Apa yang dimaksud dengan Kepuasan Hidup?

Kepuasan hidup adalah kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai dengan tingkat kegembiraan. Selain itu, tingkat keberhasilan individu ketika memecahkan masalah penting dalam kehidupannya juga mempengaruhi kebahagiaan dan menentukan kepuasan hidup individu tersebut.

Apa yang dimaksud dengan Kepuasan Hidup ?

1 Like

Kepuasan hidup merupakan komponen kognitif dalam kesejahteraan hidup atau subjective well being (Andrew & Withey). Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik (Lucas & Diener).

Andrews dan Withey mengidentifikasi komponen subjective well being menjadi positive affect dan negative affect (sebagai komponen afektif dari subjective well being) serta life satisfaction (sebagai komponen kognitif).

Komponen afektif mengacu pada evaluasi langsung individu terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya, meliputi perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dialami individu dalam hidupnya. Sementara komponen kognitif mengacu pada evaluasi kognitif terhadap hidup individu secara keseluruhan dan atas area-area penting dari kehidupan individu (Diener, Suh, Lucas & Smith, 1999).

Diener dan Biswas-Diener (2008) mengatakan bahwa kepuasan hidup merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama dalam hidup yang mereka anggap penting (domain satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang.

Kepuasan hidup dan domain satisfaction tersebut berpatokan pada kepercayaan atau sikap individu dalam menilai kehidupannya (Schimmack, 2008). Dalam hal ini, individu menilai apakah situasi dan kondisi dalam kehidupannya positif dan memuaskan (Pavot, 2008).

Secara konsep, domain satisfaction merupakan bagian dari kepuasan hidup. Hubungan antara kepuasan hidup dan domain satisfaction tersebut dapat dijelaskan melalui 2 pendekatan teori subjective wellbeing yaitu; bottom up theories dan top down theories.

  • Bottom up theories mengasumsikan bahwa penilaian kepuasan hidup dilakukan berdasarkan pengukuran satisfaction pada sejumlah domain kehidupan. Hubungan kepuasan hidup dan domain satisfaction menggambarkan pengaruh sebab akibat domain satisfaction terhadap kepuasan hidup.

    Sebagai contoh, individu yang memiliki marital satisfaction (domain satisfaction) tinggi juga memiliki kepuasan hidup tinggi karena marital satisfaction merupakan aspek penting dari kepuasan hidup. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction juga akan mengakibatkan perubahan pada kepuasan hidup.

  • Top down theories menjelaskan kebalikan dari asumsi bottom up theories. Seorang individu yang puas atas hidupnya secara keseluruhan juga akan menilai area (domain) penting dalam kehidupannya secara lebih positif, meskipun kepuasan hidup tidak berdasar pada kepuasan atas area penting tersebut. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction tidak akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada kepuasan hidup.

    Schimmack juga menjelaskan hubungan antara kepuasan hidup dan kepuasan hidup dengan mengatakan bahwa apabila kepuasan hidup semakin meningkat, maka domain satisfaction mungkin meningkat tanpa adanya perubahan objektif pada domain tersebut.

Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan hidup merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup (domain satisfaction) berdasarkan suatu standar atau patokan yang dibuat oleh individu itu sendiri.

Aspek Kepuasan Hidup


Diener dan Biswas-Diener (2008) serta pembahasan lebih lanjut dalam jurnal beliau yang berjudul Subjective Well Being: Three Decades of Progress (1999) mengatakan bahwa dalam komponen kepuasan hidup ini terdapat:

  1. Keinginan untuk mengubah kehidupan,
  2. Kepuasaan terhadap hidup saat ini,
  3. Kepuasan hidup di masa lalu,
  4. Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan,
  5. Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.

Kelima aspek diatas terangkum dalam 5 item pernyataan dalam satisfaction with life scale oleh Diener. (1985), antara lain:

  1. In most ways my life is close to my ideal.
  2. The conditions of my life are excellent.
  3. I am satisfied with my life.
  4. So far I have gotten the important things I want in life.
  5. If I could live my life over, I would change almost nothing

Sementara itu, dalam domain satisfaction terdapat beberapa area seperti work, family leisure, health, finances, self dan one’s group (Diener, 1999).

Karakteristik Individu yang Memiliki Kepuasan Hidup Tinggi


Karakteristik individu yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi antara lain memilik keluarga dan teman dekat yang supportif, memiliki pasangan yang romantis, memiliki aktivitas pekerjaan dan aktivitas pensiun yang berharga, menikmati waktu santai mereka dan mempunyai kesehatan yang baik. Individu dengan kepuasan hidup tinggi dikatakan juga tidak memiliki masalah dengan kecanduan alkohol, obat-obatan atau judi (Diener, 2008).

Diener (2009) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi adalah individu yang memiliki tujuan penting dalam hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi, individu yang kepuasan hidupnya tinggi merasa bahwa hidup mereka bermakna dan mempunyai tujuan dan nilai yang penting bagi mereka.

Selain itu, Diener, (1985) mengatakan bahwa individu yang puas akan kehidupannya adalah individu yang menilai bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi segala sesuatu berjalan dengan baik, selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan menyukai tantangan.

Sementara itu, Wilson mengatakan bahwa individu yang bahagia adalah individu yang berusia muda, sehat, berpendidikan yang baik, berpenghasilan baik, beragama, menikah, mempunyai semangat kerja mtanpa memandang jenis kelamin dan tingkat kecerdasan individu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup


Komponen afektif dan kognitif dari subjective well being dipengaruhi oleh faktor penyebab yang berbeda. Prediktor perubahan pada komponen kognitif lebih kepada perubahan yang terjadi pada domain penting dalam hidup individu (Headey et al.).

Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum dan khususnya kepuasan hidup pada seorang individu antara lain:

1. Kesehatan

Diener (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa hal yang berkaitan dengan kebahagiaan adalah penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang didasarkan pada analisa medis. Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia (Hurlock, 1980).

Diener dan Biswas-Diener (2008) juga mengatakan bahwa individu yang bahagia lebih jarang mengalami sakit daripada individu yang tidak bahagia. Hal ini dikarenakan kebahagiaan dapat menangkis infeksi penyakit, pertahanan melawan gaya hidup yang dapat menimbulkan penyakit dan melindungi dari penyakit jantung. Sementara itu, ketidakbahagiaan dan depresi dikatakan dapat membahayakan kesehatan individu.

Olahraga juga dikatakan mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan dan kebahagiaan individu.Hal ini dikemukakan oleh Argyle dan Serafino (dalam Carr, 2004) yang menyatakan bahwa dampak jangka pendek dari olahraga adalah dapat menimbulkan emosi positif yaitu dengan adanya pengeluaran endorphin diotak.Lebih lanjut, dampak jangka panjangnya adalah mengurangi depresi dan kecemasan, meningkatkan kecepatan dan ketepatan kerja, memperbaiki konsep diri dan meningkatkan kebugaran tubuh dan fungsi kardiovaskuler yang baik serta mengurangi resiko timbulnya penyakit sehingga pada akhirnya mengarah pada kebahagiaan.

2. Status Kerja

Argyle (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa individu dengan status bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil tampak lebih bahagia daripada individu yang tidak terampil.Wright (dalam Diener, 2009) juga mengatakan bahwa individu yang bekerja dengan menerima upah lebih bahagia daripada individu bekerja yang tidak menerima upah.

Diener et al. (2008) juga mengatakan bahwa ketika individu menikmati pekerjaannya dan merasa pekerjaan tersebut adalah hal yang penting dan bermakna maka individu akan puas terhadap kehidupannya. Sebaliknya, ketika individu merasa pekerjaannya buruk oleh karena lingkungan pekerjaan yang buruk dan kurang sesuai dengan diri individu tersebut maka individu akan merasa tidak puas pada kehidupannya.

Lebih lanjut, Hurlock (1980) mengatakan bahwa semakin rutin sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan untuk mempunyai otonomi dalam pekerjaan, maka kepuasan akan semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat pada tugas sehari-hari yang diberikan kepada anak-anak dan juga pekerjaan orangorang dewasa.

3. Penghasilan/Pendapatan

Penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial dan kepuasan finansial berkaitan dengan life satisfaction (Diener & Oishi dalam Eid & Larsen, 2008).Diener dan Seligman (dalam Weiten & Llyod, 2006) juga mengatakan bahwa penghasilan mempunyai hubungan yang lemah dengan kebahagiaan.Dalam hal ini, kemiskinan dilaporkan dapat menyebabkan individu tidak bahagia, namun kekayaan juga dikatakan tidak selamanya menyebabkan individu bahagia.

4. Realisme dari Konsep-Konsep Peran

Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru.Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua dan pencari nafkah dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai- nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.Semakin berhasil seseorang melaksanakan tugas tersebut semakin hal itu dihubungkan dengan prestise, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan (Hurlock, 1980).

Myers juga mengatakan bahwa individu baik pria maupun wanita yang telah menikah lebih bahagia daripada individu yang tidak menikah, baik yang bercerai, berpisah maupun tidak pernah menikah sama sekali. Hal tersebut dikarenakan pernikahan menyediakan intimasi psikologis dan fisik, yang meliputi memilki anak dan membangun rumah, peran social sebagai orangtua dan pasangan, dan menegaskan identitas dan menciptakan keturunan.

5. Pernikahan

Meskipun hubungan romantis dapat menimbulkan keadaan stres, namun hubungan romantis juga adalah sumber kebahagiaan (Weiten & Llyod, 2006). Penelitian menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki subjective well being yang lebih tinggi daripada kelompok individu yang tidak menikah (Diener, 2009).

Glenn juga mengatakan bahwa meskipun wanita yang menikah mungkin dilaporkan mengalami gejala stress yang lebih besar daripada wanita yang tidak menikah, mereka juga dilaporkan memiliki life satisfaction yang lebih tinggi. Lebih lanjut, pernikahan merupakan predictor utama dari subjective well being ketika faktor pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan dikontrol.

Pernikahan yang memiliki komunikasi yang saling menghargai dan jelas serta saling memaafkan kesalahan masing-masing berkaitan dengan tingkat kepuasan yang tinggi sehingga mengakibatkan kebahagiaan yang lebih tinggi.

6. Usia

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bradburn dan Caplovitz menemukan bahwa individu usia muda lebih bahagia daripada individu yang berusia lanjut. Akan tetapi, sejumlah tokoh mengadakan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penelitian tersebut dan hasilnya menunjukkan dua hal, ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap kebahagiaan tetapi ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan yang positif antara usia dengan life satisfaction (Diener, 2009).

7. Pendidikan

Pendidikan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap subjective well being (Palmore; Palmore & Luikart, 2009) dan memiliki interaksi dengan variabel lain yaitu pendapatan (Bradburn & Caplovitz, 2009). Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kebahagiaan wanita (Freudiger; Glenn & Weaver; dan Mitchell, 2009).

8. Agama/Kepercayaan

Myers mengatakan bahwa agama dapat memberikan tujuan dan makna hidup, membantu individu mensyukuri kegagalannya, memberikan individu komunitas yang supportif, dan memberikan pemahaman mengenai kematian secara benar. Agama menyediakan manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis individu sehingga akhirnya meningkatkan life satisfaction. Agama dapat menyediakan perasaan bermakna dalam kehidupan setiap hari terutama saat masa krisis.Selain itu, juga menyediakan identitas kolektif dan jaringan social dari sekumpulan individu yang memiliki kesamaan sikap dan nilai.(Diener et al., 2009).

9. Hubungan sosial

Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction. Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya. Sebaliknya, kehilangan orang yang disayangi akan menyebabkan individu menjadi tidak puas akan hidupnya dan individu tersebut memerlukan waktu untuk kembali menilai kehidupannya secara positif (Diener et al., 2009).

Satisfaction merupakan satu keadaan kesenangan dan kesejahteraan, disebabkan karena orang telah mencapai satu tujuan atau sasaran (Chaplin, 2006). Sedangkan Diener (1984); Shin dan Johnson (dalam Diener, Emmons, Larsen, & Griffin, 1985) mendefinisikan kepuasan hidup sebagai penilaian menyeluruh terhadap kualitas kehidupan seseorang berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkannya sendiri.

Michalos (dalam Amat & Mahmud, 2009) menegaskan kepuasan hidup adalah melibatkan berbagai konstruk yang memerlukan seseorang itu menilai berbagai aspek kehidupannya seperti kesehatan, keuangan, kerja, serta hubungan interpersonalnya. Tetapi kebanyakan masyarakat meletakkan berbagai nilai tersebut terhadap salah satu aspek saja.

Sedangkan Diener (1984) menegaskan seseorang itu perlu melihat kepada aspek kepuasan hidupnya secara kognitif dan menyeluruh. Pavot dan Diener (1993) menyatakan kepuasan hidup sebagai penilaian secara keseluruhan terhadap perasaan dan sikap seseorang berkaitan dengan kehidupannya pada suatu waktu.

Sementara itu Sosusa dan Lyubomirsky (2001) menyatakan kepuasan hidup seseorang itu merujuk kepada penerimaan seseorang terhadap keadaan kehidupannya serta sejauh mana seseorang itu dapat memenuhi apa yang dikehendakinya secara menyeluruh. Secara umum
kepuasan hidup merujuk kepada sejauh mana seeseorang itu berpuas hati dengan apa yang diperolehnya selama ini. Ia adalah aspek yang diukur secara kognitif oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Kepuasan hidup sukar untuk didefinisikan karena aspek kepuasan hidup adalah bersifat subjektif.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan hidup adalah penilaian secara menyeluruh terhadap berbagai konstruk dalam kehidupan seseorang dengan didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh dirinya sendiri. Sedangkan aspek kepuasan hidup bukanlah dinilai berdasarkan area-area tertentu melainkan dinilai berdasarkan aspek kognitif seseorang secara menyeluruh terhadap kualitas hidupnya didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh dirinya sendiri.

Karakteristik Individu yang Memiliki Kepuasan Hidup


Menurut Pavot dan Diener (1993) aspek kepuasan hidup dinilai dari aspek kognitif seseorang secara keseluruhan terhadap kualitas hidupnya berdasarkan kriteria yang dipilih oleh mereka sendiri. Jadi, aspek kepuasan hidup bukanlah merujuk kepada kepuasan hidup dari aspek- aspek seperti kesehatan, persahabatan, keuangan dan taraf sosial seseorang.

Diener (1985) mengatakan bahwa individu yang puas akan kehidupannya adalah individu yang menilai bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi segala sesuatunya berjalan dengan baik, selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan menyukai tantangan.

Kepuasan hidup seseorang menunjukkan sebuah kesenangan atau penerimaan hidup individu tersebut, atau pemenuhan keinginan dan kebutuhan hidup individu secara keseluruhan (Sousa & Lyubomirsky, 2001).

Sousa & Lyubomirsky (2001) menyatakan kepuasan hidup seseorang adalah sebuah penerimaan seseorang terhadap keadaan kehidupannya serta sejauh mana seseorang itu dapat memenuhi apa yang dikehendakinya secara menyeluruh.

Secara umum kepuasan hidup merujuk kepada sejauh mana seeseorang itu berpuas hati dengan apa yang diperolehnya selama ini. Dirinya adalah aspek yang diukur secara kognitif oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Kepuasan hidup sukar untuk didefinisikan karena aspek kepuasan hidup adalah bersifat subjektif.

Berdasarkan pendekatan kognitif yang disampaikan oleh Diener (1985) dalam Frisch (2006) kepuasan hidup merupakan penilaian secara kognitif dimana seseorang membandingkan keadaannya saat ini dengan keadaan yang dianggapnya sebagai standar ideal. Semakin kecil perbedaan yang dirasakan yaitu antara apa yang diharapkan dengan apa yang dicapai oleh individu maka semakin besar kepuasan hidup seseorang (Diener, 1985 dalam Frisch, 2006).

Pendekatan Kepuasan Hidup

Kepuasan hidup dapat dilihat dari dua pendekatan yang berbeda, pertama Diener mengenalkan teori bottom-up, dimana kepuasan hidup dipengaruhi oleh penilaian individu terhadap domain-domain yang menurutnya penting dalam kehidupannya. Kedua teori top-down, yang melihat bahwa kepuasan hidup akan mempengaruhi domain kepuasan seseorang. Seseorang yang umumnya puas dengan kehidupannya juga akan mengevaluasi domain penting dalam kehidupan dengan lebih positif, meskipun kepuasan hidup secara umum tidak hanya didasarkan pada kepuasan terhadap domain tersebut saja.

Andrews & Withey (1976) dalam Diener (2009) mengatakan bahwa kedua pendekatan tersebut merupakan proses yang sejalan atau disebut dengan feedback loop . Misalkan, ketika penghasilan pertama kali meningkat maka domain finansial juga meningkat, dan menyebabkan kepuasan hidup meningkat secara keseluruhan. Ketika kepuasan hidup meningkat maka kepuasan di domain-domain lain juga meningkat, walaupun peningkatan domain-domain tersebut tidak terlalu tampak.

Aspek Kepuasan Hidup

Ryff (1990) mengungkapkan bahwa kepuasan hidup atau kondisi well – being terdiri dari enam aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Self Acceptance (penerimaan diri)

Self Acceptance didefinisikan sebagai suatu ciri sentral dari kesehatan mental sebagaimana karakteristik dari aktualisasi diri, fungsi individu yang optimal.

2. Positive relations with others (hubungan positif dengan orang lain)

Banyak teori menekankan pentingnya kehangatan dan kepercayaan pada relasi interpersonal. Kemampuan untuk mencintai merupakan komponen sentral dari kesehatan mental.

3. Outonomy (kemandirian)

Orang yang telah mencapai aktualisasi diri adalah individu yang mampu memainkan fungsi otonomi dan perlawanan terhadap ketidaksopanan.

4. Environmental Mastery (penguasaan lingkungan)

Individu yang mampu memilih atau membentuk lingkungan agar menjadi nyaman merupakan karakteristik dari kesehatan mental. Penguasaan lingkungan adalah suatu kemampuan memanipulasi dan mengontrol keadaan lingkungan.

5. Purpose in Life (tujuan hidup)

Kesehatan mental didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang terhadap tujuan hidup dan kebermaknaan dalam hidup. Kematangan menekankan adanya tujuan yang terarah dan komprehensif dalam hidup, perasaan yang terarah dan mempunyai tujuan.

6. Personal Growth (perkembangan pribadi)

Fungsi psikologis optimal tidak hanya memerlukan karakteristik utama dan tujuan utama, tapi juga prestasi yang harus dilanjutkan mengembangkan potensi lain untuk mengembangkan pribadi. Kebutuhan aktualisasi diri dan merealisasikan potensi merupakan sentral dari perkembangan pribadi.

Definisi Kepuasan Hidup

Berdasarkan pendekatan kognitif, kepuasan hidup merupakan penilaian secara kognitif dimana seseorang membandingkan keadaannya saat ini dengan keadaan yang dianggapnya sebagai standar ideal (Diener, Emmons, Larsen, & Griffen, dalam Frisch, 2006). Semakin kecil perbedaan yang dirasakan yaitu antara apa yang diharapkan dengan apa yang dicapai oleh individu maka semakin besar kepuasan hidup seseorang (Diener dkk, dalam Frisch, 2006).

Menurut pendekatan quality of life , kepuasan hidup mengacu pada evaluasi subjektif mengenai seberapa banyak kebutuhan, tujuan, dan nilai-nilai yang kita punya telah terpenuhi dalam kehidupan. Dengan demikian, kesenjangan yang dirasakan antara apa yang kita miliki dan apa yang kita inginkan menjadi penentu tingkat kepuasan hidup atau ketidakpuasan seseorang.

Kepuasan hidup berpatokan pada kepercayaan atau sikap individu dalam menilai kehidupannya (Schimmack dalam Eid & Larsen, 2008). Dalam hal ini, individu menilai apakah situasi dan kondisi dalam kehidupannya positif dan memuaskan (Pavot dalam Eid & Larsen, 2008).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan hidup adalah penilaian kognitif seseorang atas kehidupan yang baik dan memuaskan dengan membandingkan keadaannya saat ini dengan keadaan yang dianggapnya sebagai standar ideal.

Komponen Kepuasan Hidup

Diener dan Biswar (2008) mengemukakan bahwa kepuasan hidup memiliki lima komponen, yaitu Keinginan untuk mengubah kehidupan, kepuasan terhadap kehidupan saat ini, kepuasan hidup di masa lalu, kepuasan terhadap kehidupan di masa mendatang, dan penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.

Kelima komponen tersebut mewakili 5 item pernyataan dalam Satisfaction with Life Scale oleh Diener et al. (2008: hal.234), yaitu:

  1. In most ways my life is close to my ideal.

  2. The conditions of my life are excellent.

  3. I am satisfied with my life.

  4. So far I have gotten the important things I want in life.

  5. If I could live my life over, I would change almost nothing.

Struktur Kepuasan Hidup

Kepuasan hidup merupakan aspek kognitif dari subjective well-being (Diener, 2009). Kepuasan hidup dapat dilihat dari dua pendekatan yang berbeda, pertama Diener mengenalkan teori bottom-up , dimana kepuasan hidup dipengaruhi oleh penilaian individu terhadap domain-domain yang menurutnya penting dalam kehidupannya. Kedua teori top-down , yang melihat bahwa kepuasan hidup akan mempengaruhi domain kepuasan seseorang. Seseorang yang umumnya puas dengan kehidupannya juga akan mengevaluasi domain penting dalam kehidupan dengan lebih positif, meskipun kepuasan hidup secara umum tidak hanya didasarkan pada kepuasan terhadap domain tersebut saja. Andrews dan Withey (dalam Diener, 2009) mengatakan bahwa kedua pendekatan tersebut merupakan proses yang sejalan atau disebut dengan feedback loop. Contohnya, ketika penghasilan pertama kali meningkat maka domain finansial juga meningkat, dan menyebabkan kepuasan hidup meningkat secara keseluruhan. Ketika kepuasan hidup meningkat maka kepuasan di domain-domain lain juga meningkat, walaupun peningkatan domain-domain tersebut tidak terlalu tampak.

Referensi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34742/Chapter%20II.pdf;sequence=4

Kepuasan hidup biasanya dikonseptualisasikan sebagai hasil akhir dari evaluasi situasi kehidupan seseorang relatif pada beberapa referensi standar manusia (George, 1979, dalam Usui et.al, 1985). Referensi standar manusia yang dimaksud adalah nilai dan norma budaya yang biasanya dianut secara universal oleh semua orang, misalnya kesuksesan di bidang akademis atau pekerjaan. Referensi standar yang dianut juga bisa berbeda pada tiap individu tergantung dari nilai dan norma budaya yang dianutnya.

Pavot & Diener (1993) juga mendefinisikan kepuasan hidup hampir serupa dengan George, yaitu kepuasan hidup adalah penilaian kognitif oleh individu secara sadar terhadap kehidupannya dimana kriteria penilaian ditetapkan oleh individu tersebut. Selain itu menurut Bee (1997), kepuasan hidup adalah kepuasan terhadap kehidupan secara menyeluruh yang sifatnya sangat subyektif berdasar pada bagaimana individu memandang hidupnya sendiri. Hal tersebut terkait dengan perasaan sejahtera secara personal dan merupakan hal penting bagi successful aging .

Dalam literatur lain, Ardelt (1997) mengungkapkan bahwa, kepuasan hidup dioperasionalisasikan sebagai perasaan puas dan kurangnya perasaan tidak puas pada semua area kehidupan individu. Selain itu menurut Ardelt, kepuasan hidup juga adalah keselarasan terhadap tujuan yang diinginkan dengan tujuan yang dicapai.

George (1981, dalam Krause 2004), memandang bahwa kepuasan hidup merupakan ringkasan penilaian dari tujuan dan hasil yang mencakup perjalanan sepanjang hidup. Evaluasi tersebut dibuat sepanjang perjalanan kehidupan dan dapat menjadi sangat penting dalam kehidupan akhir individu karena ari evaluasi tersebut individu dapat lebih memaknai hidupnya hingga nanti ia tutup usia.

Kepuasan hidup adalah penilaian kognitif individu mengenai kepuasannya terhadap kehidupannya secara menyeluruh, terhadap tujuan yang diinginkan dan tujuan yang telah dicapai, secara sadar, bersifat subyektif, berdasarkan pada kriteria penilaian yang ditetapkan oleh individu tersebut.

Pavot & Diener (1993) mengidentifikasikan kepuasan hidup sebagai komponen kognitif dari subjective well-being. Konstruksi ini mewakili evaluasi kognitif dan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan. Pavot & Diener (2008) mendefinisikan kepuasan hidup sebagai proses penilaian yang dilakukan individu itu sendiri terhadap kualitas kehidupan mereka yang berdasarkan kriteria unik. Kepuasan hidup bersifat subjektif sehingga standar yang digunakan untuk mengevaluasi kepuasan hidupnya tergantung pada penilaian yang individu tentukan sendiri.

Senada dengan pernyataan tersebut, Frisch (Huebner, Suldo, Valois, Drane, & Zullig, 2004) mengemukakan bahwa kepuasan hidup merupakan evaluasi yang bersifat subjektif mengenai apa yang paling penting dalam kehidupannya, tujuan hidupnya, dan harapan yang telah terpenuhi.

Diener, Emmons, Larsen, & Griffin (1985) mendefinisikan kepuasan hidup sebagai suatu respon evaluatif terhadap kehidupan secara keseluruhan atau mengacu pada aspek kehidupan tertentu, seperti keluarga, teman, dan sekolah.

Hal yang sama juga disampaikan Huebner (2001) yang memandang kepuasan hidup sebagai evaluasi seseorang mengenai kehidupannya secara keseluruhan, maupun pada dimensi-dimensi dalam kehidupan seseorang seperti keluarga, teman, sekolah, lingkungan, dan diri sendiri.

Hurlock (2009) mendefinisikan kepuasan hidup sebagai keadaan sejahtera atau kepuasan hati yang timbul hasil dari evaluasi individu karena kebutuhan dan harapan tertentu terpenuhi. Kepuasan hidup dapat juga diartikan sebagai bentuk emosi positif terhadap masa lalu.

Dimensi Kepuasan Hidup

Huebner (2004) menjelaskan kepuasan hidup siswa yang dapat dilihat berdasarkan dimensi-dimensi berikut:

1. Keluarga

Keluarga merupakan salah satu pendukung sosial yang mempengaruhi kepuasan hidup. Pencegahan dan upaya intervensi dari ketidakpuasan hidup dapat diperoleh dari pengalaman yang terjadi dalam keluarga.

2. Teman

Teman merupakan faktor eksternal yang berkontribusi terhadap kualitas hidup. Hubungan baik yang terjalin dengan teman sebagai domain positif yang mempengaruhi kepuasan hidup seprti membangun komitmen pertemanan, saling menyukai, serta membangun kepercayaan, dan loyalitas.

3. Sekolah

Sejauhmana sekolah memberikan peranan atau menjalankan fungsinya, khususnya dalam proses pengembangan intelektual serta efektifitas akademik.

4. Lingkungan Tempat Tinggal

Lingkungan tempat tinggal mencakup lingkungan rumah dan masyarakat. Lingkungan tempat tinggal menyoroti karakter fisik dan interpersonal di dalam rumah, kualitas pribadi atau tetangga, teman-teman, komunitas serta ikatan sosial, dan keamanan.

5. Diri Sendiri

Kesejahteraan psikologis dipertimbangkan berdasarkan indikator yang positif. Indikator positif dalam hal ini mencakup kepuasan dasar seseorang terhadap dirinya sendiri