Apa yang dimaksud dengan Kepercayaan atau Trust?

Kepercayaan

Kepercayaan atau Trust adalah keyakinan bahwa orang akan melakukan apa yang mereka janjikan.

Dalam aliansi strategis dan usaha patungan, tidak mungkin untuk menyatakan semua harapan, maka di sinilah aspek implisit dari kepercayaan masuk.

Referensi : Louise Kelly & Chris Booth, 2004, Dictionary of Strategy: Strategic Management, SAGE Publications, Inc.

Kepercayaan merupakan keyakinan suatu kelompok atau individu dalam reliabilitas dan integritas dari seorang patner atau pasangannya (Arnould, Price & Zinkhan, 2004). Moorman, Zaltman & Deshpande (1992) mendefinisikan kepercayaan sebagai kebersediaan untuk mengandalkan sesuatu pada sebuah patner dimana seseorang berkeyakinan. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Schurr & Ozane (1985) mendefinisikan kepercayaan sebagai sebuah keyakinan bahwa janji dari seorang patner dapat diandalkan dan sebuah kelompok akan memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam sebuah hubungan.

Beberapa peneliti mengatakan bahwa kepercayaan adalah tingkat keyakinan yang dipersepsikan pada reliabilitas dan kejujuran dari pasangan-pasangannya (Crosby, Evans & Cowles, 1990). Sementara menurut Garbarino & Johnson (1999), kepercayaan telah diperlakukan sebagai dasar yang baik dalam membangun hubungan yang stabil.

Pada kesempatan lain, Morgan & Hunt (1994) mengatakan bahwa kepercayaan kepada seorang patner yang merupakan hasil dari keyakinan bahwa kelompok tersebut reliable dan mempunyai tingkat integritas yang tinggi, yang dapat diasosiasikan dengan hal-hal sebagai berikut:

  • Konsistensi.

  • Kompetensi.

  • Kejujuran.

  • Keadilan.

  • Tanggung jawab.

  • Kebersediaan untuk membantu.

  • Kebaikan hati.

Jadi kepercayaan adalah pada saat seorang patner yang memiliki reliabilitas dan integritas dapat diandalkan dan diharapkan untuk memenuhi kewajiban- kewajiban dalam sebuah hubungan yang stabil.

Variabel-variabel yang Mempengaruhi Kepercayaan


Morgan & Hunt (1994) berpendapat bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi kepercayaan adalah sebagai berikut:

  • Nilai-nilai yang terbagi ( shared values ).
    Shared values didefinisikan di dalam pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan persepsi-persepsi dari individu bahwa mereka membagi nilai-nilai yang sama dengan partner.

  • Komunikasi ( communication ).
    Komunikasi mempunyai tiga subconstructs. Subconstructs tersebut yaitu: frekuensi, relevansi dan timeliness sebuah komunikasi antar pasangan.

  • Perilaku oportunistik ( opportunistic behavior ).
    Perlu diketahui bahwa perilaku oportunistik mempengaruhi kepercayaan secara negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ada persepsi-persepsi dari individu bahwa partnernya telah mengambil keuntungan dari mereka di masa yang lampau.

Keuntungan dari Terbentuknya Kepercayaan


Di dalam sebuah partnership, kepercayaan adalah sebuah variabel mediasi. Kepercayaan dapat meningkatkan keuntungan-keuntungan sebagai berikut (Morgan & Hunt, 1994):

  • Meningkatkan kerjasama/ cooperation .

  • Meningkatkan terjadinya a cquiescence .

  • Meningkatnya functionality dari conflict .

  • Menurunkan keinginan untuk pergi/ prospensity to leave .

  • Menurunkan ketidakpastian/ uncertainty .

A post was merged into an existing topic: Apa yang dimaksud Kepercayaan Konsumen?

A post was merged into an existing topic: Apa yang dimaksud Kepercayaan Konsumen?

Kepercayaan (trust) menggambarkan tindak keyakinan seseorang kepada orang lain untuk melakukan sesuatu dalam cara-cara yang wajar dan dapat diprediksi (Luhman, 1979). Tingkat kepercayaan atau rasa saling percaya diyakini berbeda sesuai tugas, situasi dan orangnya. Hal ini sesuai dengan konsep dasar mengenai kepercayaan dan kecurigaan yang dikembangkan dalam penelitian Kee & Knox (1970). Kepercayaan (trust) adalah suatu keadaan psikologis berupa keinginan untuk menerima kerentanan berdasarkan pengharapan yang positif terhadap keinginan ataupun tujuan dari perilaku orang lain (Rousseau, 2007).

Rotter (1967) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah keyakinan bahwa kata atau janji seseorang dapat dipercaya dan seseorang akan memenuhi kewajibannya dalam sebuah hubungan pertukaran. Morgan dan Hunt (1994) mendefinisikan bahwa kepercayaan (trust) akan terjadi apabila seseorang memiliki kepercayaan diri dalam sebuah pertukaran dengan mitra yang memiliki integritas dan dapat dipercaya.

Mayer et al. (1995) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah kemauan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya.

Kepercayaan (trust) juga merupakan suatu pilihan yang didasarkan pada persepsi bahwa pilihannya akan membuatnya untung, akan tetapi tidak selalu begitu. Terkadang pilihan tersebut akan membuatnya rugi. Keuntungan dan kerugian tersebut adalah tergantung pada orang yang dipercaya dan ada kemungkinan bahwa kerugian yang diperoleh lebih besar dari pada keuntungan, dan sebaliknya ada juga kemungkinan bahwa keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada kerugian (Deutsch dalam Johnson & Johson, 2000). Johnson dan Johnson (2000) berpendapat bahwa kepercayaan (trust) adalah adanya keyakinan bahwa anggota lain akan memberikan keuntungan dan terbentuk melalui sikap terbuka, menerima, mendukung, berbagi, dan kerja sama di antara anggota kelompok.

Kepercayaan (trust) adalah keyakinan seseorang terhadap orang lain untuk melakukan sesuatu dan memenuhi kewajibannya dengan cara-cara yang wajar dan sesuai dengan yang diharapkan.

Aspek-Aspek Kepercayaan (Trust)


Johnson dan Johnson (2000) mengemukakan bahwa kepercayaan (trust) terdiri dari 5 (lima) aspek, yaitu:

  1. Keterbukaan (Openness)
    Keterbukaan meliputi kesediaan individu untuk berbagi informasi, ide, pemikiran, perasaan, pendapat, dan reaksi terhadap hal yang sedang dialami.

  2. Berbagi (Sharing)
    Berbagi berarti kesediaan individu untuk membagikan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya kepada orang lain untuk membantu pencapaian tujuan bersama.

  3. Penerimaan (Acceptance)
    Penerimaan berarti melakukan komunikasi dengan orang lain dan menghargai pendapat orang lain tersebut tentang suatu hal yang sedang dibicarakan.

  4. Dukungan (Support)
    Dukungan meliputi komunikasi yang dilakukan individu dengan orang lain sehingga orang lain mengenal kelebihannya dan percaya bahwa orang lain tersebut mampu mengatur secara produktif situasi di mana mereka berada.

  5. Bekerjasama (Cooperative Intentions)
    Bekerja sama meliputi harapan individu untuk bisa bersikap kooperatif dan bahwa orang lain juga akan bersikap kooperatif untuk mencapai tujuan bersama.

Membangun Kepercayaan (Trust)


Johnson & Johnson (2000) menyatakan bahwa menerima dan mendukung kontribusi orang lain tidak berarti kita harus setuju dengan segala sesuatu yang mereka katakan. Kita bisa mengungkapkan rasa menerima dan mendukung atas keterbukaan dan sharing dari anggota lain dan saat yang sama mengungkapkan ide dan pandangan yang berbeda.

Kunci untuk membangun dan mempertahankan trust adalah menjadi trustworthy. Semakin acceptance dan supportive seseorang terhadap orang lain, maka orang lain akan semakin dapat mengemukakan pemikiran-pemikirannya, ide-ide, teori-teori, kesimpulan-kesimpulan, perasaan dan reaksinya. Jika seseorang dalam merespon keterbukaan orang lain bersifat trustworthy, maka semakin dalam dan personal pemikiran yang akan dibagikan orang lain. Jika seseorang ingin meningkatkan trust, maka perlu ditingkatkan trustworthiness.

Johnson & Johnson (1997) menyatakan bahwa untuk dapat bekerja secara efektif dan mencapai hasil maksimal, setiap individu harus mengembangkan hubungan kepercayaan (trust) yang saling menguntungkan. Kepercayaan (trust) dibangun melalui tahap-tahap trust dan trustworthy. Misalnya jika seseorang (A) mengambil resiko untuk membuka diri, dia mungkin akan mendapat konfirmasi atau tidak, tergantung pada apakah rekan kerjanya (B) merespon dengan penerimaan ataupun penolakan. Jika rekan kerjanya (B) mengambil resiko dengan menerima, mendukung atau kooperatif, dia juga akan mendapat konfirmasi ataupun tidak, tergantung apakah individu tadi (A) tertutup atau terbuka.

Menurut Johnson & Johnson (1997), untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan, setiap anggota dalam kelompok diharapkan dapat saling mengemukakan ide-ide, pemikiran, kesimpulan, perasaan dan reaksi sesuai dengan situasi. Sekali mereka melakukannya, anggota kelompok lain akan merespon dengan penerimaan, dukungan dan sifat yang kooperatif. Jika anggota kelompok menyatakan pendapatnya dan tidak menerima penerimaan yang dibutuhkannya, mereka mungkin akan menarik diri dari kelompok tersebut. Jika mereka diterima, mereka akan tetap mengambil resiko dengan berani terbuka sehingga dapat mengembangkan hubungannya dengan anggota kelompok yang lain. Interpersonal trust dibangun dengan resiko dan konfirmasi serta dihancurkan dengan resiko dan diskonfirmasi. Tanpa resiko tidak akan ada kepercayaan (trust).

Langkah dalam membangun kepercayaan (trust) menurut Johnson & Johnson (1997) adalah sebagai berikut :

  1. Individu A mengambil resiko dengan mengemukakan pemikirannya, info, kesimpulan, perasaan dan reaksi terhadap suatu situasi kepada individu B.
  2. Individu B mengkomunikasikan acceptance, support dan cooperativeness terhadap individu A.

Cara lain mengembangkan kepercayaan (trust) adalah :

  1. Individu B mengkomunikasikan acceptance, support dan cooperativeness terhadap individu A.
  2. Individu A merespon dengan mengemukakan pemikirannya, informasi, kesimpulan, perasaan dan reaksi terhadap situasi kepada individu B.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan (Trust)


Menurut Mayer (1995) trustee (penerima kepercayaan) akan dapat dipercaya jika memiliki tiga unsur, yaitu :

  1. Kemampuan (Ability)
    Ability adalah sekumpulan ketrampilan, kompetensi dan karakteristik yang membuat seseorang atau sekelompok orang memiliki kemampuan untuk memengaruhi pihak lain dalam sebuah bidang tertentu. Trustor menjadi percaya kepada trustee karena berkaitan dengan kemampuan trustee dalam bidang tertentu.

  2. Benevolence
    Benevolence adalah tingkatan seberapa jauh trustee dipersepsikan akan berbuat baik kepada trustor tanpa adanya motif keuntungan bagi trustee. Trustee dipersepsikan tetap akan berbuat baik walau saat trustee tidak mendapatkan reward.

  3. Integritas
    Integritas secara sederhana bermakna kesesuaian antara ucapan dan perbuatan seseorang. Hubungan antara integritas dan kepercayaan (trust) juga melibatkan adanya kesamaan pandangan terhadap prinsip-prinsip tertentu antara trustor dan trustee. Jika trustee memiliki perbedaan prinsip maka trustor akan menganggap trustee tidak memiliki integritas dalam pencapaian keinginan trustor. Beberapa hal lain yang memengaruhi tingkat integritas adalah pengakuan dari pihak lain, keyakinan bahwa trustee bersikap adil, dan segala hal yang memengaruhi persepsi integritas trustor kepada trustee.

Mayer (1995) menyebutkan bahwa ada dua unsur yang harus ada pada diri trustor (pemberi Kepercayaan) agar trustor mau memberikan kepercayaan (trust) kepada trustee. Unsur tersebut adalah :

  1. Ability adalah kemampuan mengetahui apakah trustee memiliki skill dan kemampuan yang dapat membuat tujuan atau keinginan trustor tercapai.
  2. Benevolence adalah kemampuan mempersepsikan bahwa trustee akan menggunakan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk mewujudkan keinginan atau kepentingan trustor.
Referensi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/45439/Chapter%20II.pdf;sequence=4