Apa yang dimaksud dengan kelekatan pola asuh (Attachment parenting) ?

Attachment adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak.

Apa yang dimaksud dengan kelekatan pola asuh (Attachment parenting) ?

image

Attachment adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan dapat bertahan cukup lama, timbal balik, dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak.

Attachment parenting adalah pembentukan attachment pada masa anak-anak.

Proses Attachment pada masa anak-ana

Interaksi yang intens antara ibu dan anak biasanya dimulai saat proses pemberian ASI (air susu ibu). Melalui proses pemberian ASI diharapkan akan berkembang attachment dan attachment behavior karena dalam proses ini terjadi kontak fisik yang disertai upaya untuk membangun hubungan psikologis antara ibu dan anak.

Berkaitan dengan attachment behavior, Ainsworth (dalam Papalia dan Old, 1986) menyebutkan ada mekanisme yang disebut dengan “working model” atau istilah Bowlby disebut dengan “internal working model”.

Menurut Bowlby (dalam Shaver & Mikulincer, 2004), manusia dilahirkan dengan suatu innate psychobiological system (the attachment behavioral system) yang mendorong mereka untuk mendekat dengan sifnificant others (figur lekat) pada waktu dibutuhkan.

Tujuan sistem ini adalah pencapaian seutuhnya atau mendapat perlindungan dan rasa aman. Sistem ini akan diaktivasi saat ancaman secara nyata atau berpotensi pada rasa aman individu. Individu secara otomatis cenderung mencari perlindungan dan kenyamanan pada figur lekat nyata atau menginternalisasikan representasi mereka, dan mempertahankan attachment baik secara nyata atau simbolik dengan figur tersebut hingga tahap perlindungan dan keamanan dicapai.

Berdasarkan kualitas hubungan anak dengan pengasuh, maka anak akan mengembangkan konstruksi mental atau internal working model mengenai diri (self) dan orang lain (others) yang akan menjadi prototip dalam hubungan sosial (Bowlby dalam Pervin et al., 2005).

Bolwby (dalam Shaver & Mikulincer, 2004) menyatakan bahwa tidak ada orang di usia berapapun secara sempurna bebas dari ketergantungan dengan orang lain secara nyata dan bahwa sistem attachment akan tetap aktif dalam seluruh rentang kehidupan.

Mc Cartney & Dearing (2002) menyatakan bahwa pengalaman awal akan menggiring dan menentukan perilaku dan perasaan melalui internal working model. Adapun penjelasan mengenai konsep ini adalah,

  • Internal” : karena disimpan dalam pikiran;
  • working” : karena membimbing persepsi dan perilaku dan
  • model” : karena mencerminkan representasi kognitif dari pengalaman dalam membina hubungan.

Anak akan menyimpan pengetahuannya mengenai suatu hubungan, khususnya pengetahuan mengenai keamanan dan bahaya. Model ini selanjutnya akan menggiring mereka dalam interaksi di masa yang akan datang. Interaksi interpersonal dihasilkan dan diinterpretasikan berdasarkan gambaran mental yang dimiliki seorang anak.

Konsep working model selanjutnya dikembangkan oleh Collins dan Read (dalam Ervika, 2005) yang terdiri dari empat komponen yang saling berhubungan, yaitu;

  • Memori tentang kelekatan yang dihubungkan dengan pengalaman
  • Kepercayaan, sikap, dan harapan mengenai diri dan orang lain yang dihubungkan dengan attachment
  • Attachment dihubungkan dengan tujuan dan kebutuhan (goal and needs)
  • Strategi dan rencana yang diasosiasikan dengan pencapaian tujuan attachment

Model ini diasumsikan bekerja di luar pengalaman sadar (Mc Cartney & Dearing, 2002). Pengetahuan anak didapatkannya dari interaksi dengan pengasuh, khususnya ibu. Anak yang memiliki orang tua yang mencintai dan dapat memenuhi kebutuhannya akan mengembangkan model hubungan yang positif yang didasarkan pada rasa percaya (trust).

Selanjutnya secara simultan anak akan mengembangkan model yang paralel dalam dirinya. Anak dengan orang tua yang mencintai akan memandang dirinya “berharga”. Model ini selanjutnya akan digeneralisasikan anak dari orang tua pada orang lain. Sebaliknya anak yang memiliki pengasuh yang tidak menyenangkan akan mengembangkan kecurigaan (mistrust) dan tumbuh sebagai anak yang pencemas dan kurang mampu menjalin hubungan sosial.

Menurut Bowlby (dalam Shaver & Mikulincer, 2004) internal working model dan figur lekat saling melengkapi serta saling menggambarkan dua sisi hubungan tersebut. Anak yang diasuh dengan kehangatan, sensitifitas, dan responsifitas akan mengembangkan internal working model yang positif pada orang tua dan diri sendiri. Internal working model merupakan hasil interpretasi pengalaman secara terus-menerus dan interaksinya dengan figur lekat.

Ada dua faktor yang dapat meningkatkan kestabilan internal working model, yaitu :

  1. Familiar, yaitu pola interaksi yang berulang, cenderung akan menjadi kebiasaan yang terjadi secara otomatis
  2. Dyadic Pattern, merupakan pola yang timbal balik dan cenderung akan mengubah pola individual karena harapan yang timbal balik memerintahkan masing-masing pasangan untuk mengartikan perilaku pihak lainnya.

Bowlby juga menjelaskan pentingnya perbedaan individu dalam keberfungsian sistem attachment bergantung pada availability, responsiveness, dan supportiveness dari figur lekat pada waktu yang dibutuhkan.

Interaksi dengan figur lekat yang available dan responsiveness dapat memudahkan sistem attachment berfungsi optimal dan mengembangkan sense of attachment security – perasaan bahwa dunia pada dasarnya merupakan tempat yang aman, figur lekat pada umumnya membantu dan berguna saat dibutuhkan, dan memungkinkan menjelajahi lingkungan dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Sebaliknya, jika figur lekat tidak dipercaya available dan suportif, rasa aman menjadi tidak diperoleh. Individu mengalami keraguan dengan self efficacy dan tujuan orang lain.

Working model diri dan orang lain dilihat oleh Bowlby sebagai faktor penyebab utama kelancaran antara pengalaman attachment awal dengan kognitif, perasaan, dan perilaku dalam hubungan selanjutnya. Memberi sebuah pola yang hampir konsisten dari interaksi dengan figur attachment selama masa kanak- kanak dan remaja, sebagian besar representatif atau bentuk dasar working models dari interaksi ini mengeras dan menjadi bagian pengetahuan individu yang harus diikuti kemudian.

Seperti skema mental lainnya, sebagian besar working model yang diperoleh secara kronis menjadi inti dari karakteristik kepribadian, cenderung diaplikasikan dalam situasi dan hubungan baru, dan mempengaruhi fungsi sistem attachment pada umumnya dan rangkaian interaksi sosial serta close relationship berikutnya.

Attachment parenting adalah pola asuh anak dengan orang tua atau pengasuhnya dalam rangka membina hubungan kedekatan diantara keduanya.

Pola Attachment pada Anak

Pola attachment dikelompokkan berdasarkan hasil penelitian Mary Ainsworth dengan menggunakan Strange Situation (SS). Ainsworth membagi dalam tiga pola menjadi secure, avoidant, dan resistant atau ambivalent attachment. Kemudian Main dan Solomon menambahkan kategori keeempat yaitu disorganized/disoriented attachment.

Pola Secure Attachment

Anak dengan pola secure attachment menunjukkan distress pada saat ditinggalkan pengasuh dan ketika bertemu kembali, pengasuh dan anak terlihat senang melihat satu dan lainnya serta langsung memulai berinteraksi.

Karakteristik interaksi orang tua dan anak dalam pola ini antara lain:

  1. Komunikasi pengasuh dan anak terlihat hangat dan sensitif. Anak tidak kelihatan takut untuk menunjukkan rasa marah.

  2. Pengasuh membolehkan autonomi sesuai dengan usia dan kesempatan untuk bereksplorasi. Terdapat fleksibilitas dalam kedekatan: anak dan pengasuh beraktifitas secara independen dan saling bersentuhan satu dan lainnya dari waktu ke waktu.

  3. Pengasuh terlihat memiliki pandangan yang logis mengenai attachment dan mengetahui pentingnya hal tersebut bagi anak.

  4. Pengasuh dan anak terlihat senang dalam berinteraksi.

Pola Avoidant Attachment

Anak dengan pola avoidant terus-menerus menunjukkan tanda-tanda psikologis adanya kecemasan. Anak sering menghindar dari pengasuh. Pengasuh juga tidak terlalu memperhatikan anak dan lebih fokus dengan situasi sekitar. Strategi untuk menarik diri dari pengasuh meskipun psychological arousal menyarankan anak untuk berusaha meniadakan perasaan-perasaan tidak aman dengan fokus pada objek sekitar.

Beberapa karakteristik hubungan antara orang tua dan anak dalam pola ini antara lain:

  1. Pengasuh merespon secara negatif saat anak berusaha membuat kontak: pengasuh menghindar saat anak merasa sedih.

  2. Pengasuh terlihat menunjukkan perilaku menolak (rejecting) pada anak.

  3. Anak lebih menunjukkan rasa marah di rumah

  4. Perilaku bermain menunjukkan adanya gangguan dari kebutuhan- kebutuhan attachment.

Pola Resistant atau Ambivalent Attachment

Anak terlihat sangat lengket dengan pengasuh karena pengalamannya yang sebentar-sebentar ditinggal oleh pengasuh. Namun begitu, anak tidak terlihat tenang dengan hadirnya pengasuh, malahan tampak marah dan pasif.

Beberapa bentuk hubungan orang tua dan anak pada pola ini adalah:

  1. Pengasuh terlihat melakukan tugas mengasuhnya namun sering tidak tampak secara emosional.

  2. Anak mempelajari bahwa pengasuhnya mampu berespon jika ia terus memperlihatkan perhatian sehingga anak tetap berada dalam jarak yang dekat dengan pengasuh.

  3. Beberapa anak berhati-hati terhadap orang tua mereka seperti jalan untuk membentuk interaksi.

Disorganized/disoriented Attachment

Dengan adanya kehadiran pengasuh, anak dengan pola attachment seperti ini akan:

  1. Membeku dengan ekspresi kosong
  2. Bangkit saat pengasuh datang
  3. Jatuh ke lantai
  4. Teringat pada pengasuh saat jauh dari pengasuh

Disorganized attachment umumnya berhubungan dengan sejarah child abuse dan neglect. Disorganized attachment berasal dari rasa dilema atau kebingungan yang dihadapi anak untuk mengetahui bagaimana seharusnya berkelakuan pada pengasuh yang memenuhi kebutuhan attachment anak dengan memberi siksaan (abusing).