Apa yang dimaksud dengan Kebahagiaan atau Happiness?

Kebahagian adalah sebagai kondisi psikologis yang positif, yang ditandai oleh tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan rendahnya tingkat emosi negatif

Apa yang dimaksud dengan Kebahagiaan atau Happiness ?

Kebahagiaan adalah istilah umum yang menunjukkan kenikmatan atau kepuasan yang menyenangkan dalam kesejahteraan, keamanan, atau pemenuhan keinginan. Kebahagiaan adalah pencapaian cita-cita dan keberhasilan dalam apa yang diinginkan. Kebahagiaaan, merupakan tujuan utama dalam kehidupan manusia (Indriana, 2012).

Manusia bertindak sepanjang nafas umurnya, disetiap zaman dan tempat, dimana dia hidup dan bertempat tinggal tujuannya adalah supaya kehidupannya dan kehidupan alam sekitarnya dipenuhi dengan kebahagiaan dan kesenangan hidup, diiringi oleh kesuksesan di setiap sisi kehidupan. Sesuatu yang memungkinkan manusia untuk dapat mencapai maksud dan tujuannya tersebut adalah membangun prinsip dasar dengan terlebih dahulu memperbaiki ruang lingkup pemikirannya, dengan membentuk suatu metode berpikir yang sehat atau selamat mengenai dirinya dan masyarakatnya serta sifat-sifat kehidupan secara umum dengan melatih diri untuk membebaskan diri dari pemikiran negatif yang mengekang kekuatannya, yang dapat memusnahkan kesungguhannya dalam mencapai tujuan hidupnya (Said, 2010).

Kebahagiaan sesungguhnya merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbsi dan keterlibatan (Seligman, 2005).

Kebahagiaan (Happiness) dalam Tinjauan Psikologi

Munculnya psikologi positif sebagai kajian modern dalam dunia psikologi diharapkan dapat mendorong manusia untuk menyadari sifat- sifat positif yang dimilikinya, sehingga mereka dapat mencapai sebuah hidup yang lebih bahagia dan berkualitas.

Kebahagiaan memberikan berbagai dampak positif dalam segala aspek kehidupan dan akan mengarahkan pada hidup yang lebih baik, misalnya memberikan kita kesempatan untuk menciptakan hubungan yang lebih baik, menunjukkan produktivitas yang lebih besar, memiliki umur yang lebih panjang, kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi, dan kemampuan pemecahan masalah dan membuat keputusan mengenai rencana hidup dengan lebih baik (Carr dalam Mardliyah, 2010).

Semakin sering seseorang melayani sesama, semakin dia merasa muda. Saat memberi, dia memperoleh kenikmatan menerima. Saat memberi pertolongan, dia merasa ditolong. Saat memaafkan, dia merasa dimaafkan. Saat memberi harapan, dia merasa penuh harapan. Saat mencintai orang lain, dia merasa lepas dari keraguan yang menghambat perkembangan jiwa. Saat berbagi kesedihan dengan orang lain, dia merasa bahagia (Maurus, 2008).

Penilaian mengenai kebahagiaan yang dirasakan oleh setiap individu merupakan hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam kajian tentang kebahagiaan. Beberapa tokoh yang mengkaji tentang kebahagiaan telah sepakat bahwa kebahagiaan bersifat subyektif dan masing-masing individu merupakan penilai terbaik mengenai kebahagiaan yang dirasakannya.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut

“this conceptualization emphasizes the subjective nature of happiness and hold individual human being to be the single best judges of their own happiness ” (Diener & Kesebir dan Mardliyah, 2010)

Ciri-ciri Orang yang Bahagia

Berdasarkan riset (Pasiak dalam Mardliyah, 2010) yang dilakukan terhadap orang-orang yang bahagia diperoleh hasil ba mereka orang yang bahagia memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Memberikan manfaat bagi orang lain (significane).

    Kehadiran mereka dirasakan sebagai keberuntungan bagi banyak orang tanpa memandang latar belakang orang-orang itu.

  2. Menjadi sumber inspirasi bagi orang lain (inspired).

    Mereka dapat memotivasi orang lain untuk bergerak melakukan sesuatu dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan. Orang yang bahagia dapat menularkan kebahagiaan yang dirasakan kepada orang lain.

  3. Memberikan warisan bernilai (legacy).

    Orang-orang bahagia adalah mereka yang bekerja penuh waktu untuk mewariskan sesuatu yang bernilai dan menghasilkan kebahagiaan. Warisan tersebut dapat berupa ide-ide ilmu pengetahuan, bangunan- bangunan yang bernilai tinggi dan berguna, atau berupa kader-kader yang mengantarkan orang lain pada kehidupan yang lebih baik.

Kebahagiaan merupakan kondisi psikologis yang positif, yang ditandai oleh tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan rendahnya tingkat emosi negatif.

Kebahagiaan memberikan berbagai dampak positif dalam segala aspek kehidupan dan akan mengarahkan pada hidup yang lebih baik, misalnya memberikan kita kesempatan untuk menciptakan hubungan yang lebih baik, menunjukkan produktivitas yang lebih besar, memiliki umur yang lebih panjang, kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi, dan kemampuan pemecahan masalah dan membuat keputusan mengenai rencana hidup dengan lebih baik

Berikut beberapa arti kebahagiaan menurut beberapa ahli,

  • Kebahagiaan sesungguhnya merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbsi dan keterlibatan. Seligman (2005)

  • Kebahagiaan merupakan evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap hidupnya, mencakup segi kognitif dan afeksi. Evaluasi kognitif sebagai komponen kebahagiaan seseorang diarahkan pada penilaian kepuasan individu dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, keluarga, dan pernikahan. Sedangkan evaluasi afektif merupakan evaluasi mengenai seberapa sering seseorang mengalami emosi positif dan negatif. Diener

  • Kebahagiaan merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkaitan dengan orientasi produktif. Fromm

Authentic Happiness

Seligman (2005) dalam buku “Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment” menggunakan kata kebahagiaan sebagai istilah umum untuk menggambarkan tujuan dari keseluruhan upaya psikologi positif. Istilah ini meliputi perasaan positif (seperti ekstase dan kenyamanan) serta kegiatan positif tanpa unsur perasaan sama sekali (seperti kerterserapan dan keterlibatan). Penting untuk diakui bahwa kebahagiaan terkadang mengacu pada perasaan dan terkadang mengacu pada kegiatan yang di dalamnya tidak muncul satu pun perasaan.

Dalam mencapai kebahagiaan sendiri manusia mempunyai cara yang berbeda- beda antara individu yang satu dan yang lainnya. Oleh karena cara untuk mencapainya berbeda-beda.

Seligman (2005) membagi emosi positif menjadi tiga macam: emosi positif yang ditujukan pada masa lalu, masa depan, dan masa sekarang. Di mana Puas, bangga, dan tenang adalah emosi yang berorientasi pada masa lalu. Dan optimisme, harapan, kepercayaan, keyakinan, dan kepercayaan diri adalah emosi yang berorientasi pada masa depan.

Emosi positif tentang masa sekarang dibagi lagi menjadi dua kelompok utama: kenikmatan dan gratifikasi. Kenikmatan terdiri atas kenikmatan lahiriyah dan kenikmatan batiniyah. Kenikmatan lahiriyah merupakan emosi positif yang bersifat sementara dan berasal dari indera. Seperti rasa makan dan aroma yang enak, sensasi seksual, menggerakkan tubuh dengan nyaman, pandangan dan suara yang menyenangkan. Kenikmatan yang lebih tingggi juga bersifat sementara, ditimbulkan oleh kejadian-kejadian yang lebih rumit dan lebih membutuhkan kecerdasan dibanding kenikmatan inderawi.

Seligman (2005) mendifinisikan kenikmatan yang lebih tinggi ini dengan memperhatikan perasaan yang ditimbulkannya, seperti semangat, rasa senang, ceria, gembira, santai, dan lain-lain. Kenikmatan emosi sekarang seperti juga emosi positif masa lalu dan masa depan. Terletak pada perasaan-perasaan subjektif paling mendasar. Penilai yang paling akhir adalah diri yang ada dalam batin kita. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa tes tentang kondisi-kondisi ini diukur secara akurat. Ukuran-ukuran emosi positif yang digunakan bisa diulangi (repeatable), stabil sepanjang waktu, dan konsisten dalam berbagai situasi yang merupakan sarana dari sains.

Emosi positif masa sekarang adalah kenikmatan lahiriyah seperti kelezatan, kehangatan, dan orgasme. Disamping itu emosi positif masa sekarang juga merupakan kenikmatan yang lebih tinggi seperti senang, gembira dan nyaman.

Hidup yang menyenangkan adalah hidup yang berhasil mendapatkan emosi positif masa sekarang, masa lalu dan masa depan.

Gratifikasi merupakan kelas lain dari emosi positif masa sekarang. Namun tidak seperti kenikmatan, ini bukanlah perasaan, melainkan kegiatan yang senang kita lakukan. Gratifikasi sepenuhnya menyerap dan melibatkan kita, kondisi ini menghalangi munculnya kesadaran diri dan emosi, kecuali sesudahnya. Kondisi ini juga menciptakan flow, kondisi ketika waktu berhenti dan kita betul-betul merasa nyaman.

Gratifikasi tidak bisa diperoleh atau ditingkatkan terus-menerus tanpa membangun kekuatan dan kebajikan personal. Kebahagiaan yang merupakan tujuan dari psikologi positif bukan hanya berupa pencapaian keadaan subyektif yang hanya bersifat sementara. Kebahagiaan juga meliputi gagasan bahwa kehidupan seseorang sudah “autentik”. Penilaian ini tidak hanya bersifat subyektif, dan istilah autentisitas menggambarkan tindakan memperoleh gratifikasi dan emosi positif dengan jalan mengerahkan salah satu kekuatan khas kita.

Kekuatan khas merupakan jalan yang alami dan abadi untuk mencapai gratifikasi. Gratifikasi merupakan rute menuju kehidupan yang baik itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kehidupan yang baik adalah dengan menggunakan kekuatan personal yang dimiliki untuk memperoleh gratifikasi semaksimal mungkin pada wilayah-wilayah utama kehidupan.

Kebahagiaan datang melaluli banyak jalan. Dengan memegang pandangan ini kita memahami bahwa menjaga tugas hidup kitalah untuk mengatur kekuatan dan kebajikan pribadi kita dalam wilayah-wilayah utama kehidupan, seperti pekerjaan, cinta, pengasuhan anak, dan pencarian tujuan hidup.penting untuk dipahami, orang yang bahagia tidak harus mengalami semua atau sebagaian besar emosi positif dan gratifikasi. Sehingga kehidupan yang bermakna merupakan satu komponen dari kehidupan yang baik, mengaitkan kekuatan pribadi yang dimiliki kepada sesuatu yang lebih akbar daripada diri manusia itu sendiri.

Rumus Kebahagiaan Sejati (Authentic Happiness)

Menurut Seligman bahwa kebahagiaan jangka panjang (K) merupakan hasil kontribusi dari rentang kebahagiaan - R , Lingkungan - L, dan faktor-faktor yang berada di bawah pengendalian sadar seseorang - P.

K = R + L + P

Rentang kebahagiaan (set range) dalam persamaan ini dapat dikatakan bernilai negatif karena sifatnya yang justru cenderung menghalangi peningkatan kebahagiaan seseorang. Rentang kebahagiaan terdiri dari dua hal yang bersifat menetap dan terberi pada tiap individu dalam tingkat yang berbeda-beda.

  • Happiness thermostat, berupa tingkat kebahagiaan dimana seseorang terus menerus kembali, sehingga jika seseorang mengalami kebahagiaan atau kesedihan yang intens, dalam kurun waktu tertentu ia dapat kembali ke levelnya yang biasa.

  • Hedonic treadmill, yaitu sifat manusia untuk beradaptasi secara tepat terhadap segala sesuatu yang baik. adaptasi yang terus-menerus ini membuat seseorang tampak selalu membutuhkan yang lebih dari sebelumnya untuk merasa bahagia.

Seligman (2005) dalam buku yang sama membedakan kebahagiaan yang bersifat sementara dengan kebahagiaan yang menetap. Ia menyatakan bahwa kebahagiaan yang menetap merupakan hasil kontribusi dari lingkungan (circumstances) dan faktor-faktor yang berada dibawah pengendalian diri seseorang (voluntary control) seseorang.

Lingkungan (circumstances)

Seligman (2005) memberikan delapan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang, namun tidak semua memiliki pengaruh yang besar terhadap kebahagiaan.

Berikut adalah beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang :

  1. Uang

    Dinegara-negara yang sangat miskin, yang disana kemiskinan dapat mengancam nyawa, memang kaya bisa lebih berarti bahagia. Namun, dinegara yang lebih makmur, tempat hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan pribadi. Individu yang menempatkan uang di atas goal (tujuan) yang lainnya juga akan cenderung menjadi kurang puas dengan pemasukan dan kehidupannya secara keseluruhan.

  2. Pernikahan

    Pernikahan memiliki dampak yang jauh lebih besar dibanding uang dalam mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Individu yang menikah cenderung lebih bahagia dari pada mereka yang tidak menikah, namun jika isteri merasa tidak bahagia dalam rumah tangganya, ia memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang bahkan tidak menikah. Lebih bahagianya individu yang telah menikah bisa karena pernikahan menyediakan keintiman psikologis dan fisik, konteks untuk memiliki anak, membangun rumah tangga, dan mengafirmasi identitas, serta peran sosial sebagai orang tua.

  3. Kehidupan sosial

    Orang yang sangat bahagia berbeda dengan orang rata-rata dan orang yang tidak bahagia. Individu yang memiliki tingkat kebahagiaan tinggi umumnya memiliki kehidupan sosial yang memuaskan dan menghabiskan banyak waktu bersosialisasi. Orang yang sangat bahagia paling sedikit menghabiskan waktu sendirian. Sehingga keikutsertaan seseorang dalam aktivitas yang membuatnya bertemu dengan banyak teman akan berkontribusi positif terhadap kebahagiaan. Pertemanan yang terjalin juga sebaiknya terbuka antara satu sama lain sehingga berkontribusi terhadap kebahagiaan, karena dalam pertemanan tersedia dukungan sosial dan terpenuhinya akan kebutuhan afiliasi.

  4. Emosi positif

    Melalui penelitian yang dilakukan oleh Norman Bradburn (1969) diketahui bahwa individu yang mengalami banyak emosi negatif akan mengalami lebih sedikit emosi positif, dan sebaliknya. (Seligman, 2005) Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dengan emosi negatif. Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, maka dimungkinkan memiliki lebih sedikit emosi positif dibandingkan dengan rata-rata. Meskipun demikian, tidak berarti orang yang memiliki banyak emosi negatif akan tercampak dari kehidupan yang gembira. Demikian pula meskipun individu memiliki banyak emosi positif dalam hidup, tidak berarti individu tersebut sangat terlindung dari kepedihan.

  5. Usia

    Sebuah studi mengenai kebahagiaan terhadap 60.000 orang dewasa di 40 negara membagi kebahagiaan ke dalam tiga komponen, yaitu kepuasan hidup, afek menyenagkan, dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup meningkat perlahan seiring dengan usia, afek menyenagkan menurun sedikit, dan afek tidak menyenangkan tidak berubah. Berdasarkan hasil tersebut, maka usia muda bukan berarti lebih bahagia dibandingkan dengan usia tua.

  6. Agama

    Hubungan sebab akibat antara agama dan hidup yang lebih sehat dan lebih promasyarakat sudah bukan misteri. Banyak agama melarang penggunaan narkotika, kejahatan, perselingkuhan, dan sebaliknya mendukung untuk beramal, hidup sederhana, dan bekerja keras. Pada masa puncak behaviorisme, manfaat emosional dari agama dijelaskan berasal dari dorongan emosional yang lebih besar. Menurut pandangan ini pula orang-orang religius berkumpul bersama membentuk suatu komunitas perkawanan yang simpatik dan ini membuat mereka merasa lebih baik. namun, tidak hanya sekedar itu, terdapat korelasi yang lebih mendasar. Agama mengisi manusia dengan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup. Oleh karena itu, individu yang religius, dalam artian menjalankan perintah agama dan mengikuti perintah keagamaan tertentu akan mendapatkan kontribusi yang positif terhadap kebahagiaannya dibandingkan yang tidak religius.

  7. Kesehatan

    Kesehatan yang dapat berpengaruh terhadap kebahagiaan adalah kesehatan yang dipersepsikan individu (kesehatan subyektif), bukan kesehatan yang sebenarnya dimiliki (kesehatan obyektif). Sehingga individu yang merasa dirinya sehat akan mendapat kontribusi positif terhadap kebahagiaannya dibanding individu yang merasa dirinya kurang sehat, terlepas dari kondisi kesehatan mereka yang sesungguhnya. Namun jika sakit yang dialami parah dan berkepanjangan, kebahagiaan dapat mengalami penurunan walaupun tidak terlalu banyak.

  8. Pendidikan, iklim, ras, dan jender

    Keempat hal ini memiliki pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Pendidikan mempunyai pengaruh yang sedikit terhadap kebahagiaan. Pendidikan dapat sedikit meningkatkan kebahagiaan pada mereka yang berpenghasilan rendah karena pendidikan merupakan sarana untuk mencapai pendapatan yang lebih baik. iklim di daerah dimana seseorang tinggal dan ras juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebahagiaan.

    Sedangkan jender, antara pria dan wanita tidak terdapat perbedaan pada keadaan emosinya, namun ini karena wanita cenderung lebih bahagia dan lebih sedih dibandingkan pria.

Pengendalian diri seseorang (voluntary control)

Menurut Seligman (2005), terdapat tiga faktor yang berada dibawah pengendalian diri seseorang (voluntary control) yang berkontribusi terhadap kebahagiaan, yaitu kepuasan terhadap masa lalu, optimisme terhadap masa depan, dan kebahagiaan pada masa sekarang. Ketiga hal tersebut tidak selalu dapat dirasakan secara bersamaan, seseorang bisa saja bangga dan puas terhadap masa lalunya namun merasa getir dan pesimis terhadap masa sekarang dan yang akan datang.

Faktor yang berada dibawah pengendalian diri seseorang (voluntary control) yang berkontribusi terhadap kebahagiaan berbeda dengan faktor lingkungan, dimana faktor ini merupakan hal-hal yang berada dalam kontrol secara sadar seseorang.

  1. Kepuasan terhadap masa lalu

    Kepuasan terhadap masa lalu dapat dicapai melalui tiga cara:

    1. Merubah pandangan masa lalu sebagai penentu masa depan seseorang. Misalnya, seorang anak yang dulunya pernah mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan dalam keluarganya seperti halnya broken home, maka dia tidak menganggap bahwa masa depannya akan hancur.

    2. Gratitude (bersyukur), dengan adanya gratitude terhadap hal-hal baik dalam hidup akan meningkatkan kenangan-kenangan positif. Rasa syukur dapat menambah kepuasan hidup adalah bahwa rasa ini menambah intensitas, kekerapan, maupun kesan yang baik tentang masa lalu. Misalnya pada anak yang orang tuanya bercerai (broken home), kepuasan hidup dapat dicapai jika ia lebih berfokus pada hal-hal yang baik dan menyenangkan dalam kehidupannya bersama keluarganya.

    3. Forgiving and Forgetting (memaafkan dan melupakan). Perasaan seseorang mengenai masa lalu tergantung sepenuhnya pada ingatan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk menghilangkan emosi negatif mengenai masa lalu adalah dengan memaafkan. Dengan memaafkan dapat memungkinkan tercapainya kepuasan hidup. Adapun melupakan disini bukan berarti menghilangkan memori mengenai suatu hal, namun mengubah atau menghilangkan hal yang menyakitkan.

  2. Optimisme terhadap masa depan

    Emosi positif mengenai masa depan mencakup keyakinan (faith), kepercayaan (Trust), kepastian (confidence), harapan dan optimisme. Optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam meghadapi depresi tatkala musibah melanda.

    Orang pesimistis memikirkan hal-hal buruk dengan kata “selalu” Dan “tidak pernah”. Mereka mudah menyerah dan percaya bahwa penyebab kejadian buruk yang menimpa mereka bersifat permanen, kejadian itu akan terus berlangsung selalu hadir mempengaruhi hidup mereka. Sedangkan orang optimistis memikirkan hal-hal buruk dalam istilah “kadang-kadang”, dan “akhir-akhir ini”, lebih mengarah pada penyebab kejadian buruk itu bersifat sementara. Orang optimis jika dihadapkan pada kesulitan, mereka memandangnya sebagai tantangan dan berusaha lebih keras. Mereka juga percaya bahwa kekalahan tersebut bukan karena kesalahan mereka, melainkan karena keadaan atau lingkungan. Hal ini bukan berarti tidak pernah merasa bersalah atau egois, namun mereka memiliki kemampuan untuk membangkitkan diri sendiri dengan mengedepankan hal-hal positif yang dimiliki.

    Seligman (2005) mengungkapkan sebuah model untuk meningkatkan optimisme yang kemudian ia sebut model ABCDE.

    1. A (adversity), adalah kondisi menyulitkan yang dihadapi

    2. B (belief) adalah kepercayaan atau interpretasi seseorang mengenai kesulitan tersebut dan alasan terjadinya

    3. C (consequences) adalah konsekuensi atas belief yang dimiliki bersifat pribadi dan permanen maka akan cenderung menyerah terhadap masalah, sedangkan jika belief yang dimiliki sebaliknya, orang tersebut akan merasa energized.

    4. D (disputation), yaitu menyangkal atau menolak pemikiran atau belief pesimis yang dimiliki. Terdapat empat cara untuk menyangkal belief negatif.

      • Evidence, menyangkal belief negatif dengan mengedepankan fakta mengenai kejadian.

      • Alternative, mencari berbagai faktor yang berkontribusi terhadap munculnya kejadian tersebut dan berfokus kepada yang paling tidak destruktif, misalnya yang dapat diubah, spesifik, dan nonpersonal.

      • Implications, mencari implikasi dari kejadian dan menimbang seberapa fatal akibatnya jika belief yang dimiliki benar.

      • Usefulness, berpikir bahwa berkutat pada belief yang negatif tidak akan membantu dan justeru menghambat.

    5. E (energization), yaitu hasil yang didapat, biasanya berupa perasaan lega atau bersemangat kembali setelah berhasil meenyangkal pemikiran pesimis.

  3. Kebahagiaan pada masa sekarang

    Kebahagiaan pada masa sekarang melibatkan dua hal:

    1. Pleasures, yaitu kesenangan yang memiliki komponen sensori dan emosional yang kuat, sifatnya sementara dan melibatkan sedikit pemikiran. Pleasures terbagi menjadi dua, yaitu bodily pleasures yang didapat melalui indera atau sensori, dan higher pleasures yang didapat melalui aktifitas yang lebih kompleks. Ada tiga hal yang dapat meningkatkan kebahagiaan sementara, yaitu menghindari habituasi dengan memberikan selang waktu yang cukup panjang antar kejadian menyenangkan, savoring (menikmati) yaitu menyadari dan dengan sengaja memperhatikan sebuah kenikmatan, serta mindfulness (kecermatan) yaitu mencermati dan menjalani segala pengalaman dengan tidak terburu-buru dan melaui perspektif yang berbeda. Contoh dari kenikmatan adalah gairah, rasa senang, nyaman, dan ceria.

    2. Gratification, yaitu kegiatan yang sangat disukai oleh seseorang namun tidak selalu melibatkan perasaan tertentu, dan durasinya lebih lama dibandingkan dengan pleasures. Kegiatan yang umumnya memunculkan gratifikasi umumnya memiliki komponen seperti menantang, membutuhkan ketrampilan dan konsentrasi, bertujuan, ada umpan balik langsung, pelaku tenggelam di dalamnya, ada pengendalian, kesadaran diri pupus, dan waktu seolah berhenti. Seligman menekankan gratifikasi tidak muncul setelah melakukan aktifitas yang menyenangkan, namun muncul saat individu telah menggunakan kekuatan (strength) dan keutamaan (virtue) saat melakukan aktifitas tersebut.

Klasifikasi Kekuatan (strength) dan Keutamaan (virtue)

Seligman (2005) mengatakan terdapat 6 nilai keutamaan yang tergambar dalam 24 karakteristik kekuatan. Diantara kekuatan dan keutamaan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Keutamaan berkaitan dengan kebijakan dan pengetahuan (virtue of wisdom and knowledge)

    Keutamaan ini berkaitan dengan kemampuan kognitif, yaitu bagaimana individu memperoleh dan menggunakan pengetahuan demi kebaikan. Keutamaan ini terdiri dari kekuatan sebagai berikut:

    1. Keingintahuan / ketertarikan terhadap dunia (curiosity/interest in the world) Individu yang memiliki keingintahuan yang tinggi tidak sekedar toleran terhadap ambiguitas; mereka tertarik pada ambiguitas dan tertarik untuk membedahnya. Keingintahuan yang besar akan membuatnya selalu berusaha untuk mencari informasi mengenai hal-hal baru yang ditemuinya sehingga setiap pertanyaan yang dimilikinya dapat terjawab dengan penjelasan yang baik. penyerapan secara pasif (seperti orang yang seharian menonton telivisi untuk mendapatkan informasi) tidak menampilkan kekuatan ini.

    2. Kecintaan untuk belajar (love of learning)

      Kecintaan untuk belajar tergambar dari bagaimana individu menggunakan setiap waktunya untuk memperoleh pengetahuan baru dimanapun ia berada. Kekuatan ini juga tergambar dari kemauannya untuk mengembangkan pengetahuan atau keahlian yang telah dimilikinya.

    3. Pertimbangan / pemikiran kritis / keterbukaan pikiran (judgement/critical thinking/open-mindedness)

      Individu dengan kekuatan ini memikirkan sesuatu secara seksama dan mengamatinya dari setiap sisi, tidak terburu-buru dalam menarik kesimpulan, dan hanya bersandar pada bukti yang kuat untuk mengambil keputusan.

    4. Kecerdikan / orisinalitas / intelegensia praktis / kecerdasan sehari-hari (ingenuity/originality)

      Individu yang mengembangkan cara baru untuk meraih tujuan yang diinginkan merupakan individu yang memiliki kekuatan ini. Kekuatan ini juga disebut dengan intelegensia praktis, pikiran sehat (common sense) atau kecerdasan sehari-hari.

    5. Kecerdasan sosial / kecerdasan pribadi / kecerdasan emosional (social intelligence/personal intelligence/emotional intelligence)

      Kecerdasan sosial dan pribadi merupakan pengetahuan mengenai diri sendiri dan orang lain. Individu peduli akan motif dan perasaan orang lain, dan dapat menanggapinya dengan baik. kekuatan ini dikumpulkan oleh Daniel goleman dan dinamainya sebagai “kecerdasan emosional”.

    6. Perspektif (perspective)

      Kekuatan ini menggambarkan bagaimana individu dapat memandang berbagai hal dari berbagai sudut pandang dan memberikan pendapat yang bijak terhadapnya. Pendapat yang diberikan dapat dikatakan bijak jika terlepas dari kepentingan-kepentingan pribadi sehingga dapat diterima oleh dirinya sendiri dan orang lain.

  2. Keutamaan berkaitan dengan keberanian (virtue of courage)

    Keutamaan ini tidak hanya berkaitan dengan tindakan yang dapat diamati, tetapi juga dalam kognisi, emosi, motivasi, dan keputusan yang dibuatnya. Keutamaan ini meliputi kekuatan sebagai berikut:

    1. Kepahlawanan dan ketegaran (valor and bravery)

      Keberanian ketika muncul ancaman, tantangan, kepedihan atau kesulitan, dan saat kesejahteraan fisik terancam merupakan salah satu ciri individu yang memiliki kekuatan jenis ini. Makna kepahlawanan juga mencakup keberanian moral dan keberanian psikologis. Keberanian moral adalah mengambil sikap yang diri sadari tidak umum dan bisa jadi merugikan diri sendiri, misalnya membeberkan kejahatan di perusahaan atau pemerintahan. Ketabahan saat menghadapi musibah merupakan contoh keberanian psikologis.

    2. Ulet / rajin / tekun (perseverance)

      Individu dengan kekuatan ini memiliki semangat untuk menuntaskan setiap tugas yang telah dimulainya dengan ceria dan tidak banyak mengeluh. Mereka tidak mengerjakan tugas dengan membabi buta dengan mengejar tujuan yang tidak dapat dicapai.

    3. Integritas / ketulusan / kejujuran (integrity)

      Individu dengan integritas tidak hanya mengucapkan kebenaran pada orang lain tetapi juga menampilkan diri sendiri (niat dan komitmen) kepada orang lain dan diri sendiri dengan cara yang tulus baik melalui perkataan maupun perbuatan.

  3. Keutamaan berkaitan dengan kemanusiaan dan cinta (virtue of humanity and love)

    Keutamaan ini diperlihatkan dalam interaksi sosial dengan orang lain dan sering dikatakan sebagai kekuatan interpersonal. Kekuatan yang termasuk dalam keutamaan ini adalah sebagai berikut:

    1. Kebaikan dan kemurahan hati (kindness and generosity)

      Selalu bersikap baik, murah hati, dan menolong orang lain bahkan orang yang tidak terlalu dikenal merupakan ciri individu yang memiliki kekuatan ini. Mereka memperhatikan kepentingan orang lain sama seriusnya dengan kepentingan diri sendiri. Empati dan simpati merupakan komponen penting dalam kekuatan ini.

    2. Mencintai dan bersedia dicintai (loving and allowing oneself to be loved)

      Adanya perasaan seperti keakraban dan kedekatan dengan orang lain dan kenyataan bahwa orang tersebut juga merasakan perasaan yang sama merupakan gambaran dari kekuatan ini. Kemampuan dan kemauan untuk memberikan cinta dan menerima cinta merupakan hal utama dari kekuatan ini.

    1. Keutamaan berkaitan dengan keadilan (virtue of justice)

      Keutamaan ini muncul pada aktivitas bermasyarakat yang mencakup hubungan interpersonal antara dua orang sampai berhubungan dengan kelompok yang lebih besar. Kekuatan yang termasuk dalam keutamaan ini adalah sebagai berikut:

      1. Bermasyarakat / tugas / kerja tim / loyalitas (citizenship)

        Mampu mengidentifikasi dan merasa berkewajiban terhadap kepentingan bersama dimana individu merupakan anggota dari suatu kelompok tertentu merupakan karakteristik kekuatan ini. Mereka memiliki tanggungjawab pada kelompoknya dan bertindak sebagai anggota kelompok bukan karena ada paksaan namun karena merasa ini merupakan hal yang seharusnya dilakukan sebagai anggota kelompok.

      2. Keadilan dan persamaan (fairness and equity)

        Karakteristik kekuatan ini adalah individu memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dengan tidak mebiarkan perasaan atau masalah pribadi menyebabkan bias terhadap keputusannya tentang orang lain. Keadilan juga berarti memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang dan berkomitmen masalah yang sama seharusnya diperlakukan secara sama.

      3. Kepemimpinan (leadership)

        Kemampuan untuk menjadi pemimpin yang baik merupakan karakteristik dari kekuatan ini. Seorang pemimpin yang simpatik haruslah seorang pemimpin yang efektif, berusaha agar tugas kelompok terselesaikan sambil menjaga hubungan baik di dalam kelompok.

    2. Kekuatan berkaitan dengan kesederhanaan (virtue of temperance)

      Kesederhanaan disini merujuk pada pengekspresian yang pantas dan moderat dari hasrat dan keinginan diri.individu yang sederhana tidak menekan keinginan tetapi menunggu kesempatan untuk memenuhinya sehingga tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Kekuatan yang termasuk dalam keutamaan ini adalah sebagai berikut:

      1. Pengendalian diri (self – control)

        Kekuatan ini meliputi kemampuan untuk menahan nafsu, keinginan, dorongan pada saat yang tepat, mengetahui apa yang benar dan mewujudkannya menjadi suatu tindakan berdasarkan peengetahuan tersebut.

      2. Kehati-hatian / penuh pertimbangan (prudence)

        Individu yang tidak mengatakan atau berbuat sesuatu yang nantinya disesali, mendengar pendapat setiap orang sebelum bertindak, berwawasan jauh dan penuh pertimbangan, serta pandai menahan dorongan hati yang bertujuan jangka pendek demi kesuksesan jangka panjang merupakan individu yang memiliki kekuatan ini.

      3. Kerendahan hati dan kebersahajaan (humility and modesty)

        Individu yang tidak mencari sorotan dan membiarkan prestasi yang berbicara, tidak menganggap diri lebih istimewa dibandingkan orang lain, serta dapat menyadari kesalahan dan kekurangan dirinya merupakan individu yang memiliki kekuatan ini.

    3. Keutamaan berkaitan dengan transendensi (virtue of transcendence)

      Transendensi merupakan kekuatan emosi yang menjangkau ke luar diri untuk menghubungkan diri sendiri ke sesuatu yang lebih besar atau lebih permanen, misalnya kepada orang lain, masa depan, evolusi, ketuhanan, atau alam semesta. Kekuatan yang berada dalam keutamaan ini meliputi:

      1. Apresiasi terhadap keindahan dan keunggulan (appreciation of beauty and excellence)

        Individu yang menghargai keindahan, keunggulan, dan keahlian pada semua bidang adalah individu yang memiliki kekuatan ini.

      2. Bersyukur (gratitude)

        Bersyukur berarti sebuah penghargaan terhadap kehebatan karakter moral orang lain. Sebagai sebuah emosi, kekuatan ini berupa ketakjuban, rasa terima kasih, dan apresiasi terhadap kehidupan itu sendiri. Bersukur dapat juga ditujukan untuk sumber impersonal atau nonmanusia, misalnya tuhan, alam, dan binatang tetapi tidak dapat ditujukan untuk diri sendiri.

      3. Harapan / optimisme / berpikiran ke depan (hope/optimism/future-mindedness)

        Berharap mendapatkan yang terbaik untuk masa depan dan merencanakan serta bekerja keras untuk meraihnya merupakan ciri individu yang mempunyai kekuatan ini.

      4. Spiritualitas / tujuan hidup / keyakinan / keagamaan (spirituality)

        Individu yang memiliki kekuatan ini memiliki keyakinan yang kuat dan koheren tentang tujuan dan makna yang lebih tinggi dari pada alam semesta. Ia memiliki filosofi hidup yang jelas sehingga mampu menempatkan dirinya sebagai bagian dari alam semesta. Kepercayaan membentuk tindakan dan merupakan sumber kedamaiannya baginya. Bagi individu yang memiliki kekuatan ini, kehidupan memiliki makna berdasarkan keterkaitan dengan sesuatu yang lebih besar darinya.

      5. Sikap main-main dan rasa humor (playfulness and humor)

        Menyukai humor, membuat orang lain tersenyum, dan memberikan senyum kepada orang lain serta dapat memandang kehidupan dari sisi positif merupakan ciri dari kekuatan ini.

      6. Sikap pemaaf dan belas kasih (forgiveness and mercy)

        Mampu memaafkan, memberikan kesempatan kedua kepada orang-orang yang berbuat kesalahan kepada dirinya, dan tidak membalas perbuatan orang yang telah menyakitinya merupakan ciri dari individu dengan kekuatan ini.

      7. Semangat / gairah / antusiasme (zest/passion/enthusiasm)

        Individu yang memiliki semangat ketika memulai hari baru dan melibatkan jiwa dan raga pada aktivitas yang dijalaninya merupakan individu dengan kekuatan ini.

Kebahagiaan sejati (authentic happiness) dapat dicapai ketika individu mengalami emosi positif terhadap masa lalu, pada masa kini, dan terhadap masa depannya, memperoleh banyak gratifikasi dengan mengarahkan kekuatan pribadinya, dan menggunakan kekuatan pribadi tersebut untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan lebih penting demi memperoleh makna hidupnya. (Seligman, 2005)

Secara harfiah, kata bahagia merupakan kata sifat yang diartikan sebagai keadaan atau perasaan senang tenteram dan bebas dari segala yang menyusahkan. Sedangkan kebahagiaan berarti perasaan bahagia; kesenangan dan ketenteraman hidup lahir batin; keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin (Rofi’udin, 2013).

Kata bahagia merupakan terjemahan untuk happy yang menunjuk pada makna untung, mujur, riang, puas, gembira, tepat. Sedangkan kebahagiaan ( happiness ) sendiri didefinisikan sebagai suatu keadaan sejahtera yang ditandai dengan kelanggengan relatif, dengan perasaaan yang sangat disukai secara dominan yang nilainya berurut mulai dari hanya kepuasan sampai kepada kesenangan hidup yang mendalam dan intens serta dengan suatu hasrat yang alami agar keadaan ini berlangsung terus. Dalam bahasa Arab, kata yang menunjuk makna bahagia adalah al-sa’âdah , yang berarti lawan dari kecelakaan (Rofi’udin, 2013).

Kebahagiaan merupakan evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap hidupnya, mencakup segi kognitif dan afeksi. Evaluasi kognitif sebagai komponen kebahagiaan seseorang diarahkan pada penilaian kepuasan individu dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, keluarga, dan pernikahan. Sedangkan evaluasi afektif merupakan evaluasi mengenai seberapa sering seseorang mengalami emosi positif dan emosi negatif (Dewantara, 2012).

Aspek-aspek kebahagiaan


Andrew dan McKennel (dalam Yanuar, 2012) membagi aspek kebahagiaan menjadi dua hal, yaitu :

  1. Aspek afektif yang menggambarkan pengalaman emosi dari kesenangan, kegembiraan, dan emosi positif lainnya.
  2. Aspek kognitif yaitu kepuasan dengan variasi domain kehidupan.

Suh dkk, 1997 (dalam Yanuar, 2012) menyatakan bahwa kegembiraan merupakan aspek afektif dan kepuasan adalah kognitif. Aspek afektif dibagi menjadi dua komponen yang saling bebas, yaitu afek positif dan afek negatif.

Argyle dan Crosland, 1987 (dalam Yanuar, 2012) menjelaskan bahwa kebahagiaan terdiri dari tiga komponen yaitu: frekuensi dari afek positif atau kegembiraan, level dari kepuasan pada suatu periode, dan kehadiran dari perasaan negatif seperti depresi dan kecemasan.

Jalaluddin (Dalam Yanuar, 2012) menyatakan bahwa komponen kebahagiaan adalah perasaan yang menyenangkan dan penilaian seseorang tentang hidupnya. Bahagia adalah emosi positif dan sedih adalah emosi negatif.

Kebahagiaan memiliki definisi yang sangat luas dan setiap individu memiliki tolak ukur kebahagiaan yang berbeda-beda. Istilah kebahagiaan berasal dari kata bahagia yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti keadaan atau perasaan senang tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan), kesenangan, ketentraman hidup atau keberuntungan.

Lyubomirsky (2001) mendefinisikan kebahagiaan sebagai penilaian subjektif dan global individu dalam menilai dirinya sendiri sebagai individu yang bahagia atau tidak. Lebih lanjut, kebahagiaan merupakan pengalaman sukacita, kepuasan, kesejahteraan positif yang dikombinasikan dengan perasaan bahwa hidup adalah baik, bermakna dan bermanfaat.

Selanjutnya, salah satu pendiri aliran positive psychology yaitu Seligman (2005) menyatakan bahwa kebahagiaan melibatkan emosi atau perasaan positif yang ditujukan pada masa lalu, masa sekarang, dan terhadap masa depan. Bentuk emosi pada masa lalu berupa rasa puas, lega, sukses, bangga, tenang, dan damai.

Menurut Veenhoven (Lestiani, 2016) kebahagiaan merupakan keseluruhan evaluasi mengenai hidup termasuk semua kriteria yang berada di dalam pemikiran individu, seperti bagaimana rasanya hidup yang baik, sejauhmana hidup sudah mencapai ekspektasi, dan bagaimana hidup yang menyenangkan dapat dicapai.

Aspek-aspek Kebahagiaan

Lyubomirsky, Seligman (2005) menyatakan bahwa terdapat tiga aspek kebahagiaan, yaitu:

1. Kepuasan akan masa lalu

Emosi positif akan masa lalu antara lain berupa kepuasan, kelegaan, kesuksesan, kebanggaan, dan kedamaian. Emosi tentang masa lalu yang tidak terpadamkan dan kemarahan yang penuh dendam sepenuhnya ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu. Ada dua cara untuk membawa perasaan-perasaan tentang masa lalu ini ke ranah kelegaan dan kepuasan, yaitu dengan cara bersyukur terhadap peristiwa baik pada masa lalu dan disertai dengan memberi maaf atas peristiwa buruk pada masa lalu.

2. Kebahagiaan pada masa sekarang

Kebahagiaan pada masa sekarang mencakup dua hal, yaitu kenikmatan (pleasure) dan gratifikasi ( gratification ).

  • Kenikmatan
    Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen indrawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat, yang disebut sebagai perasaan-perasaan dasar ( raw feels ). Perasaan-perasaan dasar ini antara lain ekstase, gairah, rasa senang, riang, ceria, dan nyaman, namun hal tersebut bersifat sementara dan hanya sedikit melibatkan pikiran atau malah tidak sama sekali.

  • Gratifikasi
    Gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang sangat individu sukai, tetapi tidak mesti disertai oleh perasaan dasar. Gratifikasi membuat individu terlibat sepenuhnya, tenggelam dan terserap di dalamnya, serta individu tersebut akan kehilangan kesadaran dirinya.

3. Optimis akan masa depan

Optimis mengenai masa depan mencakup keyakinan ( faith ), kepercayaan ( trust ), kepastian ( confidence ), harapan dan optimisme. Optimisme dan harapan mampu menurunkan tingkat depresi ketika individu dilanda musibah, membuat individu menjadi lebih baik dalam bekerja terutama dalam tugas-tugas yang menantang, dan membuat kesehatan individu menjadi lebih baik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Lyubomirsky, Sheldon dan Schkade (2005) menyatakan adanya tiga faktor yang berkontribusi terhadap tingkat kebahagiaan individu. Faktor kebahagiaan tersebut antara lain adalah:

1. Faktor genetik

Sumber dari kebahagiaan dapat ditentukan secara genetik yang stabil dari waktu ke waktu, dan kebal terhadap pengaruh atau kontrol.

2. Keadaan hidup

Keadaan hidup adalah sumber kebahagiaan yang dipengaruhi oleh faktor situasional kehidupan. Diener dkk (Lyubomirsky, Sheldon & Schkade, 2005) menyebutkan bahwa keadaan hidup merupakan faktor situasional yang mencakup wilayah nasional, geografis, dan budaya dimana seseorang tinggal, serta faktor-faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, dan etnis.

3. Kegiatan yang disengaja

Kegiatan yang disengaja adalah sumber kebahagiaan yang berasal dari aktivitas-aktivitas yang disengaja. Manusia adalah makhluk yang senantiasa mencurahkan tenaga mereka dalam memunculkan berbagai perilaku, karya, dan kekhawatiran yang tak terhitung jumlahnya.

Kehle dan brey menyatakan bahwa kebahagiaan dan kesehatan mental adalah setara. Menurut teori ini, orang bahagia menunjukkan ada empat karakteristik yang saling berhubungan biasa disebut dengan R.I.C.H (including resources, intimacy, competence, dan health).

  1. Including resources dimaksud individu dapat meningkatkan atau mengurangi karakteristik emosi.
  2. Intimacy merupakan sebuah hubungan pada orang lain dan adanya perasaan dekat dengan orang lain.
  3. Competence sebagai penyesuaian diri.
  4. Dan health sebagai kesadaran diri membuat gaya hidup sehat.
    Menurut teori inilah seseorang harus memperoleh empat karakteristik yang bertujuan agar dapat bahagia. (Kelly dkk, 2011).

Kebahagiaan dalam kamus internasional diartikan sebagai suatu keadaan yang sehat yang ditandai dengan (Fitriani,2012) :

  1. Keadaan relative permanen, suasana emosi yang nyaman yang memberikan nilai-nilai kepuasan yang mendalam dan kegembiraan dalam hidup serta dapat memenuhi kehendak-kehendak yang alamiah.
  2. Keadaan umum yang menggambarkan adanya kesenangan, rasa aman dan memperoleh kepuasan dalam memenuhi kebutuhan atau keinginan.

Kebahagiaan ialah suatu kepuasan yang didapat seseorang karena apa yang diinginkan dapat tercapai dan suatu perasaan yang terbebas dari perasaan cemas.

Aspek Kebahagiaan

Menurut Hill dan Argle ada 7 aspek yaitu (Hill&Argle,2001):

  1. Merasakan kepuasan terhadap hidup yang dijalani
    Kepuasan hidup adalah kondisi yang bersifat khas pada orang yang mempunyai semangat hidup dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan berbagai perubahan kondisi dalam diri maupun perubahan kondisi dilingkungannya. Chown mengemukakan bahwa kepuasan hidup akan terjadi apabila terdapat kesesuaian antara apa yang menjadi keinginan seseorang dengan kenyataan yang dihadapi sekarang baik menyangkut prestasi maupun dimensi lain.

  2. Sikap ramah dalam lingkungan sosial
    Dikatakan memiliki sikap ramah dalam lingkungan social adalah seseorang bisa bersikap baik sesuai dengan tatanan norma masyarakat sehingga terwujud suatu keakraban dan keharmonisan social yang melahirkan efek positif bagi lingkungan.

  3. Memiliki sikap empati
    Bullmer, empati merupakan suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu. Kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan yang sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Taylor memandang empati sebagai usaha menyelam kedalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat.

  4. Memiliki pola pikir yang positif
    Pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan. Berfikir positif merupakan sikap mental yang mengharapkan hasil yang baik serta menguntungkan.

  5. Merasakan kesejahteraan dalam hidup
    Yang dimaksud dengan kesejahteraan disini ialah kondisi seseorang yang mampu menerima keadaan dirinya serta lingkingannya dan bisa menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam hidup serta lingkungannya sehingga merasakan efek kepuasan dan sangat terbantu untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup.

  6. Bersikap riang dan ceria
    Keadaan emosi seseorang yang melahirkan suka cita dan kesenangan hati akan sesuatu yang telah dijalani dalam hidupnya.

  7. Memiliki harga diri yang positif
    Harga diri adalah penilaian yang positif atau yang negative yang dihubungkan dengan konsep diri seseorang. Harga diri yang positif merupakan evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri yang bersifat positif dan juga dapat menghargai kekurangan yang ada didalam dirinya.

Faktor – Faktor Kebahagiaan (Seligman,2005)

  1. Budaya
    Carr menyatakan bahwa kebahagiaan lebih tinggi dirasakan dinegri yang sejahtera dimana institusi umum berjalan dengan efisien dan terdapat hubungan yang memuaskan antara warga dengan anggota borokrasi pemerintah.

  2. Kehidupan Sosial
    Orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas mereka bersosialisasi.

  3. Agama atau Religiusitas
    Agama memberikan harapan akan masadepan dan menciptakan makna bagi dalam hidup bagi manusia, maka orang yang religious lebih puas dari orang yang tidak religius. Dan keterlibatan seseorang dalam kegiatan beragama atau komunitas agama dapat memberikan dukungan social bagi orang tersebut.

  4. Pernikahan
    Menurut Carr ada dua penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dengan pernikahan yaitu, orang yang bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang yang tidak bahagia. Panjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak, membangun keluarga, menguatkan identitas.

  5. Usia
    Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, efek positif sedikit melemah dan efek negative tidak berubah. Saligman menjelaskan bahwa hal yang berubah ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan “mencapai puncak dunia” terpuruk dalam “keputusasaan” berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman.

  6. Uang
    Saligman pada Negara miskin kaya berarti lebih bahagia, akan tetapi dinegara makmur dimana hamper semua orang memperoleh kebutuhan dasar kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan

  7. Kesehatan
    Saligman menyebutkan bahwa orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan bertambahnya waktu.

  8. Jenis Kelamin
    Saligman menjelaskan bahwa tingkat emosi rata-rata antara pria dan wanita tidak berbeda namun wanita ebih bisa merasakan kebahagiaan dan lebih bisa merasakan kesedihan daripada pria. Karena wanita memiliki kehidupan emosional yang lebih ekstrim dari pada pria, dan wanita lebih banyak mengalami emosi positif disbanding pria (Seligman,2005).

Karakteristik Orang Bahagia

Menurut David G. Myers ada empet karakteristik yaitu (Rahardjo, 2007):

  1. Menghargai diri sendiri
    Pada umumnya orang yang bahagia adalah orang yang memiliki kepercayaan diri dan self eficaci yang cukup tinggi sehingga dia mampu berkata pada dirinya sendiri bahwa “ saya adalah orang yang menyenangkan”

  2. Optimis
    Ada dua dimensi yang dinilai dapat mengetahui apahal seseorang itu optimis atau pesimis, yaitu dimensi permanen (menentukan berapa lama seseorang itu menyerah) dan dimensi pervasive (menentukan apakah ketidak berdayaan melebar ke banyak situasi). Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk bersifat sementara sehingga mereka berusaha untuk lebih keras pada setiap kesempatan agar ia dapat mengalami peristiwa yang membahagiakan lagi. Sedangkan orang yang pesimis menyerah disegala aspek ketika mengalami peristiwa buruk disituasi tertentu.

  3. Terbuka
    Orang yang bahagia biasanya lebih terbuka terhadap orang lain serta membantu orang lain yang membutuhkan bantuannya. Orang yang tergolong sebagai pribadi extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata memiliki kebahagiaan yang lebih besar.

  4. Mampu mengendalikan diri
    Orang yang bahagia adalah orang yang memiliki kontrol pada dirinya, dia menyadari akan kelebihan dan kekurangannya, sehingga mereka berhasil lebih baik dalam prestasi maupun pekerjaan.

Peterson (Peterson, dkk. 2007) menyebutkan bahwa orang yang paling bahagia adalah mereka yang memiliki kebermaknaan hidup yang penuh dengan adanya kenikmatan (meliputi harapan, keindahan, humor), makna (meliputi religiusitas, perspektif, kreatifitas, ketekunan, rasa ingin tahu), dan keterlibatan diri ( meliputi semangat, cinta, bersyukur).

Alan Carr (2004) menggambarkan orang yang bahagia ialah mereka yang ekstrovert dan optimis, dan memiliki penghargaan terhadap diri yang tinggi, serta dapat mengendalikan diri. Lazarus (Rahardjo, 2007) mendefinisikan kebahagiaan sebagai cara membuat langkahlangkah progres yang masuk akal untuk merealisasikan suatu tujuan. Kebahagiaan yang biasa diketahui adalah bentuk emosi positif.

Secara lebih lanjut, Lazarus (Rahardjo, 2007) mengatakan bahwa kebahagiaan mewakili suatu bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungan. Dalam hal ini, manusia bisa saja bahagia sendiri tetapi di sisi lain ia juga bisa bahagia karena orang lain dan untuk orang lain. Hal ini sekaligus memberikan kenyataan lain bahwa kebahagiaan tidak bersifat egoistis melainkan dapat dibagi kepada orang lain dan lingkungan sekitar. Lazarus menempatkan kebahagiaan yang selama ini dipandang sebagai aspek afektif belaka untuk masuk dan berada dalam ruang logika dan kognitif manusia sehingga dapat direalisasikan dengan langkah yang jelas.

Aspek-Aspek Kebahagiaan

Ada beberapa aspek yang menjadi sumber kebahagiaan sejati. Seperti yang dikemukakan Seligman (2005):

1. Terjalinnya Hubungan Positif dengan Orang Lain.

Terjalinnya hubungan yang positif maupun negatif dengan orang lain mempengaruhi kebahagiaan seseorang.

2. Keterlibatan penuh

Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga dalam aktivitas lain seperti kegemaran dan aktivitas bersama keluarga.

3. Penemuan Makna Dalam Keseharian

Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan orang lain tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni menemukan makna dalam apapun yang dilakukan.

4. Optimisme yang Realistis

Orang yang optimis ditemukan lebih berbahagia. Optimis adalah ekspektasi kita akan masa depan. Jika kita optimis, kita mengharapkan masa deoan yang akan berakhir bahagia (Freeman dan Freeman, 2014)

5. Resiliensi

Orang yang berbahagia bukan berarti tidak pernah mengalami penderitaan. Karena kebahagiaan tidak bergantung pada seberapa banyak peristiwa menyenangkan yang dialami.

Karakteristik Orang yang Bahagia

Setiap orang bisa sampai kepada kebahagiaan akan tetapi semua orang bisa memiliki kebahagiaan. Menurut Carr (2004), seorang ahli kejiwaan yang berhasil mengadakan penelitian tentang solusi mencari kebahagiaan bagi manusia modern. Ada empat karakteristik menurut Carr (2004) yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu:

1. Menghargai Diri Sendiri

Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka cemderung setuju dengan pernyataan seperti “ saya adalah orang yang menyenangkan ”.

2. Optimis

Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis atau pesimis, yaitu permanen (menentukan berapa lama seseorang menyerah) dan pervasif (menentukan apakah ketidakberdayaan melebar ke banyak situasi).

3. Terbuka

Orang yang bahagia biasanya lebuh terbuka terhadap orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang tergolong sebagai orang ekstrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata memiliki kebahagiaan yang lebih besar.

4. Mampu mengendalikan diri

Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan.