Social Loafing adalah pengurangan motivasi dan usaha ketika individu bekerja secara kolektif dalam kelompok dibandingkan bila mereka bekerja sendiri (Baron & Byrne, 2003).
Social loafing terjadi jika dalam kelompok terjadi pembagian tugas, dan penilaian tugas yang tidak jelas (Bordens & Horowitz, 2008) Selain itu, social loafing terjadi disebabkan ketidakmampuan dalam mengobservasi kontribusi individu terhadap perilaku.
Misalkan, ketika Anda mendorong mobil bersama-sama, kita akan kesulitan menilai individu yang serius atau berkontribusi maksimal. Semua individu akan menjawab telah memberikan kontribusi yang terbaik dalam melakukan tugasnya.
Menurut Baron dan Byrne, (2003) ada beberapa kondisi yang menyebabkan social loafing berkurang, yaitu:
- Individu bekerja dalam kelompok kecil,
- tugas yang dianggap penting oleh anggota.
- bekerja dengan orang yang dihargai,
- Persepsi bahwa kontribusi mereka pada kelompok unik atau penting,
- Memperkirakan pekerjaan teman mereka buruk.
- Budaya yang menekankan usaha dan hasil individual daripada kelompok
Beberapa cara mengurangi social loafing (Baron & Byrne, 2003; Forsyth, 2010), antara lain :
-
Melakukan penilaian terhadap tugas masing-masing individu. Kejelasan dalam melakukan penilaian terhadap tugas akan dapat mengurangi social loafing, karena dengan penilaian individu akan diketahui sejauh mana kontribusi individu dalam tugas kelompok.
-
Meningkatkan komitmen anggota kelompok. Komitment individu untuk mengerjakan tugas sebaik mungkin dapat meningkatkan semangat indvidu dalam memberikan kemampuan terbaik dalam mengerjakan tugas, yang pada akhirnya setiap indvidu bekerja keras dan dapat mengurangi social loafing.
-
Meningkatkan arti atau makna dari tugas tersebut. mengubah persepsi anggota terhadap tugas merupakan hal penting dalam mengurangi social loafing. Individu yang mempersepsikan tugasnya penting akan berdampak terhadap maksimalnya kontribusi individu dalam mengerjakan tugas.
-
Memberikan pemahaman bahwa kontribusi individu terhadap tugas unik dan penting. Pemimpin kelompok harus dapat meyakini anggotanya bahwa mereka mempunyai persan yang istimewa dan unik dalam mengerjakan tugas. Hal tersebut akan menimbulkan persaaan bangga dan motivasi untuk mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin.
Berdasarkan uraian mengenai pengaruh kelompok terhadap individu maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran orang lain dapat mempengaruhi performance individu. Ketika individu mengerjakan tugas yang mudah dan perilaku dapat diobservasi, maka performance individu akan meningkat (fasilitasi sosial), sementara ketika individu mendapat tugas yang sulit, maka akan terjadi distraction dan kekhawatiran akan penilaian orang lain, yang berdampak pada menurunnya performace.
Ketika individu mendapat tugas mudah dan perilakunya tidak dapat diobservasi, indvidu cenderung mengalami penurunan performance (social loafing), sedangkan ketika tugas sulit, individu cenderung mengalami peningkatan performance (tantangan).