat karena rohani : intelegensi, bakat, minat, motivasi, faktor kesehatan mental, tipe-tipe khusus seorang pelajar.
  • Faktor Ekstern

    • Faktor Keluarga, yaitu tentang bagaimana cara mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak. Faktor suasana : suasana sangat gaduh atau ramai. Faktor ekonomi keluarga : keadaan yang kurang mampu.
    • Faktor Sekolah, misalnya faktor guru, guru tidak berkualitas, hubungan guru dengan murid kurang harmonis, metode mengajar yang kurang disenangi oleh siswa. Faktor alat : alat pelajaran yang kurang lengkap. Faktor tempat atau gedung. Faktor kurilulum : kurikulum yang kurang baik, misalnya bahan-bahan terlalu tinggi, pembagian yang kurang seimbang. Waktu sekolah dan disiplin kurang.
  • Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial, meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik. Lingkungan sosial meliputi teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat.

Menurut Drs. Oemar Hamalik, (2005:117) faktor-faktor yang bisa menimbulkan kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu

  • Faktor-faktor dari diri sendiri, yaitu faktor yang timbul dari diri siswa itu sendiri, disebut juga faktor intern. Faktor intern antara lain tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, kurangnya minat, kesehatan yang sering terganggu, kecakapan mengikuti pelajaran, kebiasaan belajar dan kurangnya penguasaan bahasa.

  • Faktor-faktor dari lingkungan sekolah, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam sekolah, misal cara memberikan pelajaran, kurangnya bahan-bahan bacaan, kurangnya alat-alat, bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan dan penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat.

  • Faktor-faktor dari lingkungan keluarga, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam keluarga siswa, antara lain kemampuan ekonomi keluarga, adanya masalah keluarga, rindu kampung (bagi siswa dari luar daerah), bertamu dan menerima tamu dan kurangnya pengawasan dari keluarga

  • Faktor-faktor dari lingkungan masyarakat, meliputi gangguan dari jenis kelamin lain, bekerja sambil belajar, aktif berorganisasi, tidak dapat mengatur waktu rekreasi dan waktu senggang dan tidak mempunyai teman belajar bersama.

Menurut Sumadi Suryabrata, (1997) faktor internal kesulitan belajar siswa digolongkan menjadi dua yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis ini dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan tonus jasmani dan fungsi fisiologis tertentu terutama panca indra. Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat melatarbelakangi aktivitas belajar.

Dengan keadaan jasmani yang segar dan tidak lelah akan mempengaruhi hasil belajar dibandingkan dengan keadaan jasmani yang kurang segar dan lelah. Sedangkan faktor psikologis dalam belajar merupakan hal yang mendorong aktivitas belajar siswa. Seperti sifat ingin tahu dan menyelidiki, sifat kreatif, sifat mendapatkan simpati dan orang lain, sifat memperbaiki kegagalan di masa lalu dengan usaha yang baru. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor yang berasal dan luar siswa.

Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor sosial dan faktor non sosial (Sumadi Suryabrata,1997). Faktor sosial adalah faktor yang berasal dari manusia baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Suara gaduh pada waktu siswa sedang belajar juga akan mengganggu siswa.

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning disability . Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Berikut ini definisi kesulitan belajar menurut para ahli :

Rumini dkk (Irham dan Wiyani, 2013) mengemukakan bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal.

Kesulitan belajar adalah hal-hal atau gangguan yang mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadi gangguan yang dapat menghambat kemajuan belajar. ( Hamalik, 1983).

Sejalan dengan pendapat diatas menurut Blassic & Jones (Irham & Wiyani 2013), kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh siswa pada kenyataannya (prestasi aktual).

Klasifikasi Kesulitan Belajar

Menurut Abdurrahman (2003) Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu :

  1. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan ( developmental learning disabilities ) yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.

  2. Kesulitan belajar akademik ( academic learning disabilities ) yaitu kesulitan belajar yang mencakup adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, atau matematika.

Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Ahmadi dan Supriyono (Irham & Wiyani, 2013), menjelaskan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu berikut ini:

1. Faktor intern ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi :

  • Faktor fisiologi

Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh dan sebagainya.

  • Faktor psikologi

Faktor psikologi siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi tingkat intelegensi pada umumnya rendah, bakat terhadap mata pelajaran rendah, minat belajar yang kurang, motivasi yang rendah, dan kondisi kesehatan mental yang kurang baik.

2. Faktor ekstern ( faktor dari luar manusia ) meliputi :

  • Faktor-faktor non-sosial.

Faktor non social yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya.

  • Faktor-faktor sosial.

Faktor-faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan pada siswa seperti faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Faktor sosial lainnya yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa adalah faktor guru.

Menurut Ahamadi dan Supriyono ( Irham dan Wiyani, 2013), kondisi guru yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa adalah sebagai berikut:

  1. Guru yang kurang mampu dalam menentukan mengampu mata pelajaran dan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan

  2. Pola hubungan guru dengan siswa yang kurang baik, seperti suka marah, tidak pernah senyum, sombong, tidak pandai menerangkan, pelit, dsb.

3). Guru menuntut dan menetapkan standar keberhasilan belajar yang terlalu tinggi diatas kemampuan siswa secara umum.

Gejala-gejala Kesulitan Belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono ( 2013), beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar :

  1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas.

  2. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha keras tetapi nilainya selalu rendah.

  3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.

  4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar.

  5. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang berlainan.

Gejala-gejala tersebut harus diketahui oleh guru supaya guru dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dari gejala tersebut maka guru dapat bekerja sama dengan guru bimbingan konseling untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami gejala kesulitan belajar.