Apa yang dimaksud dengan kemampuan memimpin dengan melayani komunitas (Servant Leadership)?

Pemimpin melayani

Pada kesempatan kali ini, saya akan menguraikan sedikit tentang leadership yang bertema service or servant. Kita dapat menyebutnya servant leadership atau kepemimpinan yang melayani.

Kita tahu, bahwa seorang pemimpin dalam suatu organisasi atau kelompok sangat dibutuhkan, apalagi sosok pemimpin yang kita harapkan adalah sosok pemimpin yang ideal dalam organisasi atau kelompok yang memenuhi kriteria menjadi seorang pemimpin.

Contoh kriteria seorang pemimpin seperti tegas, cerdas, mampu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di organisasinya atau kelompoknya, tidak putus asa, percaya diri, dan ada salah satu kriteria pemimpin yang di idamkan adalah pemimpin yang melayani.

Masyarakat berharap bahwa pemimpin sekarang dapat memiliki sifat kepemimpinan yang melayani atau servant leadership. Yang dimaksud Servant leadership adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Esensi dari model kepemimpinan ini adalah melayani yang dipimpin, baik karyawan, konstituen, pelanggan, atau masyarakat luas.

Hal hal yang perlu dipersiapkan untuk memiliki sifat kepemimpinan yang melayani atau servant leadership adalah yang pertama harus memiliki visi sebagai pemimpin. Seorang pemimpin dari nama nya saja adalah seseorang yang memimpin atau jika diibaratkan sebuah kapal, pemimpin adalah nahkodanya. Maka pemimpin harus mengetahui mau dibawa kemana organisasi/kelompok yang dia pimpin seperti halnya mengendarai sebuah kapal. Mengerti arah dan tujuannya.

Yang kedua, pemimpin sebagai pelayan atau servant leadership mempunyai tujuan utama melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya bukanlah untuk kepentingan pribadi atau golongan, namun lebih kepada kepentingan publik yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus bisa membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya, sehingga bermunculan bibit-bibit pemimpin baru dalam kelompoknya.

Menurut Greenleaf, seorang penulis buku The servant as Leader, seorang yang memiliki servant leadership juga harus memiliki atribut seperti: - Listening. Atribut ini merupakan sarana komunikasi yang kritis, diperlukan agar komunikasi bisa berjalan secara akurat dan secara aktif menunjukkan rasa menghargai orang lain.

Menurut Greenleaf, “Only a true natural servant automatically responds to any problem by listening first”. -Commitment to the growth of people. Atribut ini menunjukkan kemampuan pemimpin dalam memegang komitmen untuk pertumbuhan orang-orang yang dilakukan seorang pemimpin melalui pemberian apresiasi dan pemberian semangat kepada orang lain. Sebagaimana diungkapkan oleh Greenleaf, bahwa “The secret of institution building is to be able to weld a team of such people by lifting them up to grow taller than they would otherwise be”.

-Building community. Atribut ini menunjukkan kemampuan pemimpin untuk membangun komunitas yang menyatukan individu dalam masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Greenleaf, “All that is needed to rebuild community as a viable life form…is for enough servant-leaders to show the way”. Dan masih banyak lagi yang ditulis di buku Greenleaf.

Mengapa servant leadership sangat dibutuhkan dalam pengolahan skill leadership kita? Jim Kouzes dan Barry Posner, dua orang peneliti di bidang kepemimpinan, mengumpulkan ribuan cerita-cerita terbaik mengenai pengalaman di mana tipe kepemimpinan ada pada puncaknya dan mereka menemukan 5 model umum. Hal pertama yang mereka cantumkan adalah seorang pemimpin harus menjadi contoh.

Jika seorang leader dapat memberikan contoh yang baik, mau melayani terlebih dahulu, maka para anggotanya akan mengikuti apa yang dilakukan sang pemimpin. Citra pemimpin yang melayani yang sesungguhnya adalah orang yang benar-benar mengabdikan hidupnya untuk melayani dan bukan semata untuk menjadi pemimpin. Di dalam memberikan sebuah pelayanan atau service, para pemimpin harus lebih dulu memberi contoh bahwa mereka juga adalah pelayan.

Tokoh yang memiliki servant leadership atau bisa kita sebut tokoh yang merakyat dan mau melayani adalah Jose Mujica. Jose Mujica adalah presiden Uruguay saat ini. Beliau lahir di Montevideo, Uruguay, 20 Mei 1935 dan sekarang berusia umur 81 tahun. Ia mulai menjabat sebagai Presiden Uruguay dari tanggal 1 Maret 2010.

Jose Mujica dicatat dalam sejarah dunia sebagai presiden termiskin di dunia. Jose Mujica menerima julukan itu karena Mujica nyaris tidak punya harta. Pada tahun 2010, kekayaannya pribadinya tak lebih dari 1800 AS dollar atau sekitar Rp 18 Juta. Begitu menjadi Presiden, Mujica menyumbangkan 90% gajinya setiap bulan, yang berjumlah 12.500 dollar AS, untuk program sosial.

Presiden ini terkenal sebagai pemimpin yang merakyat, hidup berbaur dengan rakyat, dan selalu mementingkan kepentingan rakyat dibanding dengan kepentingannya sendiri. Dia memiliki tujuan untuk memajukan rakyatnya dengan mulai melayani mereka dan mengorbankan segala yang ia punya termasuk gajinya. Beliau mengorientasikan pelayanannya pada rakyatnya. Inilah servant leadership yang sebenarnya.

Servant leadership atau kepemimpinan pelayan adalah konsep kepemimpinan etis yang diperkenalkan oleh Robert K. Greenleaf (1904-1990) pada tahun 1970 dengan bukunya yang berjudul The Servant as Leader . Greenleaf adalah Vice President American Telephone and Telegraph Company (AT&T). Tujuan utama penelitian dan pengamatan Greenleaf akan kepemimpinan pelayan adalah untuk mebangun suatu kondisi masyarakat yang lebih baik dan lebih peduli. Greenleaf berpandangan bahwa yang dilakukan pertama kali oleh seorang pemimpin besar adalah melayani orang lain. Kepemimpinan yang sejati timbul dari mereka yang motivasi utamanya adalah keinginan menolong orang lain.

Dari semua hasil karyanya, Greenleaf membicarakan keperluan akan jenis baru model kepemimpinan, suatu model kepemimpinan yang menempatkan pelayanan kepada orang lain, termasuk karyawan, pelanggan dan masyarakat sebagai prioritas nomor satu. Kepemimpinan pelayan menekankan makin meningkatnya pelayanan kepada orang lain, sebuah cara pendekatan holistik kepada pekerjaan, rasa kemasyarakatan dan kekuasaan pembuatan keputusan yang dibagi bersama.

Menurut Spears (2002) mengatakan bahwa pemimpin yang melayani adalah seorang pemimpin yang mengutamakan pelayanan, dimulai dengan perasaan alami seseorang yang ingin melayani dan untuk mendahulukan pelayanan. Selanjutanya secara sadar, pilihan ini membawa aspirasi dan dorongan dalam memimpin orang lain. Perbedaan ini nyata dari sikap yang dibawakan oleh si pelayan, pertama adalah merasa yakin bahwa kebutuhan tertinggi orang lain terpenuhi.

Tujuan utama dari seorang pemimpin pelayan adalah melayani dan memenuhi kebutuhan pihak lain, yaitu secara optimal seharusnya menjadi motivasi utama kepemimpinan (Russell & Stone, 2002). Pemimpin yang melayani pada akhirnya akan mengembangkan sikap indivudu disekitarnya dengan harapan memiliki sikap yang sama untuk melayani dengan baik.

Sementara Max Depree dalam bukunya The Art of Leadership mengatakan bahwa kepemimpinan pelayan adalah “Respek terhadap orang lain”. Hal ini diawali dengan mengerti bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda.Perbedaan ini menuntut kita untuk dapat menumbuhkan rasa saling percaya. Perbedaan telah menuntut kita untuk lebih mengetahui kekuatan orang lain. Setiap orang dating dengan bakat yang kuhusus, tetapi bukan bakat yang sama.

Hidup bukan sekedar mencapai tujuan.Sebagai individu dan bagian suatu kelompok kita membutuhkan pencapaian potensi maksimal yang dimiliki.Seni dari kepemimpinan bersandar pada kemampuan memfasilitasi, memberi kesempatan dan memaksimalkan setiap bakat yang berbeda dari setiap individu.Kepemimpinan menuntut kedewasaan yang khusus. Kedewasaan tersebut diekspresikan dengan menghargai diri sendiri, perasaan memiliki, perasaan yang penuh pengharapan, perasaan tanggung jawab, persamaan tanggung jawab dan perasaan yang meyakini bahwa pada dasarnya manusia itu sama.

Model kepemimpinan pelayanan yang dikembangkan oleh Lantu (2007) memprioritaskan pengembangan karyawan sebagai hal yang utama dan pertama, secara tidak langsung pemimpin diharapkan mengarahkan perusahaan menuju keberhasilan jangka panjang dan berkelanjutan.Hal ini merupakan dampak dari perubahan perilaku yang melayani bawahan yang terjadi dalam fase yang berurutan dan berlangsung secara terus menerus.

Jadi jelaslah bahwa kepemimpinan bukanlah suatu popularitas, bukan kekuasaan, bukan keahlian melakukan pertunjukkan, dan bukan kebijaksanaan dalam perencanaan jangka panjang. Dalam bentuk yang paling sederhana kepemimpinan adalah menyelesaikan sesuatu bersama orang lain dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Konstruksi Leadership

Sementara itu, kontruksi servant leadership menurut Dennis (2004) dalam Veri Widodo (2014) yaitu terdiri dari:

  • Kasih Sayang ( Love )

Karakteristik pertama dalam servant leadership adalah kepemimpinan yang mengasihi berdasarkan kasih sayang.Winston (2002) menyatakan bahwa kasih sayang ( love ) mengacu pada bahasa Yunani yaitu cinta moral ( agapao love ).Cinta berarti melakukan hal yang benar pada waktu yang tepat untuk alasan yang benar.

  • Pemberdayaan ( Empowerment )

Pemberdayaan menempatkan penekanan pada kerja sama yaitu mempercayakan kekuasaan kepada orang lain, dan mendengarkan saran dari follower (Dennis,2004; dalam Irving, 2005).

  • Visi ( Vision )

Visi merupakan arah kemana organisasi dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin. Visi pemimpin akan menginspirasi tindakan dan membantu membentuk masa depan, pengaruhnya lebih kuat terhadap orang-orang yang bekerja untuk kepentingan organisasi.

  • Kerendahan hati ( Humility )

Dennis (2004; dalam Irving, 2005) mengatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menjaga kerendahan hati dengan menunjukkan rasa hormat terhadap karyawan serta mengakui kontribusi karyawan terhadap tim.

  • Kepercayaan ( Trust )

Servant leadership adalah orang-orang pilihan diantara sejumlah orang lain dan pilihan itu didasarkan pada beberapa kelebihan tertentu yang menyebabkan servant leadership tersebut mendapatkan kepercayaan untuk menjadi pemimpin.

Servant leadership (Kepemimpinan Pelayan) adalah sebuah konsep kepemimpinan etis yang diperkenalkan oleh Robert K. Greenleaf sejak tahun 1977. Dalam bukunya yang berjudul servant leadership beliau menyebutkan bahwa Kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Pilihan yang berasal dari suara hati itu kemudian menghadirkan hasrat untuk menjadi pemimpin. Perbedaan manifestasi dalam pelayanan yang diberikan, pertama adalah memastikan bahwa kebutuhan pihak lain dapat dipenuhi, yaitu menjadikan mereka sebagai orang-orang yang lebih dewasa, sehat, bebas, dan otonom, yang pada akhirnya dapat menjadi pemimpin pelayan berikutnya.

Poli (2011) juga dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Stratejik” mendefinisikan servant leadership sebagai proses hubungan timbal balik antara pemimpin dan yang dipimpin dimana di dalam prosesnya pemimpin pertama-tama tampil sebagai pihak yang melayani kebutuhan mereka yang dipimpin yang akhirnya menyebabkan ia diakui dan diterima sebagai pemimpin. Konsep kepemimpinan pelayan sebenarnya sudah diterapkan oleh tokoh-tokoh pemimpin dunia sejak lama.

Menurut Neuschel (dalam Aorora, 2009), pemimpin pelayan adalah orang dengan rasa kemanusiaan yang tinggi. Bukan nasib pemimpin untuk dilayani, tetapi adalah hak istimewanya untuk melayani. Harus ada sejumlah elemen atau pemahaman tentang hidup dalam kepemimpinan berkualitas tinggi karena tanpa karakter pemimpin pelayan ini, kepemimpinan dapat tampak menjadi-dan sebenarnya menjadi-termotivasi untuk melayani diri sendiri dan mementingkan kepentingannya sendiri.

Servant leadership adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari hati yang berkehendak untuk melayani (Greenleaf, 2002). Orientasi servant leadership adalah untuk melayani pengikut dengan standar moral spiritual. Para pemimpin-pelayan ( servant leaders ) biasanya menempatkan kebutuhan pengikut sebagai prioritas utama dan memperlakukannya sebagai rekan kerja, sehingga kedekatan diantara keduanya sangatlah erat karena saling terlibat satu sama lain.

Vondey (2010) yang mendefinisikan servant leadership merupakan seorang pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya serta komunitasnya, karena itu ia mendahulukan hal-hal tersebut daripada pencapaian ambisi pribadi ( personal ambitious ) dan kesukaannya semata.

Dimensi Servant Leadership

Menurut Barbuto & Wheeler (2006) terdapat 5 dimensi servant leadership , yaitu :

  1. Altruistic Calling

    Seorang pemimpin pelayan mengembangkan kemampuan dan komitmen untuk mengenali serta memahami secara jelas kata-kata yang disampaikan oleh orang lain. Mereka berusaha mendengarkan secara tanggap apa yang diakatakan dan tidak dikatakan. Mereka mencari tahu apa yang ada dalam hati, dengan cara mendengarkan yang melampaui upaya untuk mengalahkan suara batinnya sendiri, serta berusaha memahami apa yang dikomunikasikan oleh tubuh, jiwa, dan pikiran. Mendengarkan, diapadukan dengan perenungan yang teratur, mutlak penting bagipertumbuhan sang pemimpin.

  2. Emotional Healing

    Salah satu kekuatan besar seorang pemimpin pelayan adalah kemampuannya untuk menyembuhkan diri sendiri dan orang lain. Banyak individu yang patah semangat dan menderita akibat rasa sakit emosional. Mereka belajar untuk mnyembuhkan dirinya sendiri, walaupun sering kali tidak mampu karena diperlukan daya yang sangat kuat untuk perubahan dan integrasi diri. Disinilah peran penting seorang pelayan dalam membantu proses penyembuhannya. Pemimpin pelayan menyadari bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk membantu memberikan kesembuhan bagi orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Kesempatan ini tidak akan di sia-siakan. Penyembuhan yang diberikan bukan yang sifatnya medikal sebagaimana yang dilakukan oleh dokter. Tetapi penyembuhan yang lebih pada aspek emosional dan jiwa para pengikutnya.

  3. Wisdom

    Pemimpin pelayan berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan dirinya dalam melihat suatu masalah dari perspektif yang melampaui realitas masa lalu dan saat ini. Banyak orang yang telah disibukkan oleh kebutuhan untuk meraih tujuan operasional jangka pendek. Pemimpin pelayan tidak seperti itu. Ia terus membuka dan mengembangkan wawasan serta pemikirannya hingga dapat mencakup pemikiran konseptual yang mempunyai landasan yang lebih luas. Ini berarti pemimpin pelayan harus mengusahakan keseimbangan yang rumit dan kompleks antara konseptualisasi dan fokus operasional sehari-hari.

  4. Persuasive Mapping

    Ciri khas seorang pemimpin pelayan adalah kemampuan diri untuk mempengaruhi orang lain dengan tidak menggunakan wewenang dan kekuasaan yang berasal dari kedudukan atau otoritas formal dalam membuat keputusan di organisasi. Pemimpin pelayan berusaha meyakinkan orang lain, bukannya memaksakan adanya kepatuhan yang buta. Ini merupakan ciri pembeda antara model wewenang tradisional dan model kepemimpinan pelayan. Kepemimpin pelayan lebih efektif dalam membangun konsensus kelompok untuk memecahkan berbagai permasalahan yang timbul.

  5. Organizational stewardship

    Pemimpin pelayan berusaha untuk membangun suatu hubungan yang erat sebagaimana layaknya sebuah keluarga dianatara sesama anggota yang bekerja dalam organisasi. Kepemimpinan pelayan menyatakan bahwa komunitas yang sesungguhnya (keluarga) dapat juga diciptakan di lingkungan bisnis dan lembaga lainnya.

Servant-leadership merupakan salah satu model pendekatan leadership dengan memposisikan diri sebagai seorang “hamba” dengan mengutamakan orang lain daripada diri sendiri. Model servant leadership memberikan kesempatan kepada para individu dalam suatu organisasi untuk mampu mengaktualisasikan potensi core competences yang dimilikinya.

Servant Leader memposisikan diri sebagai seseorang yang “pelayan” bagi para pekerjanya dalam suatu organisasi bisnis dengan tujuan untuk memberdayakan segala kemampuan dari para pekerja dan tujuan serta cita-cita pekerjaannya.

Robert K Greenleaf memperkenalkan akan konsep Servant Leadership, yaitu menekankan peran seorang pemimpin sebagai steward (pelayan). Konsep servant leadership adalah kepemimpinan yang mendorong seseorang untuk melayani orang lain, sementara itu tetap fokus pada upaya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan utama (visi dan misi) dari organisasi itu sendiri.

Menurut Robert, model kepemimpinan seperti ini sangat efisien dan efektif karena selain memiliki konsep yang berguna untuk diterapkan didalam bisnisnya, ia memiliki prinsip yang kuat untuk melayani orang, baik pelayanan kepada karyawan,dan juga kepada masyarakat sekitarnya sebagai prioritas utama dan pertama.

Indikator-indikator Servant Leadership

Menurut Blanchard, et al (2003), indikator-indikator seorang servant leadership adalah sebagai berikut:

  1. Tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya dengan rendah hati seorang pemimpin menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.

  2. Memperhatikan kepentingan orang lain

  3. Seorang pemimpin memiliki hak istimewa, yakni untuk melayani dan membuang hak-hak yang lain seperti, memegahkan diri, mengasihani diri sendiri, dan hak menerima penghargaan.

Seorang pemimpin juga harus bisa membangun kepercayaan karyawannya. Kepercayaan adalah faktor penting dalam hubungan pribadi dan profesional. Menurut Maxwell (2004: 169), pemimpin bertanggung jawab mengembangkan kepercayaan terhadap dirinya secara aktif dari orang-orang sekitar, yang dibangun di atas:

  1. T- Time (waktu). Sediakan waktu untuk mendengarkan dan memberikan umpan balik mengenai hasil kerja

  2. R- Respect (rasa hormat). Tunjukkan rasa hormat Anda pada seseorang dan ia akan mengembalikannya dengan kepercayaan

  3. U- Unconditional Positive Regard (penghormatan tanpa syarat). Tunjukkan penerimaan atas orang itu.

  4. S- Sensitivity (kepekaan). Antisipasi perasaan dan kebutuhan pemimpin potensial.