Multiple intelligences merupakan sebuah teori yang di temukan oleh Dr. Howard Gardner pada tahun 1982. Sebelum teori kecerdasan multiple intelligences ini muncul, kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan tes IQ (Intelligent Quetiont), kemudian tes itu diubah menjadi angka standar kecerdasan.
Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak 1905 banyak digunakan oleh para pakar psikolog di seluruh dunia (Munif Chatib, 2013). Gardner dengan cerdas memberi label “multiple” pada luasnya makna kecerdasan. Penggunaan kata “multiple” dimaksudkan karena akan terjadinya kemungkinan bahwa ranah kecerdasan yang ditemukan terus berkembang, mulai dari 6 kecerdasan ketika pertama kali muncul hingga saat ini menjadi 9 kecerdasan. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu.
Kecenderungan kecerdasan tersebut harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan. Pada teori multiple intelligences menyarankan agar seseorang mempromosikan kemampuan atau kelebihan dan mengukur kelemahan. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seseorang. Dalam menemukan kecerdasan, seseorang anak harus dibantu oleh lingkungan, orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan di negara (Munif Chatib, 2013).
Julia Jasmin (2007) menyatakan bahwa teori multiple intelligences merupakan suatu validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Teori multiple intelligences bukan hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan sangat berharga. Teori ini merupakan langkah raksasa menuju suatu titik dimana individu dihargai dan keragaman dibudidayakan.
Sedangkan Gardner menjelaskan bahwa teori multiple intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik.
Pendapat lain dikemukakan oleh Muhammad Yaumi (2013) yang menjelaskan bahwa teori multiple intelligences dibagi dalam roda domain kecerdasan jamak untuk memvisualisasikan hubungan tidak tetap antara berbagai kecerdasan yang dikelompokkan dalam tiga wilayah atau domain yakni: interaktif, analitik, dan introspektif.
Multiple intelligences merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa dalam diri seseorang itu setidaknya terdapat sembilan jenis kecerdasan, namun sembilan jenis kecerdasan itu masih akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Hal yang perlu diketahui juga, bahwa kesembilan jenis kecerdasan tersebut tidak pasti nampak semua dalam diri seseorang. Ketidak nampakan jenis kecerdasan seseorang tergantung dengan potensi yang dimilikinya. Setiap anak memiliki perbedaan kecerdasan yang unik atau berbeda-beda, namun itulah potensi yang mereka miliki dan harus dikembangkan.