Apa yang dimaksud dengan Kecemasan Sosial?

Kecemasan Sosial

Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Adalah normal, bahkan adaptif, untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek dalam kehidupan. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut mendorong kita untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau memotivasi kita untuk belajar menjelang ujian. Kecemasan adalah respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya yaitu bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan (Nevid, 2003).

Apa yang dimaksud dengan Kecemasan Sosial ?

Kecemasan adalah keadaaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah di mana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku, dan respon-respon fisiologis (Durand, 2006).

Cemas merupakan satu reaksi normal terhadap perubahan lingkungan yang membawa ciri alam perasaan yang tidak nyaman dan menggugah seolah ada bahaya terhadap nyawa yang perlu dielakkan. Oleh sebab itu kecemasan menimbulkan satu persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan melawan atau melarikan diri. Dalam keadaan siap sebelum bertindak inilah reaksi cemas paling terasa. Biasanya setelah peristiwa terjadi maka keadaan cemas ini tidak nampak lagi, tetapi usaha perlawanan dan melarikan diri yang dikerjakan oleh yang bersangkutan (Roan, 1979).

Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Adalah normal, bahkan adaptif, untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek dalam kehidupan. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut mendorong kita untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau memotivasi kita untuk belajar menjelang ujian. Kecemasan adalah respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya yaitu bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan (Nevid, 2003).

Pengertian Kecemasan Sosial


Menurut American Psychiatric Association (APA) kecemasan sosial adalah ketakutan yang menetap terhadap sebuah (atau lebih) situasi sosial yang terkait berhubungan dengan performa, yang membuat individu harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya atau menghadapi kemungkinan diamati oleh orang lain, takut bahwa dirinya akan dipermalukan atau dihina (LaGreca & Lopez, 1998, dalam Urani).

Menurut Richards (1996) Kecemasan sosial adalah takut akan situasi sosial dan interaksi dengan orang lain yang dapat secara otomatis membawa merasa sadar diri, pertimbangan, evaluasi, dan kritik. Bersamaan dengan definisi di atas Richard juga mengemukakan kecemasan sosial adalah ketakutan dan kecemasan dihakimi dan dievaluasi secara negatif oleh orang lain, mendorong ke arah merasa kekurangan, kebingungan, penghinaan, dan tekanan. Selain itu Mattick & Clarke (1998) berpendapat Kecemasan sosial adalah suatu keadaan yang tertekan ketika bertemu dan berbicara dengan orang lain.

Kecemasan sosial adalah bentuk fobia sosial yang lebih ringan yang merupakan ketakutan yang terus-menerus dan irasional terhadap kehadiran orang lain. Individu berusaha menghindari suatu situasi khusus di mana ia mungkin dikritik dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau bertingkah laku dengan cara yang memalukan. Dengan demikian, orang-orang yang menderita kecemasan sosial menghindari orang-orang karena takut dikritik, seperti berbicara atau menampilkan diri di depan umum, makan di depan umum, menggunakan kamar kecil umum atau melakukan kegiatan-kegiatan lain di depan umum yang dapat menimbulkan kecemasan yang hebat. Kecemasan ini muncul pada masa remaja ketika kesadaran sosial dan pergaulan dengan orang lain merupakan hal yang penting dalam kehidupan seorang remaja (Semiun, 2006).

Aspek-Aspek Kecemasan Sosial


La Greca dan Lopez (Olivarez, 2005) mengemukakan ada tiga aspek kecemasan sosial yaitu :

  • Ketakutan akan evaluasi negatif.
  • Penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau berhubungan dengan orang asing/baru.
  • Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang dikenal.

Penyebab Kecemasan Sosial


Menurut Durand (2006) ada tiga jalur kecemasan sosial yaitu :

  • Seorang dapat mewarisi kerentanan biologis menyeluruh untuk mengembangkan kecemasan atau kecenderungan biologis untuk menjadi sangat terhambat secara sosial. Eksistensi kerentanan psikologis menyeluruh seperti tercermin pada perasaan atas berbagai peristiwa, khususnya peristiwa yang sangat menimbulkan stres, mungkin tidak dapat dikontrol dan dengan demikian akan mempertinggi kerentanan individu. Ketika mengalami stres, kecemasan dan perhatian yang difokuskan pada diri sendiri dapat meningkat sampai ke titik yang mengganggu kinerja, bahkan disertai oleh adanya alarm (serangan panik).

  • Ketika dalam keadaan stres, seseorang mungkin mengalami serangan panik yang tak terduga pada sebuah situasi sosial yang selanjutnya akan dikaitkan (dikondisikan) dengan stimulus-stimulus sosial. Individu kemudian akan menjadi sangat cemas tentang kemungkinan untuk mengalami alarm (serangan panik) lain (yang dipelajari) ketika berada dalam situasi-situasi sosial yang sama atau mirip.

  • Seseorang mungkin mengalami sebuah trauma sosial riil yang menimbulkan alarm aktual. Kecemasan lalu berkembang (terkondisi) di dalam situasi-situasi sosial yang sama atau mirip. Pengalaman sosial yang traumatik mungkin juga meluas kembali ke masa-masa sulit di masa kanak-kanak. Masa remaja awal biasanya antara umur 12 sampai 15 tahun adalah masa ketika anak-anak mengalami serangan brutal dari teman-teman sebayanya yang berusaha menanamkan dominasi mereka. Pengalaman ini dapat menghasilkan kecemasan dan panik yang direproduksi di dalam situasi-situasi sosial di masa mendatang

Simtom Kecemasan Sosial


Ingman (Ingman, 1999) mengemukakan simtom Kecemasan sosial dapat di ekspresikan dalam beberapa cara yaitu:

  • Simtom Fisik:
    • Keringat yang berlebihan
    • Detak jantung yang berdebar-debar
    • Wajah memerah
    • Bergetar
    • Sakit perut
    • Mati rasa
    • Pusing
  • Simtom Tingkah Laku:
    • Tidak berani/sedikit melakukan kontak mata
    • Penundaan
    • Cara bicara tidak lancar
    • Gelisah
    • Menolak interaksi sosial
  • Simtom Kognitif:
    • Kesadaran diri yang tinggi
    • Merasa dirinya dilihat dan dievaluasi oleh orang lain
    • Kewaspadaan yang berlebihan
    • Berpikir merendahkan diri sendiri

Kecemasan sosial adalah istilah untuk ketakutan, rasa gugup dan kecemasan yang dirasakan seseorang saat melakukan interaksi sosial dengan orang lain (Butler, 2008). Kecemasan sosial “menyerang” saat seseorang berpikir jika remaja melakukan sesuatu, remaja akan diberi label negatif oleh orang lain atau berpikir dirinya akan melakukan sesuatu yang memalukan dihadapan orang lain.

Kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran orang- orang lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan/kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Kecemasan sendiri merupakan suatu respon yang beragam terhadap situasi- situasi yang mengancam, yang pada umumnya terwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan syaraf fisiologis, dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan atau kegugupan (nervousness) (Dayakisni dan Hudaniah, 2009).

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan sosial (social anxiety) adalah perasaan tidak aman dan tak nyaman akan kehadiran orang lain, adanya perasaan malu dan kecenderungan untuk tidak bisa berinteraksi sosial dengan orang lain.

Karakteristik Kecemasan Sosial


Adapun Gillian Buttler (2008) mengungkapkan karakteristik- karakteristik yang menunjukkan seorang individu dengan kecemasan sosial yaitu:

1. Menghindari situasi yang menyulitkan/ rumit (subtle kinds of avoidance)

Avoidance atau menghindar adalah tidak melakukan sesuatu karena takut jika melakukan sesuatu akan membuat diri sendiri cemas. Beberapa situasi sulit atau rumit yang dihindari sebagai berikut:

  1. Menunggu orang yang dikenal sampai datang sebelum masuk ke ruangan yang di dalamnya banyak terdapat orang yang tidak dikenal.
  2. Melakukan berbagai hal sendirian saat di dalam pesta, tujuannya untuk menghindari berbicara atau melakukan pembicaraan dengan orang lain.
  3. Pergi menjauh saat melihat seseorang yang dapat membuat cemas.
  4. Menghindari pembicaraan tentang permasalahan personal/pribadi.
  5. Tidak makan di tempat umum.

2. Perilaku yang aman (safety behaviors)

Safety behavior atau perilaku yang aman adalah melakukan segala sesuatu yang dapat membuat aman. Termasuk dalam perilaku aman adalah mencoba untuk tidak menarik perhatian. Beberapa perilaku aman yang biasa dilakukan:

  1. Melatih apa yang akan dibicarakan, mengecek kembali setiap perkataan agar menjadi benar.
  2. Berbicara dengan sangat lambat, atau menjadi pendiam, atau berbicara secara cepat tanpa mengambil nafas.
  3. Menyembunyikan tangan atau wajah; menyimpan tangan di mulut.
  4. Memegang celana atau melihat ke lutut untuk mengatur getaran.
  5. Membiarkan rambut menutupi wajah; menggunakan pakaian yang dapat menutupi sebagian tubuh.
  6. Tidak mengganggu lelucon orang lain.
  7. Tidak membicarakan tentang diri sendiri atau tentang perasaan; tidak mengekspresikan opini.
  8. Tidak mengatakan sesuatu yang akan menjadi kontroversi atau selalu setuju dengan pendapat orang lain.
  9. Menggunakan pakaian yang tidak mencolok.
  10. Selalu berdekatan dengan orang yang aman atau berada di tempat yang aman.
  11. Menghindari kontak mata.

3. Menjauhi masalah (dwelling on the problem)

Kecemasan sosial dapat datang kapan saja, sebagian karena sifat atau perilaku orang lain tidak dapat diprediksi dan sebagian karena rasa takut itu dapat muncul secara tiba-tiba. Antisipasi dari orang yang mengalami kecemasan sosial untuk tidak terlalu terlibat masalah adalah dengan memikirkan apa yang akan dilakukannya bila terjadi masalah di masa yang akan datang. Ketakutan dan kecemasan membuat seseorang menjadi sulit untuk melihat ke masa depan dan untuk mengikuti berbagai kegiatan serta menikmati setiap kegiatan.

4. Self esteem, self confidence and feelings of inferiority

Kecemasan sosial menjadikan seseorang merasa berbeda dengan orang lain, selalu berpikiran negatif merasa lebih buruk dari orang lain, merasa aneh, sehingga itu akan mempengaruhi self esteem dan kepercayaan diri. Orang dengan kecemasan sosial akan merasa minder dan tidak mau bergaul dengan orang lain karena merasa bahwa orang lain tidak menyukainya dan berpikir bahwa orang lain berpikiran negatif tentang dirinya.

Orang yang memiliki kecemasan sosial akan berpikir orang lain akan mengabaikan atau tidak mempedulikan dirinya, sehingga orang yang memiliki kecemasan sosial mengartikan setiap pandangan dan perbincangan orang lain terhadap dirinya adalah tanda bahwa dirinya adalah orang yang buruk. Orang yang memiliki kecemasan sosial menjadi selalu mengevaluasi diri dengan cara yang negatif dan selalu melihat kelemahan diri, sehingga orang yang memiliki kecemasan sosial hidup dalam ketakutan.

5. Demoralization and depression; frustration and resentment (hilang semangat dan depresi; frustrasi dan kebencian/rasa marah)

Merasa frustrasi terhadap kepribadian diri sendiri, sehingga kecemasan sosial membuat putus asa. Orang yang memiliki kecemasan sosial juga dapat merasa demoralisasi atau depresi seperti orang yang marah dan benci saat menemukan orang lain sangat mudah melakukan sesuatu yang menurut dirinya sangat sulit untuk dilakukan.

6. Effect on performance

Kesulitan terbesar dari orang yang mengalami kecemasan sosial adalah saat kecemasan sosial mengganggu kehidupan sehari-hari dan kemampuan untuk merencanakan kegiatan. Remaja menjadi sulit untuk menunjukan kemampuan yang sebenarnya dan mencegah remaja untuk mencapai kesuksesan yang sebenarnya dapat diraih.

Leitenberg (dalam Ingman et al, 1999) menyatakan bahwa kecemasan sosial melibatkan perasaan ketakutan, kesadarandiri, dan tekanan emosional dalam situasi yang sebenarnya dapat diantisipasi atau evaluasi terhadap lingkungan social.Eren - Gümüş (dalam Baltaci dan Hamarta 2013) mendefinisiskan kecemasan sosial adalah keadaan ketidaknyamanan dan stres bahwa pengalaman individu dengan ekspektasi bahwa dia akan bertindak tidak tepat, membuat bodoh dirinya sendiri, meninggalkan kesan negatif dan dievaluasi oleh orang lain dalam cara negatif (bodoh, pecundang, tidak kompeten, dan sebagainya) di berbagai acara maupun situasi sosial.Kecemasan sosial ditandai dengan rasa takut yang berlebihan sedang diteliti oleh orang lain dan menghindari kegiatan sosial yang membangkitkan rasa takut ini (Hedman, et al, 2013).

Kecemasan sosial merupakan suatu keadaan dimana adanya ketakutan ataupun kekhawatiran yang berlebihan terhadap situasi sosial sehingga membuat individu tersebut merasa cemas pada situasi sosial karena khawatir akan mendapat penilaian negatif dari orang lain yang membuat individu tersebut cenderung menghindari kegiatan sosial.

Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Sosial


Rapee (dalam Nainggolan, 2011) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan sosial yaitu berupa thinking style (cara berpikir), focusing attention (fokus perhatian), dan avoidance (penghindaran). Selain itu, menurut Butler (1999) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan sosial adalah kepercayaan diri. Individu dengan kecemasan sosial akan merasa minder dan tidak mau bergaul dengan orang lain karena merasa bahwa orang lain tidak menyukainya dan berpikir bahwa orang lain berpikiran negatif tentang dirinya.

Thalis (dalam Mayestika, 2009) terdapat beberapa faktor yang menimbulkan kecemasan sosial, yaitu :

  • Faktor individu yang meliputi rasa kurang percaya diri pada individu, merasa memiliki masa depan tanpa tujuan, dan perasaan tidak mampu bekerja.

  • Faktor lingkungan yang berkaitan dengan dukungan emosional yang rendah dari orang lain sehingga individu merasa tidak dicintai orang lain, tidak memiliki kasih sayang, tidak memiliki dukungan dan motivasi.

Aspek Kecemasan Sosial


Menurut Wakefield dkk (2005), kecemasan sosial umum terjadi pada setiap orang, namun intensitasnya berbeda-beda. Aspek-aspek kecemasan sosial adalah aspek kognitif, berupa penilaian dan ekspetasi bahwa individu akan dinilai negatif, aspek afektif berupa ketakutan dan rasa cemas saat berhadapan dalam situasi sosial, dan aspek perilaku yaitu adanya perilaku aman.

Palanci et al (dalam Baltaci dan Hamarta, 2013) aspek kecemasan sosial yaitu:

  • Penghindaran pada situasi-situasi sosial.
  • Kecemasan bahwa ia akan dikritik oleh orang lain.
  • Perasaan diri bahwa ia tidak berharga yang dimiliki seseorang.

Ciri-ciri Kecemasan Sosial


Kecemasan sosial seringkali diartikan ketakutan ketika berhadapan orang lain. Esensi yang lebih mendalam adalah kecemasan sosial merupakan ketakutan terhadap penilaian orang lain untuk individu itu sendiri. Kondisi seperti ini membuat individu takut, cemas, dan khawatir yang seringkali diwujudkan dalam perilaku penghindaran terhadap peristiwa tersebut. Menurut Solihat (2011) kecemasan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Ciri-ciri kognitif

    1. Mengkhawatirkan apa yang orang fikirkan.

    2. Sulit untuk berkonsentrasi dan selalu mengingat apa yang orang lain katakan.

    3. Fokus terhadap diri sendiri, sangat berhati-hati dengan apa yang akan dikatakan dan dilakukan.

    4. Selalu berpikir tentang kesalahan yang mungkin akan dilakukan.

    5. Pikiran menjadi kososng, menjadi binggung untuk mengatakan sesuatu.

  • Ciri-ciri perilaku

    1. Kadang-kadang berbicara dengan cepat atau lambat, diam, sehingga kata-katanya tidak jelas.

    2. Selalau mencari aman: tempat yang aman, berbicara dengan orang yang aman dan membicarakan topik yang aman.

    3. Menghindari kontak mata dengan orang lain.

    4. Meakukan sesuatu dengan sangat hati-hati agar tidak menarik perhatian orang laian.

    5. Menghindari kegiatan atau situasi sosial.

  • Ciri-ciri respon tubuh

    1. Muka merah karena malu, berkeringat atau mengigil.

    2. Tegang: merasa sakit dan sulit untuk dapat tenang.

    3. Panik: jantung berdetak kencang, nafas memburu, pusing.

  • Ciri-ciri emosi atau perasaan

    1. Grogi, cemas, takut terhadap sesuatu yang belum terjadi.

    2. Frustasi, marah terhadap diri sendiri atau orang lain.

    3. Menjadi tidak percaya diri.

    4. Merasa sedih, depresi, tidak memiliki harapan untuk berubah.