Apa yang dimaksud dengan kematangan diri atau self maturity ?

Kematangan diri

Kematangan diri merupakan suatu keadaan tahap pencapaian proses pertumbuhan atau perkembangan yang dapat berarti matanganya suatu sifat atau potensi fisik yang terjadi secara kodrat akibat proses pertumbuhan dan hanya tergantung pada waktu belaka.

Kematangan juga dapat berarti suatu fungsi atau potensial mental psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan.

Apa yang dimaksud dengan kematangan diri atau self maturity ?

Menurut Allport, penentu utama tingkah laku dewasa adalah seperangkat sifat (trait) yang terorganisir dan seimbang, yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan prinsip otonomi fungsional. Terkait dengan umur, beliau juga menyatakan bahwasanya tidak semua orang dewasa mencapai maturitas sepenuhnya. Tingkat seberapa besar fikiran dan keinginan sadar mengambil alih motivasi tak sadar, dan tingkat seberapa jauh trait bebas dari asalnya yang kekanak-kanakan, adalah ukuran kenormalan dan kemasakan seseorang.

Setiap individu memiliki pertumbuhan dan tugas perkembangan yang harus dilaluinya. Individu yang mencapai usia dewasa bisanya akan berusaha mencapai tingkat kematangan sehingga memiliki cirri tertentu dalam kematangan.

Menurut Monks kematangan didefinisikan sebagai kesiapan individu dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan tertentu dan kemampuan untuk berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi sebagai hasil pertumbuhan.

Terkait dengan kematangan, Allport, yang bertentangan dengan teori psikoanalisis, memaparkan beberapa gagasan sebagai berikut:

  • Allport tidak percaya bahwa orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi, tidak didorong oleh konflik tak sadar. Begitu pula dengan tingkah laku mereka, tidak ditentukan oleh hal atau kejadian yang ada di jauh dalam pandangan. Kekuatan-kekutan tak sadar itu hanya memepengaruhi orang yang neurotis. Individu yang sehat, rasional dan mempunyai kesadaran diri, menyadari sepenuhnya kekuatan yang membimbing mereka, serta dapat mengontrol kekuatan-kekuatan tersebut.

  • Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh taruma dan konflik masa kanak-kanak. Orang yang sehat dibimbing dan diarahkan pada masa sekarang, oleh intensi dan aspirasi-aspirasi masa depan, berpandangan optimis, tidak kembali pada masa lalu.

  • Antara orang yang sehat dan orang neurotis tidak ada kesamaan secara fungsional. Dalam pandangan Allport orang yang neurotis berada pada kehidupan konflik dan pengalaman anak-anak, sedangakan orang yang sehat befungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebh tinggi.

  • Allport lebih memfokuskan mempelajari orang dewasa yang matang (berlawanan dengan tokoh psikologi yang lain) yang lebih fokus pada orang neurotis. Karena itu dapat dikatakan bahwa sistem dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.

Kematangan Diri (Self Maturity)


Kematangan Diri

Allport mendefinisikan kematangan diri (maturity self) merupakan hasil dari keselarasan antara fungsi-fungsi fisik dan psikis sebagai hasil dari pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Maslow, kematangan diri seseorang ditandai dengan kemampuannya dalam mengaktualisasikan diri, yaitu menggunakan dan memanfaatkan secara utuh seluruh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi dan sebagainya.

P. Tillich juga memberikan pandangan bahwa kematangan diri biasanya ditandai dengan adanya keberanian untuk hidup, sifat yang mandiri dari individu, serius, tekun, rasa tanggung jawab, serta dapat menerima kenyataan hidup.

Menurut Gordon Allport, kepribadian yang matang dan sehat dipahami sebagai sosok pribadi yang selalu berjuang demi masa depan dengan mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian tanpa dipengaruhi oleh ketidaksadaran atau pengalaman kanak-kanak.

Perkembangan Kematangan Diri


Wasty Soemanto mengemukakan bahwasanya perkembangan pribadi manusia meliputi beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan fisiologis, perkembangan psikologis dan perkembangan pedagogis. Berikut ini akan dipaparkan perkembangan kematangan diri (self maturity) manusia menurut tiga aspek tersebut.

Perkembangan Fisiologis

Menurut Gesell dan Amatruda Kematangan diri manusia secara fisiologis berkisar dari usia 17 s.d 20 tahun. Dalam tahap ini pertumbuhan fisik anak menuju kesarah kematangan fisiologisnya. Semua fungsi jasmaniahnya berkembang menjadi seimbang. Keseimbangan fungsi fisiologis memungkinkan pribadi manusia berkembang secara positif sehingga manusia semakin mampu bertingkah laku sesuai dengan tuntutan sosial, moral, serta intelektualnya.

Perkembangan Psikologis

Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778) masa pematangan diri terlihat ketika individu berumur lebih dari 20 tahun. Dalam tahap ini, perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan hidup pribadi, yaitu pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, dan pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini direalisasikan oleh individu dengan belajar mengandalkan kehendaknya.

Dengan kemauannya, orang melatih diri untuk memilih keinginan- keinginan yang akan direalisasikan dalam bentuk tidakan-tindakannya. Realisasi setiap keinginan ini menggunakan fungsi penalaran, sehingga orang dalam masa perkembangan ini mulai mampu melakukan “self direction” dan “self controle”. Dengana kemampuan keduanya ini, maka manusia tumbuh dan berkembang menuju kematangan untuk hidup berdiri sendiri dan bertanggung jawab.

Perkembangan secara Pedagogis

John Amos Comenius (1952) mengemukakan bahwa perkembangan manusia terdiri dari 5 tahap yang salah satunya tahap kematangan pribadi. Tahap dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi, sehingga individu tersebut mempunyai kemampuan mengasihi Allah dan sesama manusia.

Dalam literature yang berbeda, Sullivan mengemukakan bahwa manusia yang berumur lebih dari 20 tahun memasuki periode maturity (kematangan). Setiap prestasi penting tahap yang terdahulu akan menjadi bagian penting dari kepribadian yang matang. Jadi dewasa yang matang hendakanya sudah belajar memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang penting. Bekerjasama dan berkompetisi dengan orang lain, mempertahankan hubungan dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi seksual, dan berfungsi secara efektif di masyarakat dimanapun ia berada. Menurut Sullivan, diantara pencapaiannya itu, intimasi yang paling penting.

Kematangan Diri

Karakteristik Kematangan Diri (Self Maturity)


Individu dikatakan matang apabila dalam perkembangannya individu tersebut mencapai suatu pertumbuhan dan perkembangan yang menunjukkan sebagai pribadi yang matang.

Menurut Allport, terdapat enam karakteristik kematangan diri individu, yaitu:

  1. Perluasan perasaan diri

    Perluasana perasaan diri merupakan kemampuan untuk berpartisipasi dan menyenangi rentang aktifitas yang luas, kemampuan mengidentifikasikan diri dan interesnya terhadap orang lain dan begitu juga sebaliknya, kemampuan masuk ke masa depan, berharap dan merencanakan.

    Perluasan diri ini beriringan dengan perkembangan diri. Jika pada awalnya diri hanya brpusat pada individu, maka diri akan menjadi tambah luas ketika lingkaran pengalaman tumbuh berkembang menjadi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika seseorang telah mencapai kematangan dalam dirinya maka ia akan memperluas perhatian sampai pada luar dirinya. Semakin individu terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau ide, maka ia akan semakin sehat secara psikologis.

  2. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain

    Merupakan kemampuan bersahabat dan kasih sayang, keintiman yang melibatkan hubungan cinta dengan keluarga dan teman, kasih sayang yang diekspresikan dalam menghormati dan menghargai hubungannya dengan orang lain.

    Terdapat dua macam kehangatan dalam berhubungan dengan orang lain, yaitu ; kapasitas untuk keintiman (cinta) dan kapasitas untuk perasaan terharu. Individu yang sehat secara psikologis akan mampu memperlihatkan rasa cintanya pada orang tua, anak, teman dan lain sebagainya. Tidak hanya itu saja, individu yang sehat secara psikologis juga mampu memahami rasa sakit, rasa takut, penderitaan dan kegagalan yang merupakan hal wajar yang dialami oleh manusia. Sedangkan perasaan haru dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang matang, sabar terhadap tingkah laku orang lain dan menerima kelamahan yang ada pada orang lain.

  3. Keamanan emosional dan penerimaan diri

    Kemampuan mengindari aksi yang berlebihan terhadap masalah yang menyinggung dorongan spesifik (misalnya menerima dorongan seks – memuaskan sebaik mungkin – tidak menghalangi tapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi sehingga perasaan menjadi seimbang.

    Diri yang matang adalah diri yang bisa menerima segala segi yang ada pada dirinya, tak terkecuali kelemahan-kelemahan. Diri yang matang mempunyai kecerdasan emosional yang membuat individu dapat mengontrol emosi dan tidak menyembunyikannya. Diri yang matang dan sehat akan terbebas dari perasaan tidak aman dan ketakutan. Selain itu, ia juga tidak mudah menyerah dan akan terus mencari cara-cara untuk mencapai tujuannya. Sehingga ia dapat menanggulangi kecemasan yang muncul tanpa terduga.

  4. Persepsi, keterampilan, dan tugas yang realistis

    Kemampuan memandang orang, objek dan situasi seperti apa adanya. Selain itu, individu yang matang juga akan memiliki kemampuan dan minat dalam memecahkan masalah, keterampilan yang cukup dalam menyelesaikan tugas, dan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa ada rasa panik, takut, rendah diri atau tingkah laku destruksi lainnya.

    Diri yang matang dan sehat dapat memandang dunia secara objektif, mereka tidak mudah memberikan kepercayaan terhadap sesuatu apakah suatu situasi itu baik atau jahat. Individu ini menerima realitas apa adanya tanpa harus mengubah realitas agar sesuai dengan keinginan, kebutuhan, khayalan dan ketakutan mereka sendiri.
    Orang yang berkepribadian sehat akan menunjukkan keberhasilan dalam pekerjaan, perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat- bakat tertentu sesuai tingkat kemampuannya. Dengan menggabungkan keterampilan dan komitmen, mereka menempatkan diri sepenuhnya dalam suatu pekerjaan atau tugas.

    Tidak hanya itu saja, individu dengan diri yang matang dan sehat menghubungkan tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif dalam setiap pekerjaannya. Jadi untuk memberikan perasaan kontinuitas dalam hidup, orang yang mempunyai diri matang dan sehat akan melakukan pekerjaan dan tanggung jawab dengan penuh dedikasi, komitmen dan keterampilan- keterampilan yang dimilikinya.

  5. Objektifikasi diri

    Objektifikasi diri ini terdiri dari dua, yaitu insight dan humor. Objektifikasi diri merupakan kemampuan untuk memandang secara objektif diri sendiri dan orang lain. Orang membutuhkan indight untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Sedangkan humor juga dibutuhkan orang lain karena humor dapat menyenangkan dan menertawakan di dunia, menghubungkan temuannya secara positif dengan dirinya sendiri dan orang lain pada saat yang sama, melihat ketidak teraturan dan kekacauan pada dirinya dan orang lain.

    Orang yang memiliki pribadi yang matang dan sehat akan memiliki pemahaman diri yang tinggi. Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan atau perbedaan antara gambaran diri dengan keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara keduanya, maka diri individu akan semakin matang. Individu yang memiliki pemahaman diri yang tinggi akan bersikap bijaksana terhadap orang lain. hal ini akan membuatnya diterima dengan baik oleh orang lain. selain itu, individu yang demikian juga mencerminkan diri yang cerdas dan humoris terkait dengan hal-hal aneh dan mustahil serta kemampuan menertawakan diri sendiri.

  6. Filasafat hidup yang mempersatukan

    Seharusnya ada latar belakang alur keseriusan yang lengkap yang memberi tujuan dan makna kepada apapun yang dilakukan orang. Agama adalah salah satu sumber terpenting dari filosofi semacam itu, walaupun bukan satu-satunya.

    Pribadi yang sehat akan selalu melihat ke depan. Hal ini didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana yang telah disusun dalam jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, mengerjakan suatu tugas sampai selesai dan sebagai batu sendi dalam kehisupan mereka sendiri. Dorongan inilah yang membuat kehidupan seseorang menjadi terarah. Nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) mempunyai peran yang penting dalam filsafat hidup. Dan nilai-nilai ini akan kuat apabila suara hati berperan pada perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang ain.

Literature yang berbeda menyebutkan bahwa Allport mengemukakan pribadi yang telah dewasa memiliki hal-hal yang tersebut dibawah ini:

  1. Extension of self (perluasan diri), yaitu bahwa hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya dengan kebutuhan- kebutuhan serta kewajiban-kewajiban yang langsung. Hal yang paling penting pada extension of self ini adalah proyeksi diri terhadap masa depan seperti merencanakan (planning) dan mengharapkan (hoping).

  2. Self objectification (objektifikasi diri), terdapatdua komponen pokok dalam hal ini, yaitu :

    • Insight, kecakapan individu untuk mengerti bagaiman dirinya sendiri.

    • Humor, kecakapan individu dalam memberikan kesenangan dan dapat menertawakan. Selain itu, yang dimaksud dengan humor juga disini adalah kecakapan dalam mempertahankan diriny dan hal-hal yang disenanginya, serta menyadari adanya ketidakselarasan dalam hal ini.

  3. Philoshophy of life (filsafat hidup), suatu hal yang mendorong individu dalam mengerjakan sesuatu. Yang mana sesuatu itu memberinya arti dan tujuan hidup. Salah satu yang dapat memberi dorongan adalah religi yang merupakan salah satu hal penting dalam hidup.

Menurut Erik Erikson, kematangan diri individu digambarkan dengan cirri-ciri sebagai berikut :

  1. Memiliki organisasi usaha yang efektif untuk mencapai tujuan hidupnya

  2. Dapat menerima realitas dunia secara tepat

  3. Memiliki integritas karakter, dalam pengertian yang etis, serius, bertanggung jawab, toleran dan mandiri

  4. Memiliki hubungan interpersonal dan intrapersonal yang baik, tidak egoistis, kurang atau mencurigai orang lain, dan mampu mempertahankan diri sendiri.

Dalam tulisannya “Holistic Dynamic Theory”, Abraham Maslow mengemukakan beberapa teori organismik terkait dengan kematangan diri (self maturity), yaitu:

  • Self actualization, memiliki kemampuan efisiensi dalam menerima realistis. Bahwa individu mempunyai relasi yang baik dengan lingkungannya dan tidak takut pada hal-hal yang belum pernah dialami.

  • Mampu menerima diri sendiri dan orang lain tanpa ada kebencian atau rasa malu.

  • Memiliki spontanitas dalam mengapresir dunia dan kebudayaan

  • Tidak egois, perhatian dan memiliki usaha untuk memecahkan masalah dengan cara yang efektif. Selain itu bersifat ulet dan tabah dalam menghadapi tugas.

  • Sanggup bebas dan mandiri terhadap lingkungan dan kebudayaan

  • Mempunyai kesegaran apresiasi yang continue terhadap sesama manusia dan tidak bersikap stereotipis. Ia juga mempunyai spontanitas dan respon yang sehat terhadap pengalaman- pengalaman baru

  • Mempunyai rasa sosial yang dalam dan kesanggupan identifikasi. Memiliki afeksi, simpati, menaruh belas kasih terhadap sesama makhluk di dunia

  • Mempunyai relasi sosial yang selektif

  • Memiliki struktur karakter, nilai-nilai dan sikap yang demokratis dan menghargai orang lain

  • Mempunyai kepastian etis, dapat membedakan tujuan dengan sarana. Dia berpegang teguh pada tujuan akhir yang hendak di capai

  • Mempunyai kesadaran humor yang filsafi, tidak mempunyai sikap permusuhan dan memiliki kesanggupan untuk bersenda gurau dalam batas-batas tertentu.

  • Kreatif, mempunyai kesanggupan-kesanggupan yang tidak terbatas untuk menciptakan pikiran-pikiran dan aktifitas baru yang berguna dan bermanfaat.

Referensi
  • Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Yogyakarta: UMM Press, 2007).
  • Monks, dkk. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1999).
  • Baihaqi, M.I.F. Psikologi Pertumbuhan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008).
  • Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007).
  • Goble, F. G. Madzhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow. (Yogyakarta: Kanisius, 1987).
  • Kartono, Kartini. Teori Kepribadian. (Bandung: Alumni, 1980).
  • Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).