Apa yang dimaksud dengan Kecerdasan Spritual ?

Kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Hal utama dalam kecerdasan spiritual adalah pengenalan akan kesejatian diri manusia. Kecerdasan spiritual bukan sebuah ajaran teologis, walaupun kecerdasan ini secara tidak langsung berkaitan dengan agama.

Apa yang dimaksud dengan Kecerdasan Spritual ?

1 Like

Orang yang pertama kali mengeluarkan ide tentang konsep kecerdasan spiritual adalah Danah Zohar dan Ian Marshall. Mereka mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan yang memberi makna, yang melakukan kontektualisasi, dan bersifat transformatif.

Mereka mengatakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Dan kecerdasan itu untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Danah Zohar juga mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam individu yang berhubungan dengan kearifan di luar ego, atau jiwa sadar. Inilah kecerdasan yang manusia gunakan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.

Sementara menurut Kalil Khawari, kecerdasan spiritual merupakan fakultas dari dimensi nonmaterial kita-ruh manusia. Inilah intan yang belum terasah yang kita semua memilikinya. Kita semua harus mengenalinya seperti apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekat yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Seperti dua bentuk kecerdasan lainnya (intelektual dan emosi), kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan diturunkan. Akan tetapi, kemampuannya untuk ditingkatkan tampaknya tidak terbatas.

Dengan nada yang sama Muhammad Zuhri memberikan definisi, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Potensi kecerdasan spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan. Lingkungan atau materi lainnya.

Kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual dapat menempatkan tindakan-tindakan kearah yang lebih bermakna. Kecerdasan spiritual sebagai dasar untuk mendorong berfungsinya IQ dan EQ, jadi keberhasilan daripada IQ dan SQ seseorang ditentukan oleh kecerdasan spiritual (SQ). hasil penelitian para psikolog USA menyimpulkan bahwa kesuksesan dan keberhasilan seseorang didalam menjalani kehidupan sangat didukung oleh kecerdasan emosional (EQ-80%), sedangkan peran dari kecerdasan intelektual (IQ) hanya 20% saja. dimana ternyata pusatnya IQ dan EQ adalah kecerdasan spiritual (SQ) sehingga diyakini bahwa SQ yang menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang, dalam hal ini IQ dan EQ akan berfungsi secara baik dan efektif jika dikendalikan oleh SQ.

Kecerdasan spiritual itu mengarahkan manusia pada pencarian hakikat kemanusiannya. Hakikat manusia dapat ditemukan dalam perjumpaan atau saat berkomunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Oleh karena itu, ada yang berpandangan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika seseorang hubungan dengan Tuhannya baik, maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.

Kecerdasan spiritual (SQ) itu menurut penelitian-penelitian di bidang neurology, punya tempat yang khusus dalam otak. Ada bagian dari otak kita yang memiliki kemampuan untuk mengalami pengalaman- pengalaman spiritual, misalnya untuk memahami Tuhan, memahami sifat-sifat Tuhan. Maksudnya adalah menyadari kehadiran Tuhan di sekitar kita dan untuk memberi makna dalam kehidupan.

Orang yang cerdas secara spiritual diantaranya bisa dilihat ciri-cirinya antara lain yaitu, bisa memberi makna dalam kehidupannya, senang berbuat baik, senang menolong orang lain, telah menemukan tujuan hidupnya, dia merasa memikul misi yang mulia, dia merasa dilihat oleh Tuhannya.

Sebaliknya orang yang bermasalah dengan kecerdasan spritualnya akan bermasalah juga dengan moralitasnya, untuk itu diperlukan suatu bimbingan yang nantinya akan mengarahkan kepada moralitas yang baik sehingga tercipta akhlak dan tingkah laku yang baik pula.

Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual (SQ)

Menurut Profesor Khalil A. Khavari, ada beberapa aspek yang menjadi dasar kecerdasan spiritual :

  • Sudut pandang spiritual-keagamaan, artinya semakin harmonis relasi spiritual-keagamaan kita kehadirat Tuhan, “semakin tinggi pula tingkat dan kualitas kecerdasan spiritual kita.

  • Sudut pandang relasi sosial-keagamaan, artinya kecerdasan spiritual harus direfleksikan pada sikap-sikap sosial yang menekankan segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial.

  • Sudut pandang etika sosial. Semakin beradab etika sosial manusia semakin berkualitas kecerdasan spiritualnya.

Referensi :

Kecerdasan individu tidak hanya dilihat dari kecerdasan intelektualnya saja akan tetapi juga dari kecerdasan emosinya dan kecerdasan spiritualnya. Setelah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi maka ditemukan kecerdasan yang ketiga yaitu kecerdasan spiritual yang diyakini sebagai kecerdasan yang mampu memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi secara efektif dan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi (Zohar dan Marshall, dalam Sukidi 2004).

Zohar dan Marshal (2007) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain.

Sedangkan menurut Maslow (Tony Buzan, 2003) kecerdasan spiritual adalah aktualisasi diri (tahap spiritual) yakni ketika individu dapat mencurahkan kreativitasnya dengan santai, senang, toleran dan merasa terpanggil untuk membantu orang lain mencapai tingkat kebijaksanaan dan kepuasan seperti yang telah dialaminya. Maslow menekankan bahwa kecerdasan spiritual menjadikan manusia yang benar- benar utuh secara intelektual, emosi dan spiritual sehingga bisa dikatakan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu manusia menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh. Hal ini harus diraih dalam suatu lingkungan yang sarat dengan cinta dan kepedulian.

Ary Ginanjar Agustian (2001) mengatakan bahwa:

“Kecerdasan spiritual ialah suatu kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip “hanya karena Tuhan”.

Ary Ginanjar Agustian menekankan bahwa kecerdasan spiritual adalah perilaku atau kegiatan yang kita lakukan merupakan ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian, kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar Agustian, haruslah disandarkan kepada Tuhan dalam segala aktivitas kehidupan untuk mendapatkan suasana ibadah dalam aktivitas manusia.

Inilah yang membedakan pengertian Ary Ginanjar Agustian dengan Danah dan Ian yakni adanya unsur ibadah dan penyandaran hanya kepada Tuhan dalam kehidupan manusia.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang membangun manusia secara utuh untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna hidup untuk menilai bahwa tindakan yang dilakukan atau jalan hidup individu lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Agus Nggermanto (2001), mengungkapkan aspek dari kecerdasan spiritual sebagai berikut:

1. Kesadaran Diri

Kemampuan diri dalam menyadari situasi, konsekwensi dan reaksi yang ditimbulkan oleh diri.

2. Kemampuan untuk melakukan perubahan yang lebih baik

Ini akan menuntut kita memikirkan secara jujur apa yang harus kita tanggung demi perubahan itu dalam bentuk energi dan pengorbanan.

3. Perenungan akan setiap perbuatan

Dengan ini akan membuat diri kita lebih mengenali, menghargai sesuatu dan menjadikan motivasi untuk lebih baik.

4. Kemampuan untuk menghancurkan rintangan

Kemampuan dan motivasi diri yang kuat dalam menyelesaikan semua permasalahan baik dari diri, lingkungan dan Tuhan.

5. Kemampuan untuk menentukan langkah dan pemberian keputusan dengan bijak

Kita perlu menyadari berbagai kemungkinan untuk bergerak maju melalui berbagai kemungkinan sehingga menemukan tuntutan praktis yang dibutuhkan dan putuskan kelaykan setiap tuntutan tersebut.

6. Kualitas dalam hidup dan makna hidup

Menjalani hidup berarti mengubah pikiran dan aktivitas sehari-hari menjadi ibadah terus- menerus, memunculkan kesucian alamiah yang ada dalam situasi yang bermakna.

7. Menghormati pendapat atau pilihan orang lain

Kemampuan dalam memberikan kesempatan orang lain berpendapat, menerima perndapat orang lain dengan lapang dada, dan melaksanakan apa yang telah disepakati walaupun itu pendapat orang lain.

Dari penjelasan di atas, dalam penelitian ini penulis mengambil aspek- aspek kecerdasan spiritual yang meliputi kemampuan bersikap fleksibel, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai- nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, berpikir secara holistik, kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, serta menjadi pribadi mandiri.

Manusia yang cerdas adalah manusia yang mengoptimalkan dan menggunakan segenap sumber daya yang dimilikinya untuk mengatasi persoalan dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Menurut Colman (2003) kecerdasan dapat dirumuskan dengan beberapa definisi, yaitu;

  1. kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif,
  2. kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat unsur seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengkritik, dan
  3. kemampuan memahami pertalian-pertalian (sesuatu) dan belajar dengan cepat sekali (Colman, 2003).

Akan tetapi dalam penelitian ini lebih difokuskan pada pembahasan tentang kecerdasan spiritual yang digagas oleh Zohar dan Marshall. Mereka mengatakan kecerdasan spiritual juga disebut SQ. Kecerdasan spiritual (SQ) Zohar dan Marshall (2005) berasal dari kata latin Spiritus yang berarti prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Selain itu “S” dalam bahasa latin adalah Sapientia (Sophia dalam bahasa yunani) yang berarti kearifan, kecerdasan kearifan (Wisdom Intelligence) (Zohar dan Marshall, 2005).

Menurut Zohar dan Marshall (2000), Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dalam hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain, (Zohar dan Marshall, 2000).

Kecerdasan spiritual menurut Fachrie (2004) adalah kemampuan manusia untuk dapat melakukan manajemen diri secara sempurna, yaitu dimulai dengan kemampuan mengenali dan mengendalikan diri sepenuhnya serta kemampuan mengendalikan realitas kehidupan atau dengan kata lain kecerdasan dalam menggunakan wewenang untuk memanfaatkan kuasa Tuhan.

Sedangkan menurut Agustian (2008), seorang ahli psikologi indonesia mengartikan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan sehari-hari, serta mampu mensinergikan IQ, EQ dan SQ secara konperhensip, sehingga segala perbuatannya semata-mata “hanya karena Allah” (Agustian, 2008).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menempatkan dan menjaga perilakunya serta memberikan makna dan nilai yang lebih luas dalam setiap kegiatan yang dilakukannya sehari – hari.

Ciri –Ciri Kecerdasan Spiritual


Menurut Zohar dan Marshall (2000), mereka mengidentifikasikan tanda– tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik adalah sebagai berikut :

  1. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif). Misalnya seorang anak memiliki pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan ketika mengalami situasi yang membingungkan.

  2. Tingkat kesadaran yang tinggi. Misalnya seseorang akan segera memberikan bantuan kepada orang lain yang kesulitan tanpa diminta.

  3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. Misalnya seseorang yang berfikiran memang harus bersakit–sakit dahulu dan bersenang–senang kemudian.

  4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit. Misalnya ketika seseorang merasakan sakit, dia akan berusaha lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan yang akan memberikan kesembuhan. Mampu berpikir transendental bahwa kedamaian akan tercipta ketika seseorang dekat dengan Tuhan.

  5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai. Misalnya seseorang yang telah menata aktivitas sehari–harinya untuk berusaha mencapai cita–citanya dimasa depan.

  6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Misalnya Seseorang yang tinggi kecerdasan spiritualnya mengetahui bahwa ketika dia melakukan suatu kerugian, maka dia telah merugikan diri sendiri dan orang lain.

  7. Kecenderungan melihat keterkaitan antara berbagai hal (holistic view). Misalnya seseorang yang mampu mengaitkan perintah agamanya dengan kehidupan sehari–hari. Ketika agama memerintahkan untuk menyayangi sesama (Hablu minannas), maka ia akan menghormati dan menyayangi orang lain.

  8. Kecenderungan untuk bertanya untuk mencari jawaban yang mendasar. Misalnya mengapa ada kejahatan, bagaimana jika semua orang berbuat baik dll.

  9. Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan dan nilai yang lebih tinggi pada orang lain.

Seorang yang tinggi SQ-nya juga cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain, dan memberikan petunjuk penggunaannya, (Zohar dan Marshall, 2000).

Menurut Agustian (2008), ciri-ciri orang yang cerdas secara spiritual adalah, seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual (SQ) dalam kehidupan sehari-hari, senantiasa berperilaku yang baik atau akhlaqul karimah. Perilaku itu seperti istiqomah, kerendahan hati, tawakkal (berusaha dan berserah diri), keikhlasan (ketulusan), kaffah (totalitas), tawazzun (keseimbangan), ihsan (integritas dan penyempurnaan), (Agustian, 2008).

Komponen-komponen Kecerdasan Spiritual


Menurut Roberts A. Emmons (dalam Depag RI, 2003), seorang pakar Psikologi Kepribadian mengemukakan 5 komponen kecerdasan spiritual yaitu:

  1. Kemampuan untuk mengungguli hal-hal yang bersifat fisik dan materi. Membebaskan diri dari berbagai ikatan dan keterbatasan materi dan kondisi lingkungan, baik kondisi menyenangkan ataupun penderitaan.

  2. Kemampuan untuk mengalami kondisi kesadaran yang tinggi. Mengalami peristiwa tertentu yang menimbulkan perasaan kagum, dan terpesona. Hal ini disebut pengalaman puncak (peak experience) dan orang dengan kecerdasan spiritual tinggi konon sering mengalaminya.

  3. Kemampuan mengaitkan berbagai kegiatan, peristiwa dan hubungan dengan sesuatu yang suci dan bersifat ketuhanan. Melakukan suatu kegiatan dengan niat ibadah, menyikapi peristiwa yang menyenangkan dengan penuh kesyukuran, menghadapi peristiwa tragis dengan tabah dan berserah diri, mengakrabkan hubungan sebagai silaturahmi, mencurahkan kasih sayang kepada keluarga sebagai amanah Tuhan, adalah contoh-contoh ungkapan kecerdasan spiritual.

  4. Kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber rohaniah untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan. Manusia memiliki berbagai potensi dan kualitas insani yang bersumber dari dimensi kerohanian seperti bakat, akal, perasaan, imajinasi, visi hidup, keimanan. Selain itu daya-daya pikiran bawah sadar (dan atas sadar) merupakan kekayaan rohaniah yang tidak ternilai. Mereka yang cerdas spiritual mampu memanfaatkannya untuk menyelesaikan berbagai problema kehidupan dan meraih tujuan-tujuan yang positif.

  5. Kemampuan untuk mengungkapkan kebajikan dan menjadi orang baik. Kesediaan untuk secara sadar dan sengaja memberi maaf, mengungkapkan rasa syukur, menjadi rendah hati, menampakkan belas kasih adalah contoh ungkapan kebajikan dan perangai orang-orang baik. Dan mereka umumnya memiliki kecerdasan spiritual.

Fungsi Kecerdasan Spiritual


Zohar & Marshall , (2000) menyebutkan dalam bukunya bahwa kita menggunakan SQ untuk:

  1. Menjadikan kita untuk menjadi manusia apa adanya sekarang dan memberi potensi lagi untuk terus berkembang.

  2. Menjadi lebih kreatif. Kita menghadirkannya ketika kita inginkan agar kita menjadi luwes, berwawasan luas, dan spontan dengan cara yang kreatif.

  3. Menghadapi masalah ekstensial yaitu pada waktu kita secara pribadi terpuruk terjebak oleh kebiasaan dan kekhawatiran, dan masa lalu kita akibat kesedihan. Karena dengan kecerdasan spiritual kita akan sadar bahwa kita mempunyai masalah ekstensial dan membuat kita mengatasinya atau paling tidak kita bisa berdamai dengan masalah tersebut.

  4. Kecerdasan spiritual (SQ) dapat digunakan pada masalah krisis yang sangat membuat kita seakan kehilangan keteraturan diri. Dengan kecerdasan spiritual suara hati kita akan menuntun kejalan yang lebih benar.

  5. Kita juga akan lebih mempunyai kemampuan beragama yang benar, tanpa harus fanatik dan tertutup terhadap kehidupan yang sebenarnya sangat beragam.

  6. Kecerdasan spiritual (SQ) memungkinkan kita menjembatani atau menyatukan hal yang bersifat personal dan interpersonal, antara diri dan orang lain karenanya kita akan sadar akan integritas orang lain dan integritas kita.

  7. Kecerdasan spiritual (SQ) juga kita gunakan untuk mencapai kematangan pribadi yang lebih utuh karena kita memang mempunyai potensi untuk itu. Juga karena kecerdasan spiritual akan membuat kita sadar mengenai makna dan prinsip sehingga ego akan di nomor duakan, dan kita hidup berdasarkan prinsip yang abadi.

  8. Kita akan menggunakan kecerdasan spiritual (SQ) dalam menghadapi pilihan dan realitas yang pasti akan datang dan harus kita hadapi apapun bentuknya. Baik atau buruk jahat atau dalam segala penderitaan yang tibatiba datang tanpa kita duga.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual


Dari Ramayulis (2002) menuliskan beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual, antara lain :

  1. Faktor jenis kelamin
    Dilihat dari jenis kelamin, wanita lebih cenderung rajin atau tekun untuk melakukan ritual keagamaan yang diyakininya, seperti ke tempat peribadatan agama dan ritual keagamaan lainnya.

  2. Faktor pendidikan
    Dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pemahamannya dalam memahami keyakinan yang dimiliki dan mengaktualisasikannya. Pendidikan orang awam, pendidikan menengah serta intelektual pasti berbeda, pendidikan tertentu akan meninggikan kecerdasan spiritual seseorang.

  3. Faktor psikologis
    Kepribadian dan kondisi mental seseorang itu dapat mempengaruhi bagaimana kecerdasan spiritualnya.

  4. Faktor stratifikasi sosial
    Pengaruh stratifikasi sosial terhadap kecerdasan spiritual seseorang sesuai dengan kedudukannya di masyarakat.

  5. Faktor umur
    Tingkatan umur seseorang dari anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua akan memunculkan tingkah laku yang berbeda-beda dalam mengaplikasikan kecerdasan spiritualnya.

Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2001) menegaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun IQ dan EQ. Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan, spiritual dalam SQ berasal dari bahasa Latin sapientia (sophia) dalam bahasa Yunani yang berati ’kearifan’ (Zohar dan Marshall, 2001). Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan spiritual menurut para ahli dalam Zohar dan Marshall (2001) dan Agustian (2001):

  • Sinetar (2000) Sinetar (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya.
  • Khalil A. Khavari (2000) Khavari (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi non-material atau jiwa manusia. Lebih lanjut dijelaskan oleh Khavari (2000), kecerdasan spiritual sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Manusia harus mengenali seperti adanya lalu menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
  • Zohar dan Marshall (2001) Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri, yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan.
  • Ary Ginanjar Agustian (2001) Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk meberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki (Utama, 2010). Prinsip- prinsip kecerdasan spiritual menurut Agustian (2001), yaitu:

  • Prinsip Bintang

Prinsip bintang adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada Allah SWT. Semua tindakan yang dilakukan hanya untuk Allah dan tidak mengharap pamrih dari orang lain dan melakukannya sendiri.

  • Prinsip Malaikat (Kepercayaan)

Prinsip malaikat adalah prinsip berdasarkan iman kepada Malaikat. Semua tugas dilakukan dengan disiplin dan baik sesuai dengan sifat malaikat yang dipercaya oleh Allah untuk menjalankan segala perintah Allah SWT.

  • Prinsip Kepemimpinan

Prinsip kepemimpinan adalah prinsip berdasarkan iman kepada Rasullullah SAW. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip yang teguh, agar mampu menjadi pemimpin yang sejati. Seperti Rasullullah SAW adalah seorang pemimpin sejati yang dihormati oleh semua orang.

  • Prinsip Pembelajaran

Prinsip pembelajaran adalah prinsip berdasarkan iman kepada kitab. Suka membaca dan belajar untuk menambah pengetahuan dan mencari kebenaran yang hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam bertindak.

  • Prinsip Masa Depan

Prinsip masa depan adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada ”hari akhir”. Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, disertai keyakinan akan adanya ”hari akhir” dimana setiap individu akan mendapat balasan terhadap setiap tindakan yang dilakukan.

  • Prinsip Keteraturan

Prinsip keteraturan merupakan prinsip berdasarkan iman kepada ”ketentuan Tuhan”. Membuat semuanya serba teratur dengan menyusun rencana atau tujuan secara jelas. Melaksanakan dengan disiplin karena kesadaran sendiri, bukan karena orang lain.

Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2001) dan Sinetar (2001) dalam Bowo (2009), yaitu:

  • Memiliki Kesadaran Diri

Memiliki kesadaran diri yaitu adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan menanggapinya.

  • Memiliki Visi

Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

  • Bersikap Fleksibel

Bersikap fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan), dan efisien tentang realitas.

  • Berpandangan Holistik

Berpandangan holistik yaitu melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa sehat, serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya.

  • Melakukan Perubahan

Melakukan perubahan yaitu terbuka terhadap perbedaan, memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan status quo dan juga menjadi orang yang bebas merdeka.

  • Sumber Inspirasi

Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain dan memiliki gagasan-gagasan yang segar.

  • Refleksi Diri

Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan apakah yang mendasar dan pokok.

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual ketika dihadapkan dengan suatu masalah, ia akan menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal, ada sembilan tanda orang yang mempunyai kecerdasan spiritual, yaitu:

  1. Kemampuan bersikap fleksibel
    Fleksibel yaitu lebih mudah menyesuaikan diri dalam berbagai macam situasi dan kondisi. Orang yang fleksibel juga tidak mau dalam memaksakan kehendak dan tak jarang tampak mudah mengalah dengan orang lain. Meskipun demikian, ia mudah untuk bisa menerima kenyataan dengan hati yang lapang.

  2. Tingkat kesadaran yang tinggi
    Orang yang mempuznyai tingkat kesadaran yang tinggi berarti ia mengenal denganbaik siapa dirinya, lebih mudah mengendalikan diri dalam berbagai situasi, termasuk mengendalikan emosi. Seseorang lebih mudah pula dalam memahami orang lain dan juga mengenal Tuhannya. Dalam menghadapi persoalan hidup yang semakin kompleks, tidak mudah baginya untuk putus asa, jauh dari kemarahan, sebaliknya sangat dekat dengan keramahan.

  3. Kemampuan menghadapi penderitaan
    Kemampuan menghadapi penderitaan ini didapatkan karena seseorang mempunyai kesadaran bahwa penderitaan ini terjadi sesungguhnya untuk membangun dirinya agar menjadi manusia yang lebih kuat. Ia juga mempunyai kesadaran bahwa orang lain yang lebih menderita darinya ternyata masih banyak. Lebih dari itu, ia juga menemukan hikmah dan makna hidup dari penderitaan yang sedang dihadapinya.

  4. Kemampuan menghadapi rasa takut
    Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi bisa menghadapi dan mengelola rasa takut itu dengan baik. Dengan sabar, ia akan menghadapi segala sesuatu. Kesabaran dalam banyak hal memang bisa bermakna sebagai keberanian seseorang dalam menghadapi kehidupan.

  5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai
    Tanda orang yang mempunyai kecerdasan spiritual adalah hidupnya berkualitas karena diilhami oleh visi dan nilai. Visi dan nilai yang dimiliki oleh seseorang bisa membuat hidupnya terarah, tidak goyah ketika menghadapi cobaan, dan lebih mudah dalam meraih kebahagiaan.

  6. Enggan menyebabkan kerugian yang tidak perlu
    Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan enggan bila keputusan atau langkah-langkah yang diambilnya bisa menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Hal ini bisa terjadi karena ia bisa berpikir lebih selektif dalam mempertimbangkan berbagai hal.

  7. Cenderung melihat keterkaitan berbagai hal
    Agar keputusan dan langkah yang diambil oleh seseorang dapat mendekati keberhasilan, diperlukan kemampuan dalammelihat keterkaitan antara berbagai hal. Agar hal yang sedang dipertimbangkan itu menghasilkan kebaikan, sangat perlu melihat keterkaitan antara berbagai hal dalam sebuah masalah. Inilah cara pandang yang holistik.

  8. Cenderung bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika”
    Pertanyaan “mengapa” atau “bagaimana jika” biasanya dilakukan oleh seseorang untuk mencari jawaban yang mendasar. Inilah tanda bagi orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Dengan demikian, ia dapat memahami masalah dengan baik, tidak secara parsial, dan dapat mengambil keputusan dengan baik pula.

  9. Pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggung jawab
    Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan bisa menjadi pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggung jawab.

Beberapa ciri-ciri orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi menurut Agus Nggermanto adalah memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu melihat kesatuan dalam keberagaman, mampu memaknai setiap sisi kehidupan, dan mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.

  1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat
    Prinsip adalah pedoman berperilaku yang terbukti mempunyai nilai yang langgeng dan permanen. Prinsip pada bagian ini adalah kebenaran, keadilan, dan kebaikan. Setiap hari kita berhadapan dengan kebenaran, misalnya kejujuran, kesabaran, dan konsistensi. Hidup selaras dengan prinsip kebenaran berarti hidup secara hanif. Hanif adalah cinta dan cenderung memilih kebenaran. Bila seorang hanif mengetahui suatu kebenaran, ia sangat ingin untuk melakukannya, membiasakan, dan menjadikannya karakter. Keadilan adalah memberikan sesuatu sesuai dengan haknya. Ketika kita belajar secara benar dan adil maka akan diperoleh hasil yang optimal. Hidup selaras dengan prinsip keadilan berarti konsisten melangkah di jalan kebenaran. Keadilan menjamin, barang siapa melakukan kebenaran ia pasti secara adil mendapatkan hasilnya. Kebaikan adalah memberikan lebih dari haknya. Hidup selaras dengan prinsip kebaikan berarti hidup dengan mental berkelimpahan. Suatu keyakinan bahwa masih melimpah ruah karunia kenikmatan di sini dan di sana. Sehingga satu sama lain dapat saling membantu dan memberi kebaikan. Visi, visi yang benar dalah melihat sesuatu sebagaimana adanya sesuatu. Untuk mendapatkan visi yang benar kita harus membenahi apa yang ada dalam diri kita. Berusaha hidup selaras dengan prinsip-prinsip kebenaran, keadilan, dan kebaikan. Membersihkan diri, pikiran, dan jiwa dari karakter-karakter rendah seperti bohong, rakus, dan malas.

  2. Mampu melihat kesatuan dalam keberagaman
    Semakin “tunggal” dan “menyatu” pengetahuan seseorang maka semakin sempurna ilmunya, semakin bagus pemahamannya. Ketunggalan dalam keberagaman adalah prinsip utama yang harus kita pegang teguh agar memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi.

  3. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan
    Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan. Karunia Tuhan berupa kenikmatan atau ujian dari-Nya sama-sama memiliki makna spiritual yang tinggi. Karunia Tuhan adalah manifestasi kasih sayang-Nya kepada manusia. Ujian-Nya adalah wahana pendewasaan spiritual manusia.

  4. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan
    Ujian penderitaan dan kesulitan juga bermakna membuat sesuatu layak menerima karunia lebih tinggi. Pada saat kecakapan seseorang akan meningkat, banyak ujian yang harus dilaluinya. Menurut Muhammad Zuhri, kesulitan adalah yang menumbuh-kembangkan dimensi spiritual manusia. Dengan kesulitan, kecerdasan spiritual akan lebih tajam dan matang.