Apa yang dimaksud dengan Kecerdasan Jamak atau Multiple Intelligences?

Apa yang dimaksud Multiple Intelligences?

Howard Gardner seorang profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat dan ahli psikologi perkembangan seorang penemu dari teori multiple intelligences (kecerdasan jamak). Teorinya menafsirkan ajaran yang luas tentang kecerdasan serta mengatakan bahwa kecerdasan merupakan suatu yang dikembangkan secara berkesinambungan selamanya.

Apa yang dimaksud Multiple Intelligences ?

Multiple Intelegences merupakan istilah dalam kajian tentang kecerdasan yang diprakarsai oleh seorang pakar pendidikan Amerika Serikat bernama Howard Gardner. Terdapat keragaman terjemahan tentang Multiple Intelegences ini, sebagian orang menerjemahkan dengan kecerdasan ganda, kecerdasan majemuk dan kecerdasan jamak. Dalam tulisan ini yang dipergunakan sebagai terjemahan multiple intlgences adalah kecerdasan jamak.

Teori kecerdasan jamak (multiple intlegences), bukanlah teori pertama yang menyatakan tentang adanya kecerdasan selain kecerdasan intelektual (IQ) pada diri individu. Sejalan dengan berkembangnya peradaban manusia, maka mulai terjadi juga pergeseran paradigma dalam menerjemahkan arti kecerdasan. Seperti kecerdasan emosi (emosional intelegence) yang diprakarsai oleh Daniel Goleman (1995), kecerdasan spiritual (spiritual intelegence) yang dikembangkan oleh Ian Marshal dan Danah Johar (1993), serta Emotional Spiritual Quotions yang dicetuskan oleh Utsman Najati dan Ary Ginanjar Agustian (1996, 2000).

Gardner (Musfiroh, 2004) memaparkan beberapa kelebihan teori Kecerdasan Jamak (Multiple Intelegences) sebagai berikut :

  1. memiliki dukungan riset multidisiplin yakni antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi hewan dan neuroanatomi

  2. apabila dibandingkan dengan teori kecerdasan lain, jumlah kecerdasan dalam kecerdasan jamak beragam, sehingga akan tampak “keadilan” dalam menentukan dominasi kecerdasan tertentu untuk tiap individu.

Menurut Gardner (Musfiroh, 2004) kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menghasilkan produk yang dibuat dalam satu atau beberapa budaya. Secara lebih terperinci Gardner menguraikan sebagai berikut :

  1. kemampuan untuk menyelesaikan dan menemukan solusi masalah dalam kehidupan nyata

  2. kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan

  3. kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Lebih lanjut, menurut Gardner kecerdasan didasarkan pada potensi biologis, yang kemudian diekspresikan sebagai hasil dari faktor-faktor genetik dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Secara umum, individu normal mampu menunjukkan bauran beberapa kecerdasan. Kecerdasan tidak pernah dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan tertanam dalam berbagai system simbol, seperti bahasa, gambar, peta, notasi musik, dan simbol matematika.

Gardner (Amstrong,1994) menjelaskan bahwa kecerdasan jamak ( multiple intelegences) memiliki karakteristik konsep sebagai berikut :

  1. semua intelegensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian ini, tidak ada kecerdasan yang lebih baik atau lebih penting dari kecerdasan yang lain

  2. semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan dikembangkan secara optimal

  3. terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan, seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-kelemahan

  4. semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut bekerjasama untuk mewujudkan aktivitas yang dilakukan individu. Satu kegiatan mungkin memerlukan lebih dari satu kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan dalam berbagai bidang

  5. semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di seluruh/semua lintas kebudayaan di seluruh dunia dan kelompok usia

  6. saat seseorang dewasa, kecerdasan diekspresikan melalui rentang pencapaian profesi dan hobi. Kecerdasan logika-matematika yang dimulai sebagai kemampuan pola pada masa balita dan berkembang menjadi penguasaan simbolik pada masa anak-anak, misalnya akhirnya mencapai kematangan ekspresi dalam wujud profesi sebagai ahli matematika, akuntan dan ilmuwan.

Esensi teori kecerdasan jamak (multiple intelegences) menurut Gardner adalah menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini.

Referensi

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/Multiple_Intelligences.pdf

Setiap orang memiliki kecerdasan dan setiap orang memiliki keragaman dan keunikan kecerdasan. Howard Gardner seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan “multiple intelligence”. Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mangatakan bahwa setiap orang memiliki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda.

Kecerdasan, menurut Gardner, adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.

Menurut Howard Gardner, (2003) dalam setiap diri manusia ada sembilan jenis kecerdasan, yaitu :

  1. Kecerdasan logic-matematical adalah kecerdasan logik matematik adalah kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan bilangan serta kemampuan untuk berfikir rasional’. Dalam ungkapan lain, Munif Chatib & Alamsyah Said (2012) menyatakan bahwa kecerdasan logis-matematis adalah ’kemampuan dalam berhitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasioperasi angka-angka. Seseorang yang mempunyai tingkat kecerdasan logis matematis yang tinggi mampu memecahkan masalah hitunghitungan. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Kecenderungan berpikir deduktif artinya berpikir dari hal-hal yang umum kepada hal-hal yang sangat khusus. Kecenderungan berpikir induktif artinya berpikir dari konteks persoalan yang khusus kepada hal-hal yang lebih umum. Menurut Munif Chatib dan Alamsyah Said, (2012) ’kecerdasan logis-matematis melibatkan banyak komponen :

    • perhitungan secara matematis
    • berpikir logis
    • nalar
    • pemecahan masalah
    • pertimbangan deduktif
    • ketajaman hubungan antara pola-pola numerik
  2. Kecerdasan linguistic adalah kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-fungsi bahasa. menurut Munif Chatib & Alamsyah Said, (2012) kecerdasan linguistik adalah kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata, menggunakan bahasa untuk mengekspresikan, dan menghargai makna yang komplek. Seseorang yang unggul dalam kecersasan ini mempunyai kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan dan atau melalui tulisan. Orang yang unggul dalam kecerdasan ini juga memiliki kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan serta mampu untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan dalam menyampaikan informasi.

  3. Kecerdasan musical adalah kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme, nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik. Munif Chatib & Alamsyah Said (2012) mendefinisikan kecerdasan musik adalah ‘kemampuan seseorang yang punya sensitivitas pada pola titik nada, melodi, ritme, dan nada.

  4. Kecerdasan spatial adalah kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut. kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut.

  5. Kecerdasan bodily kinestetic, menurut Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, (2011), adalah ‘kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan mengenai objek-objek secara terampil. Seseorang yang unggul dalam kecerdasan ini mampu mengolah tubuh nya dalam berbagai variasi gerak dan adegan. Orang yang mempunyai kecerdasan ini juga mempunyai keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.

  6. Kecerdasan intrapersonal, menurut Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, (2011), adalah ‘kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan serta memahami intelegensi sendiri’. Orang yang unggul dan mendominasi kecerdasan ini mempunyai kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri, mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan mampu mengelola dn mengontrol dirinya. Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral.

  7. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain. Seseorang yang unggul dan mendominasi kecerdasan ini mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain dan mampu bekerjasama dengan orang lain. Peka terhadap ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.

  8. Kecerdasan naturalis adalah Menurut Munif Chatib & Alamsyah Said, (2012) ’tanpa disadari, aktivitas anak di sekitar lingkungan tempat tinggal memberikan pengaruh positif terhadap kecerdasan naturalis ini. Hal ini ditunjukkan dengan ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang dan tumbuhan saat usia sekolah.

  9. Kecerdasan eksistensialis adalah kemampuan seseorang dalam memberi makna dan menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan. Orang yang mempunyai kecerdasan potensial atau bakat tertentu, dilatih sedikit mendapatkan banyak hal atau mampu menyelesaikan dengan sempurna dan sebaliknya orang yang tidak memiliki kecerdasan potensial atau bakat tertentu dilatih banyak hanya bisa mendapatkan atau mengerjakannya sedikit.

Ringkasan
  • Munif Chatib & Alamsyah Said, (2012). Sekolah Anak-Anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa Learning.
  • Munif Chatib, (2013). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligence di Indonesia. Bandung: Kaifa.

Multiple intelligences merupakan sebuah teori yang di temukan oleh Dr. Howard Gardner pada tahun 1982. Sebelum teori kecerdasan multiple intelligences ini muncul, kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan tes IQ (Intelligent Quetiont), kemudian tes itu diubah menjadi angka standar kecerdasan.

Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak 1905 banyak digunakan oleh para pakar psikolog di seluruh dunia (Munif Chatib, 2013). Gardner dengan cerdas memberi label “multiple” pada luasnya makna kecerdasan. Penggunaan kata “multiple” dimaksudkan karena akan terjadinya kemungkinan bahwa ranah kecerdasan yang ditemukan terus berkembang, mulai dari 6 kecerdasan ketika pertama kali muncul hingga saat ini menjadi 9 kecerdasan. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu.

Kecenderungan kecerdasan tersebut harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan. Pada teori multiple intelligences menyarankan agar seseorang mempromosikan kemampuan atau kelebihan dan mengukur kelemahan. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seseorang. Dalam menemukan kecerdasan, seseorang anak harus dibantu oleh lingkungan, orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan di negara (Munif Chatib, 2013).

Julia Jasmin (2007) menyatakan bahwa teori multiple intelligences merupakan suatu validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Teori multiple intelligences bukan hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan sangat berharga. Teori ini merupakan langkah raksasa menuju suatu titik dimana individu dihargai dan keragaman dibudidayakan.

Sedangkan Gardner menjelaskan bahwa teori multiple intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik.

Pendapat lain dikemukakan oleh Muhammad Yaumi (2013) yang menjelaskan bahwa teori multiple intelligences dibagi dalam roda domain kecerdasan jamak untuk memvisualisasikan hubungan tidak tetap antara berbagai kecerdasan yang dikelompokkan dalam tiga wilayah atau domain yakni: interaktif, analitik, dan introspektif.

Multiple intelligences merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa dalam diri seseorang itu setidaknya terdapat sembilan jenis kecerdasan, namun sembilan jenis kecerdasan itu masih akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Hal yang perlu diketahui juga, bahwa kesembilan jenis kecerdasan tersebut tidak pasti nampak semua dalam diri seseorang. Ketidak nampakan jenis kecerdasan seseorang tergantung dengan potensi yang dimilikinya. Setiap anak memiliki perbedaan kecerdasan yang unik atau berbeda-beda, namun itulah potensi yang mereka miliki dan harus dikembangkan.