Apa yang dimaksud dengan karir ?

Karier

Karier merupakan perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya atau pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju.

Apa yang dimaksud dengan karier ?

Karir adalah serangkaian peran pekerjaan yang dilakukan individu sepanjang hidupnya (Super, 1976), termasuk di dalamnya, aktivitas sehari-hari seperti menjadi pelajar, orang tua, atau pekerja sukarela (Patton & McMahon, 2006); juga pekerjaan-pekerjaan yang merupakan rangkaian jabatan, pekerjaan dan kedudukan yang mengarah pada dunia kerja. Karir mendapat arti lebih luas dari sekedar anggapan bahwa karir sama dengan okupasi atau pekerjaan (Mc.Mahon & Tatham, 2008). Artinya pekerjaan dengan imbalan uang hanya merupakan salah satu elemen karir.

Karir biasanya dibicarakan dalam kerangka waktu kehidupan dan berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan sebelum, selama, pasca bekerja, dan dilakukan dalam berbagai konteks peran kehidupan (Richardson, 1993), dengan demikian karir merupakan alur kehidupan individu yang melibatkan waktu dan pekerjaan itu sendiri. Pada dasarnya setiap aktivitas kerja merupakan pencapaian dan ekspresi keberhasilan untuk memperoleh kesuksesan dan kepuasan batin dalam hidup. Termasuk ketika individu memenuhi ambisi maupun tujuan-tujuan sosial yang lebih baik daripada sekedar memperoleh penghasilan.

Dapat dikatakan karir melibatkan seluruh perjalanan pekerjaan individu yang menyatu dengan berbagai aspek kehidupan (Miller-Tiedeman and Tiedeman, 1990). Artinya proses perkembangan karir digambarkan sebagai proses seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal dalam kehidupan individu (Patton & McMahon, 1999).

Dalam perkembangan karirnya, individu selalu dihadapkan pada proses ‘memilih‘.

Individu mempunyai berbagai alternatif seperti, menentukan pilihan, melanjutkan pilihan, atau mengubah pilihan yang dibuat melalui berbagai aktivitas baik dalam pendidikan maupun pekerjaan yang dilakukan di masyarakat (Brown & Brooks, 1990).

Perkembangan Karir

Perkembangan Karir


Perkembangan karir pada dasarnya adalah perkembangan individu itu sendiri. Savickas (dalam Brown, 2004) menyatakan bahwa ketika seseorang membangun karirnya maka ia membangun peran sosialnya, dan elemen-elemen sosial yang melingkupi kehidupan seseorang akan membentuk peran-peran hidup baik peran utama ataupun perifer.

  • Peran utama adalah peran yang dijalani individu dengan intensitas dan frekuensi yang tinggi yang menunjukkan identitas utama.

  • Peran perifer adalah peran yang dijalani individu dengan intensitas yang tidak setinggi dan sesering peran utama, tetapi masih dapat mengindikasikan identitas individu tersebut.

Misalnya seorang mahasiswa kedokteran mempunyai peran utama, sebagai mahasiswa, anak dan sesaudara kandung, maupun peran perifer seperti menjadi teman, anggota keluarga besar, anggota organisasi tertentu. Semua peran tersebut memberikan kontribusi terhadap identitas maupun penghayatan nilai-nilai dan makna hidup melalui fungsi perannya. Kapan berfungsinya peran-peran tersebut disesuaikan dengan kebutuhan individu berdasarkan tingkat prioritas dan kepentingannya. Pembentukan peran-peran ini melibatkan interaksi individu dengan masyarakat, termasuk dalam pemilihan karir. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ketika memilih pekerjaan ataupun berkomitmen terhadap organisasi tertentu, individu akan menampilkan peran-peran sosial yang disandangnya karena peran-peran sosial itulah yang dapat memberi makna dan membuat individu fokus pada hidupnya.

Pemilihan karir adalah proses yang kompleks karena melibatkan aspek-aspek kehidupan baik sebagai individu (kognitif, emosi/kepribadian, minat, sikap, dan nilai), maupun sebagai bagian dari komunitas ( pola asuh orang tua, pembinaan sekolah, pengaruh teman, masyarakat dan bahkan kecenderungan perkembangan dalam masyarakat, serta kebijakan pemerintah).

Semua aspek tersebut pada intinya membawa pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan karir sebagai pemenuhan tugas perkembangan hidupnya (Brown, 2004). Dengan kata lain perkembangan karir pasti akan melibatkan faktor-faktor di atas misalnya dengan melibatkan aspek pola asuh orang tua, proses pendidikan, minat, sikap maupun aspek-aspek penting lainnya.

Perkembangan karir merupakan proses penting dalam hidup seperti diungkapkan oleh Sears (1982) bahwa perkembangan karir merupakan konstelasi total dari faktor-faktor psikologis, sosial, sosiologis, pendidikan, fisik, ekonomi dan kesempatan-kesempatan untuk membentuk karir sepanjang hidupnya. Disini terlihat bahwa perkembangan karir merupakan proses belajar yang mengintegrasikan berbagai keterampilan dalam aktivitas hidup sehari-hari khususnya bagi kaum muda (Heidegger, dalam Lapan, 2004).

Perkembangan karir adalah kehidupan yang dibangun oleh individu sendiri berdasarkan persepsi terhadap pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya. Individu selalu membangun karir mereka dalam lingkungan sosial khusus dimana ia berada sepanjang hidupannya (Brown, 2004).

Lingkungan sosial ini sifatnya berjenjang, dari koneksi yang paling dekat dan kecil seperti keluarga sampai pada lingkungan yang terjauh seperti pemerintah. Termasuk di dalamnya lingkungan fisik, budaya, kelompok ras dan etnik, keluarga, lingkungan sekolah, tetangga maupun teman bermain. Sejarah kehidupan individu menunjukkan bagaimana berfungsinya konteks lingkungan tersebut terhadap pembentukan karirnya (Brown,2004). Untuk menjelaskan konteks tersebut Super (1990, dalam Savickas, 1997) mengemukakan teorinya yang disebut teori Life-space dan life-span.

Teori life-space berbicara tentang luas hubungan sosial dan peran yang dilakukan oleh setiap individu dalam lingkungannya. Menurut Super, terdapat sembilan peran kehidupan individu yang mengisi dimensi life-space yaitu peran sebagai anak, pelajar, penikmat rekreasi, anggota masyarakat, pekerja, pasangan hidup, pengurus rumah tangga, orang tua dan pensiunan. Di dalam life-space ada dimensi kontekstual pada peran kerja dalam kaitannya dengan peran sosial lain yang komplementer (menunjang) atau kompetitif (menghambat) terhadap peran kerja sepanjang rentang kehidupan.

Dimensi teori life-span menggambarkan perspektif longitudinal dari tahap-tahap perkembangan karir yaitu: masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dewasa akhir dan masa tua. Pada intinya teori Super berbicara tentang tahapan karir yang secara esensial terjadi pada perkembangan hidup individu. Tahap perkembangan karir dibagi menjadi 5 (lima) fase yaitu :

  1. Tahap pengembangan atau growth (0 – 14 tahun). Pada fase ini anak mengembangkan bakat, minat, kebutuhan dan potensinya melalui interaksi dengan lingkungannya seperti rumah, tetangga, teman bermain, dan lingkungan sekolah

  2. Tahap eksplorasi atau exploratory (14-25 tahun) dimulai ketika individu memasuki masa remaja. Periode ini melibatkan individu pada berbagai aktivitas, peran dan situasi yang mungkin direncanakan atau tidak, tetapi secara spesifik berhubungan dengan upaya memperoleh pemahaman akan kemampuan dalam bidang studi, bidang kerja ataupun kesempatan karir. Hasil eksplorasi ini akan memantapkan atau mengkontraskan proses terjadinya identifikasi terhadap model peran dan konsep diri individu. Selain itu hasil eksplorasi akan mengklarifikasi serta memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap pilihan pekerjaan bagi mereka yang langsung bekerja setelah lulus SMA maupun setelah lulus perguruan tinggi.

  3. Tahap pemantapan atau establishment. Biasanya dimulai pada masa dewasa tengah (25 – 45 tahun). Pada masa ini mereka mulai memantapkan diri dalam pekerjaan bahkan melakukan kompromi-kompromi terhadap apa yang dipilihnya.

  4. Tahap pemeliharaan atau maintenance (45 – 55 tahun). Masa ini merupakan masa yang relatif stabil dan biasanya individu sudah memilih pekerjaan yang lebih menetap.

  5. Tahap penurunan atau decline (55tahun – tua). Masa ini ditandai dengan masa penurunan di semua aspek baik fisik, maupun psikologis yang menuntut individu mengubah tipe pekerjaan yang dilakukannya sesuai kondisinya. Pada masa ini biasanya individu memasuki masa pensiun dan perlu mempersiapkan dirinya dengan baik (Sharf, 2010; Zunker, 2012).

Membangun karir melalui perencanaan dan pengambilan keputusan karir dipandang sebagai sebuah proses yang harus dimulai sejak usia dini sampai dewasa bahkan sampai tua. Hal ini dikemukakan oleh Ginzberg, Ginzburg, Axelard dan Herma, bahwa perkembangan karir harus dimulai sejak masa kanak-kanak dan berkembang melalui tiga tahap besar yaitu tahap fantasi (pada masa kanak-kanak), tentatif (pada masa remaja) dan realistik (pada masa dewasa), yang tersimpulkan pada pengambilan keputusan di setiap tahap. Selama masa–masa itu keputusan karir yang dibuat merupakan kesepakatan dan penyesuaian terhadap tugas perkembangan terutama pada masa pra-remaja dan remaja (Patton & McMahon, 2006).

Pemenuhan tugas perkembangan karir dan kemampuan mengatasi masalah yang disebabkan oleh pemenuhan tugas perkembangan tersebut menjadi bagian penting bagi proses perkembangan karir yang sehat. Tugas perkembangan yang dilewati dengan lancar akan membantu individu mengenali dirinya (kemampuan, bakat, dan karakteristik kepribadian), memahami lingkungan dan pengaruh-pengaruhnya sehingga individu dapat mengembangkan konsep diri yang jelas dan berhasil menjalani kehidupan karir yang bermakna (Super 1990).

Proses Eksplorasi Karir

Proses Eksplorasi Karir


Remaja yang umumnya duduk dibangku SMA maupun perguruan tinggi berada pada tahap eksplorasi dari perkembangan karirnya. Masa ini dianggap sebagai periode yang krusial dan penting dalam kehidupan individu terkait dengan kesiapan menghadapi transisi dari sekolah ke Perguruan Tinggi dan/atau pekerjaan (Rowland, 2004; Mau, Hitchcock, & Lalvert, 1998). Pada masa ini individu harus melakukan berbagai persiapan dengan melakukan eksplorasi (Leon & Barak, 2001). Eksplorasi karir merupakan proses yang kompleks dan bersifat pribadi untuk mencapai pemahaman diri dan lingkungan pekerjaan (Atkinson & Murell, 1998; Bluestein, 1992; Taviera & Moreno, 2003, dalam Nasta, 2007).

Menurut Levi & Ziegler, proses ini meliputi serangkaian aktivitas seperti mengumpulkan informasi dan memahami perencanaan pekerjaan, pencarian pekerjaan, kesempatan kerja, maupun mengeksplorasi berbagai kemungkinan alternatif pilihan karir. Pada akhir aktivitas eksplorasi, remaja melakukan proses kristalisasi dan spesifikasi terhadap pilihan pendidikan maupun pekerjaan walaupun masih pada tingkat awal dari pilihan karirnya (Super, dalam Tang, Pen, & Newmeyer, 2008).

Keputusan, terutama ketepatan memilih jalur dan bidang pendidikan semasa SMA maupun perguruan tinggi, menjadi bagian krusial untuk memulai langkah selanjutnya kearah pengembangan karir yang sesuai.

Secara detil proses eksplorasi dapat dijelaskan ke dalam proses-proses yang lebih spesifik yaitu proses kristalisasi, spesifikasi, dan implementasi.

  • Pertama, proses kristalisasi seharusnya sudah dimulai sejak tahap growth (0 – 15 tahun). Proses ini dimulai ketika anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan ke dalam struktur konsep diri (Self concept structure). Di akhir tahap growth diharapkan tercapai proses untuk mempersiapkan kristalisasi. Proses kristalisasi meliputi aktivitas berdiskusi dengan orang lain tentang peluang karir, mempelajari kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan, dan menentukan pendidikan yang tepat untuk pengembangan karir (Betz & Voyten, 1997).

    Pada usia 15 – 17 tahun remaja yang berhasil menyelesaikan tahap perkembangan sebelumnya akan mengembangkan dan merencanakan tujuan karir tentatifnya berdasarkan informasi yang didapat dari lingkungan. Secara khusus di usia 15/16 tahun remaja mulai memiliki nilai hidup yang dihayati secara pribadi dan tujuan karir sementara. Nilai-nilai hidup pribadi tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan karir. Kemudian ketika memasuki usia 17/18 tahun, remaja memasuki periode transisi menuju kristalisasi. Remaja mulai memiliki pemahaman dan penghayatan lebih dalam terhadap dirinya termasuk minat, kemampuan, nilai hidup dan rencana masa depan mereka, serta berupaya mewujudkannya misalnya dalam memilih jurusan di Perguruan Tinggi (Super, Thompson, & Lindeman, 1998)

  • Proses kedua adalah spesifikasi. Dalam proses ini individu terdorong untuk menggali lebih dalam tentang karirnya dan beralih dari karir tentatif menjadi karir yang lebih spesifik. Proses ini juga membutuhkan perubahan dari konsep diri vokasional pribadi menjadi peran karir umum yang melibatkan proses psikososial dalam pembentukan identitas (Savickas, 2002). Proses ini biasanya berlangsung dari umur 18 tahun sampai sekitar 21 tahun (Super, Thompson & Lindemanm 1998). Pada masa spesifikasi, remaja dihadapkan pada situasi realistik. Individu mencapai titik untuk mengeintegrasikan apa yang disukai dan tidak disukai dengan kapabilitias dan kemampuannya serta membandingkan kedua aspek tersebut dengan nilai pribadi maupun nilai yang ada di masyarakat (Osipow & Fitzgerald).

  • Proses ketiga adalah implementasi atau aktualisasi. Proses ini merupakan waktu untuk membuat pilihan dengan melakukan tindakan berdasarkan ide-ide yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri dan pengetahuan tentang dunia karir. Dalam proses ini remaja menghubungkan dan menganalisa semua sumber informasi yang dimilikinya dan mengaktualisasikan pilihannya dengan merasakan sendiri pekerjaan-pekerjaan dalam sebuah karir, bisa berupa kegiatan magang, kerja paruh waktu atau langsung bekerja. Disini individu mulai mengimplementasikan pilihan tentatifnya dan mengevaluasi umpan balik yang diperoleh terhadap perilaku vokasionalnya. Biasanya tahap ini berlangsung setelah individu menyelesaikan studi mereka dan memutuskan untuk memilih pekerjaan tertentu antara usia 22 sampai 24 tahun (Super, Thompson & Lindeman, 1998).

Remaja yang dapat menyelesaikan tugas perkembangannya serta mengkristalisasi pilihan karirnya dan membuat keputusan karirnya dikatakan telah memiliki kematangan karir (Super, 1980).

Dalam perkembangannya Savickas (1997) mengusulkan untuk mengubah konstruk kematangan karir menjadi adaptabilitas karir. Teori tentang adaptabilitas karir dianggap mampu menjelaskan adanya kualitas adaptif yang perlu dikembangkan dan dipertahankan di setiap tahap perkembangan karir. Kualitas adaptif tersebut diperlukan agar individu dapat menyelesaikan tugas perkembangan dan tantangan di setiap tahap perkembangan karirnya. Individu yang berhasil melewati situasi dan kondisi tersebut dikatakan memiliki adaptabilitas karir yang tinggi.

Karir merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang petugas/pekerja dalam satu unit kerja atau satuan organisasi. Jabatan itu biasanya dibebankan oleh seorang pejabat yang lebih tinggi/atasan. (Thantawy; 2005)

Dalam Klasifikasi Jabatan Indonesia, jabatan diartikan sebagai sekumpulan pekerjaan yang berisi tugas-tugas yang sama atau berhubungan satu dengan yang lain, yang pelaksanaannya meminta kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuannya yang sama pula meski tersebar di berbagai tempat.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan memahami pengertian karir diharapkan kepada anak didik di sekolah akan memiliki pemahaman tentang arti kerja, mendorong mereka untuk memasuki dunia kerja, serta membina mereka menjadi calon-calon tenaga kerja yang produktif dan bertanggung jawab.

Teori-teori Perkembangan Karir dan Pilihan Karir

Ada sejumlah pakar yang mengemukakan teorinya tentang karir. Dari sejumlah pakar yang menaruhkan perhatiannya pada soal karir dan pilihan karir ini akan disajikan enam yang dipandang terkemuka teorinya. Teori-teori itu adalah teori perkembangan karir Ginzberg, teori perkembangan karir dan perkembangan karir Super, teori pengambilan keputusan karir behavioral Krumboltz, Teori pilihan karir Roe, dan teori Holland (Munandir,1996).

  • Teori perkembangan karir Ginzberg

    Menurut Ginzberg perkembangan dalam proses pilihan karir mencakup tiga tahap yang utama, yaitu fantasi, tentatif, dan realistik. Dua masa daripadanya, yaitu tentatif dan realistik, masing-masing dibagi atas beberapa tahap. Masa tentatif mencakup usia lebih kurang 11 sampai 18 tahun (masa anak bersekolah di SMP dan SMA) dan meliputi empat tahap, yaitu minat, kapasitas, nilai dan transisi. Masa realistik adalah masa usia anak mengikuti kuliah atau mulai bekerja. Masa ini pun bertahap, yaitu eksplorasi, kristalisasi, dan spesifikasi. Mengenai masa fantasi ciri utamanya adalah memlih karir anak bersifat sembarangan, artinya asal pilih saja. Pilihannya tidak didasarkan pada pertimbangan yang masak mengenai kenyataan yang ada tetapi berdasarkan kesan atau khayalannya belaka.

    Dalam masa tentatif pun pilihan karir orang mengalami perkembangan. Mula-mula pertimbangan karir itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan atau minat, sedangkan faktor-faktor lain tidak dipertimbangkan. Menyadari bahwa minatnya berubah-rubah maka anak mulai menanyakan kepada diri sendiri apakah dia memiliki kemampuan (kapasitas) melakukan suatu pekerjaan, dan apakah kapasitas itu cocok dengan minatnya. Tahap berikutnya, waktu anak bertambah besar, anak menyadari bahwa di dalam pekerjaan yang dilakukan orang ada kandungan nilai, yaitu nilai pribadi dan atau nilai kemasyarakatan, bahwa kegiatan yang dilakukan mempunyai nilai daripada lainnya. Masa transisi adalah masa peralihan sebelum orang memasuki masa realistik. Dalam masa ini anak akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya, yaitu orientasi minat, orientasi kapasitas,dan orientasi nilai.

    Pada tahap realistik anak melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atas pengalaman-pengalaman kerjanya dalam kaitan dengan tuntutan sebenarnya, sebagai syarat unutk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau kalau tidak bekerja, unutk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Penilaian yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kerja ini mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas. Dalam kegiatan- kegiatan selama tahap eksplorasi, anak ungkin mencapai keberhasilan tetapi mungkin juga kegagalan. Pengalaman-pengalaman berhasil atau gagal ini ikut membentuk pola itu. Inilah tahap kristalisasi, ketika anak mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan faktor-faktor yang ada, baik yang ada dalam diri(internal), maupun yang dari luar diri (eksternal). Adanya tekanan keadaan ini, misalnya tekanan waktu, ikut memaksa anak untuk pada akhirnya harus mengambil keputusan. Jika tahap ini sudah dilalui maka sampailah anak pada tahap akhir, yaitu tahap spesifikasi.

    Pada tahap spesifikasi anak memilih pekerjaan spesifik, maksudnya pekerjaan tertentu yang khusus. Mislanya, kalau anak memilih pekerjaan bidang pendidikan, ia akan mengkhusukan pilihannya itu pada pekerjaan guru dan bukan pekerjaan lain dibidang pendidikan seperti konselor, ahli media pembelajaran, pengembangan kurikulum, atau pustakawan sekolah. Di bidang keguruan, dia akan lebih khusus lagi pilihannya dengan menyebutkan guru bidang apa, di jenis dan jenjang sekolah apa, sekolah negeri atau swasta, dan sebagainya.

    Teori Ginzberg dikembangkan pada tahun 1951 berdasarkan hasil studi melalui pengamatan dan wawancara dengan sampel yang terdiri atasa jenis laki- lakii, dari keluarga yang pendapatannya di atas rata-rata. Banyak dari ayahnya adalah tenaga profesioanal dan ibunya adalah berpendidikan tinggi. Jadi sampelnya terbatas. Teori ginzberg tidak menjelaskan pilihan karir keseluruhan populasi, dalam hal ini mereka yang berasal dari kalangan yang penghasilannya rendah.

    Teori Ginzberg mempunyai tiga unsur, yaitu proses (bahwa pilihan suatu pekerjaan adalah suatu proses), irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan tidak bisa diubah atau dibalik), dan kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu kompromi antara faktor-faktor yang main, yaitu minat kemampuan dan nilai). Teori ini kemudian mendapat revisi pada tahun 1970. Proses yang semula berakhir pada awal masa dewasa atau akhir masa remaja, kemudian dirumuskan bahwa hal ni tidak demikian halnya tetapi berlangsung terus. Mengenai irreversibilitas, adanya pembatasan pilihan tidak mesti berarti bahwa pilihan tersebut bersifat menentukan. Apa yang terjadi sebelum orang berumur 20 tahun mempengaruhi karirnya. Terjadinya kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam pekerjaannya.

    Konsep kompromi juga mengalami revisi sebahai hasil temuan-temuan risetnya. Konsep dasar tentang kompromi tetap, yaitu bahwa dalam pemilihan pekerjaan ada unsur kompromi. Hanya saja, hal itu bukan peristiwa sekali saja. Konsep omtimisasi yang merupakan penyempurnaan teorinya berarti bahwa setiap orang berusaha mencari kecocokan paling baik antara minatnya yang terus mengalami perubahan, tujuan-tujuannya, dan keadaaan yang terus berubah.

    image

  • Teori perkembangan karir dan perkembangan hidup Super

    Teori ini dasarnya adalah bahwa kerja itu perwujudan konsep diri. Artinya bahwa orang mempunyai konsep diri dan ia berusaha menerapkan konsep diri itu dengan memilih pekerjaan, hal yang menurut orang tersebut paling memungkinkannya berekspresi diri. Menurut paham ini, pilihan karir adalah soal mencocokan (matching). Teori perkembangan menerima teori matching (teori konsep diri), tetapi memandang bahwa pilihan kerja itu bukan peristiwa yang sekali terjadi dalam hidup seseorang. Orang dan situasi lingkungannya itu berkembang, dan keputusan karir itu merupakan rangkaian yang tersusun atas keputusan yang kecil-kecil.

    Pilihan kerja merupakan fungsi tahap perkembangan orang dan prosesnya berlangsung dalam rangka penunaian kegiatan-kegiatan atau tugas tugas yang dinamakan super tugas-tugas perkembangan pekerjaan. Tugas-tugas perkembangan itu adalah preferensi pekerjaan (14-18 tahun), spesifikasi preferensi (18-21 tahun), implementasi preferensi (21-25 tahun), stabilisasi di dalam suatu pekerjaan (25-35 tahun), dan konsolidasi status dan kemajuan ( masa akhir usia30-an dan pertengahan usia 40-an).

    Teori Super dinyatakan dalam bentuk proposisi. Pada mulanya yaitu pada tahun 1953, Super mengenali sepuluh proposisi, kemudian tahun 1957 bersama Bachrach, itu dikembangkan menjadi 12. Proposisi-proposisi itu adalah:

    1. Orang itu berbeda-beda kemampuan, minat dan kepribadiaanya.

    2. Karena sifat-sifat tersebut, orang itu mempunyai kewenangan untuk melakukan sejumlah pekerjaan.

    3. Setiap pekerjaan menghendaki pola kemampuan, minat, dan sifat kepribadian cukup luas, sehingga bagi setiap orang tersedia beragam pekerjaan dan setiap pekerjaan terbuka bagi bermacam-macam orang.

    4. Preferensi dan kemampuan vokasional, dan konsep diri orang itu berubah- rubah. Pilihan dan penyesuaian merupakan proses yang berkelanjutan.

    5. Orang mengalami proses perbuahan melalui tahap-tahap pertumbuhan (growth), ekplorasi, kemapanan (establishment), pemeliharaan (maintenance) dan kemunduran (declane). Tahap eksplorasi selanjutnya terbagi atas fase- fase fantasi, tentatif dan realistik, sedangkan kemapanan terbagi atas proses- proses uji cooba (trial) dan keadaan mantap (stable). Tahap-tahap kehidupan tersebut disebut “daur besar” (maxycycle). Orang-orang juga mengalami daur yang lebih kecil ketika dalam peralihan satu tahap ke tahap berikutnya, yaitu waktu terjadi ketakmapanan karir. Keadaan ini menimbulkan pertumbuhan baru, ekplorasi baru dan pelembagaan baru.

    6. Pola karir yang ditentukan oleh taraf sosio ekonomi orang tua, kemampuan mental, ciri kepribadian, dan oleh tersedianya kesempatan.

    7. Perkembangan orang dalam melewati tahap-tahap dapat dipandu dengan bantuan untuk pematangan kemampuan dan minat dan dengan bnatuan untuk melakukan uji realitas serta untuk mengembangkan konsep diri.

    8. Perkembangan karir adalah proses mensintesis dan membuat kompromi dan pada dasarnya ini adalah soal konsep diri. Konsep diri merupakan hasil interaksi kemampuan bawaan, keadaan fisik, kesempatan berperan, dan evaluasi apakah peranan yang dimainkan

    9. Proses mensintesis atau kompromi antara faktor-faktor individu dan sosial antara konsep diri dan realitas adalah proses permainan peranan dalam berbagai latar dan keadaaan.

    10. Penyaluran kemampuan, minat, sifat kepribadian, dan nilai menentukan diperolehnya kepuasan kerja dan kepuasaan hidup.

    11. Kepuasaan yang diperoleh dari pekerjaan itu selaras dengan penerapan konsep diri.

    12. Bekerja dan pekerjaan merupakan titik pusat organisasi kepribadian bagi kebanyakan orang, sedangkan bagi segolongan ornagn lagi yang menjadi titik pusat adalah hal lain, misalnya pengisisan waktu senggang dan kerumahtanggaan.

  • Teori pengambilan keputusan karir behavioral Krumboltz

    Teori ini mengenali empat kategori faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir seseorang, yaitu :

    1. Faktor genetik

      Faktor ini dibawa dari lahir berupa wujud dan keadaan fisik dan kemampuan. Keaaan diri bisa membatasi preferensi atau ketrampilan seseorang untuk menyusun rencana pendidikan dan akhirnya untuk bekerja. Teori ini mengatakan bahwa orang-orang tertentu terlahir memiliki kemampuan besar atau kecil, untuk memperoleh manfaat dari pengalaman-pengalamannya dengan lingkungan, sesuai dengan keadaan dirinya. Kemampuan-kemampuan khusus seperti kecerdasan, bakat musik, demikianpun gerak otot, merupakan hasil interaksi pradisposisi bawaan dengan lingkungan yang dihadapi sesorang.

    2. Kondisi lingkungan

      Faktor lingkungan yang berpengaruh pada pengambilan keputusan kerja ini, berupa kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan pelatihan, kebijakan dan prosedur seleksi, imbalan, undang-undang dan peraturan perburuhan, peristiwa alam, sumber alam, kemajuan teknologi, perubahan dalam organisasi sosial, sumber keluarga, sistem pendidikan, lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar, pengalaman belajar. Faktor-faktor ini umumnya ada di luar kendali individu, tetapi pengaruhnya bisa direncanakan atau tidak bisa direncanakan.

    3. Faktor belajar

      Kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia adalah belajar. Ini dilakukan hampir setiap waktu sejak masa bayi, bahkan ada ahli yang mengatakan sejak di dalam kandungan. Ada 2 jenis belajar, yaitu belajar instrumental dan asosiatif. Belajar instrumental adalah belajar yang terjadi melalui pengalaman orang waktu berada di suatu lingkungan dan ia mengerjakan langsung (berbuat sesuatu, mereaksi terhadap) lingkungan itu, dan ia mendapatkan sesuatu sebagai hasil dari tindak perbuatanyaa itu, yaitu hasil yang dapat diamatinya. Ada tiga komponen pengalaman belajar yaitu anteseden, respons, dan konsekuensi. Anteseden ialah segala sesuatu mengenai diri, lingkungan, kejadian yang hadir sebelum atau mendahului dan ada sangkut pautnya dengan perbuataan (respons) itu. Respons perbuataan ialah apa yang dilakukan orang, baik yang tampak maupun yang tidak. Konsekuensi ialah segala apa yang terjadi setelah perbuatan dilakukan atau tindakan diambil, yang kelihatan langsung sebagai hasil atau akibat, yang tidak kelihatan. Belajar asosiatif adalah pengalaman dimana orang mengamati hubungan antara kejadian-kejadian dan mampu memprediksi apa konsekuensinya.

    4. Ketrampilan menghadapi tugas atau masalah

      Ketrampilan ini dicapai sebagai buah interaksi atau pengalaman belajar, ciri genetik, kemampuan khusus, dan lingkungan. Termasuk di dalam ketrampilan ini adalah standar kinerja, nilai kinerja, kebiasaan kerja, proses persepsi dan kognitif, set, mental, respons emosional. Dalam pengalamannya, individu menerapkan ketrampilan ini unutk menghadapi dan menangani tugas-tugas baru.

  • Teori pilihan karir Roe

    Teori roe dirumuskan berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai latar belakang perkembangan dan kepribadian para ilmuwan diberbagai bidang, antra lain ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu pengetahuan alam. Teori roe tergolong teori pilihan karir yang berdasar pada teori kepribadian. Roe mengenali delapan kelompok pekerjaan dan enam aras (tingkatan) untuk setiap kelompok. Kelompok (penggolongan) itu adalah :

    1. Jasa: orang bekerja untuk melayani orang lain.

    2. Kontak bisnis: hubungan orang-orang dalam pekerjaan lebih menekankan tujuan mempengaruhi orang lain daripada memberikan bantuan.

    3. Organisasi: pekerjaan-pekerjaan manajerial, kerah putih, hubungan formal antar orang.

    4. Teknologi: pekerjaan berkenaan dengan produksi, pemeliharaan, pengangkutan barang, dan keperluan umum, teknik kerajinan, transportasi, komunikasi, dan sebagainya.

    5. Luar rumah: pekerjaan-pekerjaan di luar rumah, seperti pertanian, pengairan, pertambangan,kehutanan, peternakan; hubungan antar orang tidak penting; pekerjaan luar yang mengenakan mesin masuk golongan 4.

    6. Sains: pekerjaan keilmuan, penerapan teori, penelitian; untuk penelitian- penelitian di bidang ilmu-ilmu perilaku, seperti psikologi ini ada hubungannya dengan golongan 7.

    7. Budaya umum: pekerjaan-pekerjaan pelestarian dan pewarisan budaya,seperti pendidikan-keguruan, wartawan, hukum, keagamaan, bahasa dan bidang humaniora lainnya.

    8. Seni dan hiburan: hubungan dalam pekerjaan ini adalah antara satu orang atau kelompok orang yang memiliki ketrampilan khusus di bidang seni kreatif dengan masyarakat umum.