Apa yang dimaksud dengan kata Tertawa?

Tertawa

Tertawa adalah ekapresi suara gembira yang merupakan pencerminan keriangan, kebahagiaan, keceriaan dan tekanan. Dalam aksi psikologi, hal ini merupakan hasil dari canda, mengelitik dan simultan lainnya.

Apa arti tertawa menurut Anda?

Tertawa adalah sebuah tanda yang merujuk pada dua jenis realitas (objek) yang berkaitan satu dengan yang lain.

  • Kata tertawa bisa berupa suara (khas) yang dihasilkan mulut manusia, yang dalam tulisan (gambar dari tertawa) disimboli dengan Ha…ha…ha…ha atau Hi…hi…hi…hi atau He…he…he…he.

  • Kata tertawa bisa berupa ekspresi wajah tertentu yang ada kalanya sama sekali tanpa suara. Tertawa yang berupa ekspresi wajah saja itu biasanya merupakan tertawa ringan akan tetapi tertawa keras pun bisa jadi tanpa suara ketika orang yang tertawa itu sengaja untuk tidak menghasilkan suara karena takut menyinggung perasaan orang. Yang terakhir ini tak jarang masih disertai gerak tangan yang menutupi mulutnya.

Fenomena tertawa, dalam bahasa Indonesia, dapat dibedakan lagi menjadi terbahak-bahak, terkekeh-kekeh, terkikik-kikik, terpingkal-pingkal.

Tertawa terbahak-bahak adalah jenis tertawa dengan suara keras dan besar bedanya dengan terkekeh-kekeh dan terkikik-kikik ialah bahwa yang disebut terakhir itu suaranya lebih kecil di samping realitasnya tawa terbahak-bahak itu mengandung vocal /a/ sedangkan yang lain vocal /e/ dan /i/.

Penyebutan ketiganya itu dalam bahasa Indonesia termasuk onomatopei (ikonik). Dalam realitasnya, bisa saja terjadi semula orang terbahak-bahak tetapi kemudian berubah menjadi terkekeh-kekeh, dan akhirnya terkikik-kikik, atau sebaliknya.

Adapun terpingkal-pingkal itu mirip dengan terbahak dan sebagainya itu. Bedanya, dengan kata terpingkal-pingkal itu hendak diinformasikan bahwa orang yang tertawa itu nyaris kehilangan kontrol diri sehingga terkadang sampai mengeluarkan air mata dan kalau berlanjut bisa-bisa orang mengalami kejang perut.

Tersenyum adalah ekspresi wajah sebagai varian dari tertawa yang tidak bersuara melainkan dengan mengembangkan bibir sedikit

Maksud dan Makna Tertawa/Tersenyum


Perihal bentuk (morfologis) dan perilaku (sintaktis), kata tertawa termasuk ke dalam kajian relasi antara kata tersebut dengan tanda atau kata lainnya. Terdapat dua jenis relasi antartanda yakni relasi paradigmatik atau in absensia dan relasi sintakmatik atau in praesensia. Perihal relasi antara kata tertawa dan maknanya termasuk ke dalam kajian relasi antara kata tertawa dengan realitas atau objek yang dirujuknya.

Relasi tanda dengan objeknya sebenarnya bersifat tidak langsung. Tanda atau pun kata berelasi langsung dengan interpretan yakni berupa konsep dalam benak penuturnya. Konsep atau interpretan ini berelasi langsung dengan realitas atau objek yang dirujuk oleh tanda. Jadi interpretan itu terletak di antara tanda dengan objek.

Di samping dua pokok kajian utama dalam semiotika dalam kaitannya dengan kajian tentang tanda tersebut, yakni relasi antara tanda dengan tanda, dan relasi antara tanda dengan maknanya, masih ada satu lagi pokok kajian utama yakni relasi antara tanda dan manusia atau sang pengguna tanda yang tentu saja berkaitan dengan latar belakang sosial budayanya. Di dalam kajian yang paling akhir itu orang sudah masuk ke wilayah ‘maksud’. Ada ungkapan yang sangat tepat berbunyi sebagai berikut: ‘ kata mempunyai makna sedangkan manusia mempunyai maksud’.

Apakah maksud tertawa itu? Atau, mengapa manusia tertawa?

Terhadap pertanyaan yang tidak mudah dijawab ini Mangunwijaya, menyajikan buah renungannya demikian:

Ternyatalah bahwa justru pada saat-saat jiwa meluap dan raga jasmani terlalu terbatas untuk memuat rasa, pecahlah tangis maupun ketawa… pendeknya bila kita sedang macet atau menyerah pada suatu banjir persoalan…: menangis atau tertawa”.

Pada umumnya orang berpendapat bahwa tertawa itu terkait dengan suasana hati gembira, senang, geli, dsb. dengan suara berderai, sedangkan lawannya adalah menangis yang selalu dikaitkan dengan lawan dari gembira dsb. tadi. Bahwa yang demikian itu cenderung benar memang iya tetapi tidak sepenuhnya benar. Ada kalanya orang tertawa justru pada saat berada dalam pengalaman yang sangat pahit, yang demikian itu tidak jarang ditampilkan dalam film, drama panggung. Orang juga bisa menangis justru di dalam puncak kegembiraan seperti pada saat menjuarai All England misalnya atau memenangkan hadiah mobil dalam suatu acara di TV.

Tertawa dan menangis memang khas manusiawi. Bayi manusia yang baru saja lahir ditunggu-tunggu tangisnya dan diharap-harap, beberapa hari kemudian, tertawanya. Di samping alasan umum atau maksud umum sebagaimana disimpulkan oleh Rama Mangun di atas, masih ditemukan berbagai maksud ketika orang tertawa berikut segenap varian tertawanya.

Tertawa merupakan ekspresi suasana jiwa atau batin seseorang. Ada tertawa yang mengekspresikan kepolosan sehingga orang bisa membaca atau menangkap sikap batin yang tidak berbeda dengan yang terpancar lewat ekspresi wajah. Tertawa demikian adalah tertawa lepas. Jenis tertawa ini terdapat pada anak-anak yang memang belum bertopeng. Tentu saja tawa yang demikian juga didapati pada orang-orang dewasa tertentu yang memang cenderung blak-blakan yang demikian itu dilabeli tertawa raja/ratu . Ketawa atau tertawa jenis ini seperti tertawa anak-anak digemari orang sebab mendatangkan kelegaan orang yang mendengarnya.

Lawan dari jenis tertawa ini adalah tertawa palsu . Orang yang tidak terlalu bodoh tentu bisa merasakan suara yang dibuat menyerupai suara tertawa tetapi sebenarnya bukan tertawa sebab sesungguhnya orang yang dimaksud tidak tertawa. Tertawa palsu meskipun kurang menyenangkan, tidaklah selalu negative. Tertawa ini bisa saja dimaksudkan untuk menjaga kontak atau hubungan baik tetapi tertawa palsu juga digunakan untuk mencibir orang.

Ada kalanya orang tertawa terbahak-bahak/terkekeh-kekeh/terkikik-kikik sedemikian tak terkendali dan tak perduli dengan lingkungan, termasuk mereka yang karena jaraknya cukup jauh sehingga orang tidak mengerti alasan tawa tadi, sampai-sampai menimbulkan reaksi yang tidak simpati. Yang demikian itu disebut orang tertawa gila yang sering diasosiasikan dengan orang tak berpendidikan atau urakan dalam bahasa Jawa.

Pada sisi lain memang bisa dikatakan bahwa tertawa gila ini menandai jiwa orang-orang yang bebas merdeka dari berbagai ikatan belenggu adat. Tertawa gila ini cenderung dilakukan oleh laki-laki di pasar di antara para kuli panggul misalnya, di bengkel sepeda motor atau di lingkungan para tukang dan pembantu tukang bangunan. Dalam wewarah klasik/kuna di masyarakat Jawa atau Nusantara ini didapatkan ungkapan:

“Si bodoh tertawa terbahak-bahak sedangkan si pandai diam tersenyum”.

Di sini tertawa telah dijadikan ukurang atau cerminan budi pakerti seseorang. Bertolak dari hal yang demikian inilah muncul label untuk tertawa ini yakni tertawa dungu .

Tertawa terkendali biasanya memang bermuatan maksud-maksud tertentu. Misalnya adalah tertawa yang dimaksudkan untuk menjaga admosfir percakapan agar menyenangkan; tertawa manis misalnya. Tertawa manis ini senilai dengan basa-basi yang tidak menyembunyikan maksud buruk. Ada kalanya orang juga tertawa meskipun sebenarnya orang tadi tidak senang atau tidak setuju dengan ucapan atau tingkah laku mitra tuturnya. Misalnya ketika jelas-jelas mitra tutur tadi telah menyindirnya.

Tertawa yang memuat arti ketidaksenangan atau ketidaksetujuan itu bisa disebut tertawa kecut atau masam . Lebih tinggi tingkatannya dari tertawa kecut ini adalah tertawa sinis. Tertawa sinis bisa disertai dengan rasa dendam kesumat atau kebencian yang sangat mendalam. Aneh memang tetapi benar-benar ada tertawa yang dibarengi dengan ekspperi mata singa yang siap menerkam. Inilah yang disebut orang sebagai tertawa jahat . Termasuk ke dalam tertawa jahat ini adalah tertawa Jin atau Gandarwo, Elo-elo, Banaspati atau tertawa Nenek Lampir dalam film-film horror. Bisa terjadi pula tertawa kecil atau tersenyum itu disertai dengan atau berbarengan dengan ekspresi kepedihan hati, misalnya saja gagal meraih status juara dalam liga sepak bola dunia misalnya. Tertawa atau tersenyum jenis ini disebut orang tertawa/tersenyum pahit .

Sampai di sini kiranya telah dapat disimpulkan bahwa tertawa bisa timbul secara spontan tetapi ada juga yang terkendali atau memang digunakan untuk menjahati orang atau pun untuk membahagiakan orang. Jadi tertawa ternyata mengandung, dalam kadar yang bertingkat, religiusitas. Orang-orang yang telah mengalami pencerahan telah mencapai ketinggian tertentu dalam ketenangseimbangan: tdak lagi memimiliki kebencian atau pun ketakutan, senyum dan tertawanya sangat sugestif untuk orang merasakan kebahagiaan. Pemeluk agama apa pun ketika mereka sungguh-sungguh belajar dan disertai dengan hati bersih bisa mempersembahkan senyuman dan tertawanya untuk keluhuran Allah yang MahaLuhur itu.

Tersenyum sebagai tertawa dalam wujud ekspresi wajah juga bisa dirinci lebih jauh menjadi tersenyum lebar, tersenyum simpul, dan tersenyum malu, tersenyum mengoda, tersenyum buaya, tersenyum kambing, tersenyum kucing, dan subjenis tersenyum ini masih bisa bertambah lagi sesuai dengan maksud yang ada.

Tersenyum lebar adalah tersenyum yang mengekspresikan kegembiraan yang sesungguhnya. Tersenyum lebar dekat sekali maknanya dengan tersenyum simpul atau tersenyum sedikit tetapi mengekspresikan kesenangan, simpati atau rasa sayang. Tersenyum malu adalah tersenyum yang dibarengi dengan simtom gerak-gerik malu atau wajah yang memerah. Demikian seterusnya, bahwa tersenyum yang mengandung berbagai maksud itu dilabeli dengan kosakata yang mengikutinya. Buaya di dalam tradisi Jawa adalah simbul ‘kepalsuan’ atau ‘kejahatan’; kambing yang suka nyengir itu disepakati sebagai lambang ‘mengejek” atau ‘mencemooh’; kucing adalah simbul manusia yang suka bermanis-manis/berakrap-akrap tetapi sebenarnya sedang mencari kesempatan untuk mencuri sesuatu, misalnya.

Tersenyum kambing juga disebut merenges atau meringis . Beda antara merenges dengan meringis ialah bahwa di dalam meringis itu ada unsur atau makna ‘menahan kesakitan’. Kedua kata yang merupakan sinonim kata tersenyum itu barang kali berasal dari bahasa Jawa sudah mengalami naturalisasi dalam bahasa Indonesia.

Kata tertawa terdiri dari dua kata. Jika ditulis dengan metode pemenggalan baku bahasa Indonesia menjadi ter-tawa. Jadi kata dasar dari tertawa adalah tawa. Kata tawa adalah kata benda, kemudian diimbuhi awalan ter- yang merubah kedudukannya menjadi kata kerja.

Tawa didefinisikan sebagai sebuah ungkapan rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan mengeluarkan suara pelan, sedang, atau keras dengan melalui alat ucap. Sedangkan tertawa adalah kegiatan melahirkan rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan suara berderai.

Terdapat beberapa kata ataupun gabungan kata yang di dalamnya mengandung makna tertawa, antara lain :

  • Bergumam yang berarti tertawa yang tertahan.
  • Tertawa besar yang berarti tertawa terbahak-bahak.
  • Tertawa kecil berarti tersenyum. Tertawa pahit berarti tertawa kecil karena kurang suka.
  • Tertawa terbahak-bahak berarti tertawa dengan suara besar dan keras-keras.
  • Tertawa terkekeh-kekeh berarti tertawa dengan suara terpingkal-pingkal.

Selain itu, kata tawa mempunyai beberapa perubahan bentuk. Diantara adalah kata tertawa sebagaimana di atas. Yang lainnya seperti kata menertawai, menertawakan, tertawaan, penertawaan, dan ketawa. Kata menertawai berkedudukan sebagai kata kerja yang berarti tertawa terhadap sesuatu bisa terhadap orang, benda, atau kejadian dan sebagainya bertujuan menghina atau mengejek.

  • Kata menertawakan, sebagai kata benda yang berarti tertawa akan sesuatu, tertawa terhadap sesuatu, tertawa karena melihat kesalahan orang dan sebagainya yang bertujuan menghinakan atau mengejek, juga bisa berarti menjadikan atau menyebabkan tertawa.

  • Kata tertawaan merupakan kata benda yang berarti bahan untuk ditertawakan.

  • Kata penertawaan merupakan kata benda yang berarti proses, cara, perbuatan menertawai atau menertawakan.

  • Kata ketawa, sebagai kata kerja yang merupakan ragam cakapan lain dari tertawa.

Tertawa merupakan aktifitas yang biasa dilakukan setiap orang dalam kegiatan sehari-harinya. Kebanyakan orang berfikir bahwa tertawa terjadi disebabkan oleh kejadian yang lucu. Hal ini juga yang terjadi di Indonesia saat ini. Banyak acara dalam televisi-televisi swasta yang menayangkan adegan-adegan lucu yang sengaja mengundang tawa para pemirsanya. Tapi sebenarnya tidak hanya sebatas itu. Tertawa mempunyai cakupan makna yang lebih luas.

Kata tertawa terdiri dari dua kata. Jika ditulis dengan metode pemenggalan baku bahasa Indonesia menjadi ter-tawa. Jadi kata dasar dari tertawa adalah tawa. Kata tawa adalah kata benda, kemudian diimbuhi awalan ter- yang merubah kedudukannya menjadi kata kerja. Tawa didefinisikan sebagai sebuah ungkapan rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan mengeluarkan suara pelan, sedang, atau keras dengan melalui alat ucap. Sedangkan tertawa adalah kegiatan melahirkan rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan suara berderai.

Muhammad Nasrullah Asnawi mengutip pendapat Anngun Resdasi, tertawa adalah ekspresi jiwa atau emosional yang diperlihatkan melalui raut wajah dan bunyi-bunyian tertentu. Oleh karena itu, tertawa secara fisiologis dapat dibagi menjadi dua, yaitu satu set gerakan dan produk suara. Pertama : set gerakan yakni membuka lebar atau sedikit bibir. Kedua : Produk suara yakni umumnya tertawa digunakan untuk orang yang menggerakkan mulut sembari mengeluarkan suara baik keras, lembut ataupun sedang.

Alasan Tertawa

1. Tuntutan Zaman

Dewasa ini, banyak orang yang hidupnya dilanda stres, dan banyak penyakit yang muncul terkait dengan stres. Sikap stres muncul oleh hal-hal yang terlalu serius dan berbagai persoalan hidup. Maka nyaris orang sekarang semakin tidak ada waktu untuk sekedar tertawa, malah sebaliknya yang terjadi hidup terasa tidak nyaman dan tentram. Hidup memang membutuhkan keseriusan. Tetapi serius bukan berarti haram tertawa.

2. Tertawa adalah kebutuhan biologis

Banyak yang tidak menyadari ternyata tertawa merupakan hasil evolusi yang menyelamatkan manusia dari kepunahan. Tidak banyak makhluk hidup yang bisa tertawa. Selain manusia, hanya beberapa jenis monyet yang dapat tertawa, terutama simpanse yang dapat tertawa dengan bunyi seperti tertawanya manusia. Selain berfungsi sebagai pelepas stres, tertawa juga berfungsi sebagai pencegah konflik.

3. Tertawa hal dasar komunikasi

Tertawa adalah hal dasar dalam berkomunikasi. Manusia tertawa, begitu juga anjing dan tikus. Lalu tertawa itu untuk apa?. Bagi ilmuan, tertawa bukan lelucon dan subyek ilmiah serius, serta salah satu subyek penelitian yang masih coba untuk dipecahkan.