Kecemasan sosial adalah istilah untuk ketakutan, rasa gugup dan kecemasan yang dirasakan seseorang saat melakukan interaksi sosial dengan orang lain (Butler, 2008). Kecemasan sosial “menyerang” saat seseorang berpikir jika remaja melakukan sesuatu, remaja akan diberi label negatif oleh orang lain atau berpikir dirinya akan melakukan sesuatu yang memalukan dihadapan orang lain.
Kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran orang- orang lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan/kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Kecemasan sendiri merupakan suatu respon yang beragam terhadap situasi- situasi yang mengancam, yang pada umumnya terwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan syaraf fisiologis, dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan atau kegugupan (nervousness) (Dayakisni dan Hudaniah, 2009).
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan sosial (social anxiety) adalah perasaan tidak aman dan tak nyaman akan kehadiran orang lain, adanya perasaan malu dan kecenderungan untuk tidak bisa berinteraksi sosial dengan orang lain.
Karakteristik Kecemasan Sosial
Adapun Gillian Buttler (2008) mengungkapkan karakteristik- karakteristik yang menunjukkan seorang individu dengan kecemasan sosial yaitu:
1. Menghindari situasi yang menyulitkan/ rumit (subtle kinds of avoidance)
Avoidance atau menghindar adalah tidak melakukan sesuatu karena takut jika melakukan sesuatu akan membuat diri sendiri cemas. Beberapa situasi sulit atau rumit yang dihindari sebagai berikut:
- Menunggu orang yang dikenal sampai datang sebelum masuk ke ruangan yang di dalamnya banyak terdapat orang yang tidak dikenal.
- Melakukan berbagai hal sendirian saat di dalam pesta, tujuannya untuk menghindari berbicara atau melakukan pembicaraan dengan orang lain.
- Pergi menjauh saat melihat seseorang yang dapat membuat cemas.
- Menghindari pembicaraan tentang permasalahan personal/pribadi.
- Tidak makan di tempat umum.
2. Perilaku yang aman (safety behaviors)
Safety behavior atau perilaku yang aman adalah melakukan segala sesuatu yang dapat membuat aman. Termasuk dalam perilaku aman adalah mencoba untuk tidak menarik perhatian. Beberapa perilaku aman yang biasa dilakukan:
- Melatih apa yang akan dibicarakan, mengecek kembali setiap perkataan agar menjadi benar.
- Berbicara dengan sangat lambat, atau menjadi pendiam, atau berbicara secara cepat tanpa mengambil nafas.
- Menyembunyikan tangan atau wajah; menyimpan tangan di mulut.
- Memegang celana atau melihat ke lutut untuk mengatur getaran.
- Membiarkan rambut menutupi wajah; menggunakan pakaian yang dapat menutupi sebagian tubuh.
- Tidak mengganggu lelucon orang lain.
- Tidak membicarakan tentang diri sendiri atau tentang perasaan; tidak mengekspresikan opini.
- Tidak mengatakan sesuatu yang akan menjadi kontroversi atau selalu setuju dengan pendapat orang lain.
- Menggunakan pakaian yang tidak mencolok.
- Selalu berdekatan dengan orang yang aman atau berada di tempat yang aman.
- Menghindari kontak mata.
3. Menjauhi masalah (dwelling on the problem)
Kecemasan sosial dapat datang kapan saja, sebagian karena sifat atau perilaku orang lain tidak dapat diprediksi dan sebagian karena rasa takut itu dapat muncul secara tiba-tiba. Antisipasi dari orang yang mengalami kecemasan sosial untuk tidak terlalu terlibat masalah adalah dengan memikirkan apa yang akan dilakukannya bila terjadi masalah di masa yang akan datang. Ketakutan dan kecemasan membuat seseorang menjadi sulit untuk melihat ke masa depan dan untuk mengikuti berbagai kegiatan serta menikmati setiap kegiatan.
4. Self esteem, self confidence and feelings of inferiority
Kecemasan sosial menjadikan seseorang merasa berbeda dengan orang lain, selalu berpikiran negatif merasa lebih buruk dari orang lain, merasa aneh, sehingga itu akan mempengaruhi self esteem dan kepercayaan diri. Orang dengan kecemasan sosial akan merasa minder dan tidak mau bergaul dengan orang lain karena merasa bahwa orang lain tidak menyukainya dan berpikir bahwa orang lain berpikiran negatif tentang dirinya.
Orang yang memiliki kecemasan sosial akan berpikir orang lain akan mengabaikan atau tidak mempedulikan dirinya, sehingga orang yang memiliki kecemasan sosial mengartikan setiap pandangan dan perbincangan orang lain terhadap dirinya adalah tanda bahwa dirinya adalah orang yang buruk. Orang yang memiliki kecemasan sosial menjadi selalu mengevaluasi diri dengan cara yang negatif dan selalu melihat kelemahan diri, sehingga orang yang memiliki kecemasan sosial hidup dalam ketakutan.
5. Demoralization and depression; frustration and resentment (hilang semangat dan depresi; frustrasi dan kebencian/rasa marah)
Merasa frustrasi terhadap kepribadian diri sendiri, sehingga kecemasan sosial membuat putus asa. Orang yang memiliki kecemasan sosial juga dapat merasa demoralisasi atau depresi seperti orang yang marah dan benci saat menemukan orang lain sangat mudah melakukan sesuatu yang menurut dirinya sangat sulit untuk dilakukan.
6. Effect on performance
Kesulitan terbesar dari orang yang mengalami kecemasan sosial adalah saat kecemasan sosial mengganggu kehidupan sehari-hari dan kemampuan untuk merencanakan kegiatan. Remaja menjadi sulit untuk menunjukan kemampuan yang sebenarnya dan mencegah remaja untuk mencapai kesuksesan yang sebenarnya dapat diraih.