Apa yang dimaksud dengan Karbon Monoksida?

Gas karbon monoksida bisa dihasilkan dari knalpot kendaraan, bahan bakar untuk tungku pembakaran, pembangkit listrik batubara, mesin berbahan bakar kecil, generator portabel bertenaga bensin, mesin penyemprot air, perapian, panggangan arang, forklift, pemanas bertenaga propana, pemanas air tenaga gas, pemanas minyak tanah, kompor, lentera, kompor gas, dan lain sebagainya.

1 Like

Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata. Gas CO diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan – bahan yang mengandung karbon. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah – 192 °C, gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan (Wardhana, 2001).

Menurut Sunu (2001), gas karbon monoksida sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan yang tidak berwarna dan tidak bau dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer. Oleh karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat di lihat oleh mata. Di daerah perkotaan yang lalu lintasnya padat, konsentrasi gas CO dapat mencapai antara 10-15 ppm. Secara umum terbentunya gas CO adalah melalui proses berikut :

  • Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara
  • Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan karbon © yang menghasilkan gas (CO).
  • Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO

Transportasi sangat diperlukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah pertambangan ketempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi (produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produk yang dihasilkan dibawa ke pemakai. Hal ini sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara (Wardhana, 2001).

Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia


Bertambahnya gas CO, pada umumnya terjadi karena proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari kendaraan atau mesin bermotor. Gas ini dapat membentuk senyawa yang stabil dengan hemoglobin darah menjadi karboksihemoglobin. Senyawa tersebut dalam jumlah kecil tidak berbahaya, namun dalam jumlah besar akan berbahaya bahkan dapat mematikan. Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu bahwa karbon monoksida dapat merintangi darah untuk mengangkut oksigen ( Sunu, 2001). Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah dipengaruhi secara langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap (Agusnar, 2007). Keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0% dan rata-rata sekitar 0,5%. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernafasan tetap konstan (Mukono, 2008).

Kadar 20 bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit, dalam waktu 30 menit 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Menghisap gas yang keluar dari knalpot mobil di ruang garasi tertutup lebih banyak menyebabkan kematian (Sastrawijaya, 2009).

Karbon Monoksida (CO) adalah hasil pembakaran tidak sempurna bahan karbon atau bahan-bahan yang mengandung karbon (Suma’mur, 2009). Karbon Monoksida merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa dan juga tidak berwarna. Oleh karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata (Wardhana, 2004).

Karbon Monoksida dibuat manusia karena pembakaran tidak sempurna bensin dalam mobil maupun sepeda motor, pembakaran di perindustrian, pembangkit listrik, pemanas rumah, pembakaran di pertanian, dan sebagainya. Gas ini tidak berwarna atau berbau, tetapi amat berbahaya (Sastrawijaya, 2009). Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129°C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara berypa gas buangan. Di kota besar yang padat lalu lintasnya biasanya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relative tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk dari proses industry (Saputra, 2009).

Satuan konsentrasi CO di udara adalah ppm atau parts per million . Dimana 1 ppm setara dengan 10-4 persen. Selain dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna di luar tubuh, gas CO juga dihasilkan dalam jumlah kecil (kurang dari 0,5 %) dari katabolisme normal cincin protoporfirin hemoglobin di dalam tubuh dan tidak toksik bagi tubuh (Anggraeni, 2009). Berdasarkan PER.13/MEN/X/2011 tentang faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja nilai ambang batas (NAB) karbon monoksdia di tempat kerja yaitu 25 ppm atau 29 mg/m3 (PER.13/MEN/X/2011).

Menurut Akmal (2009), karbon monoksida CO) jika terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah.

Karbon monoksida dihasilkan pada pembakaran tidak sempurna. Contoh, 4 sampai 7 persen dari gas buangan kendaraan bermotor dan gas dari cerobong asap merupakan CO. Senyawa ini sangatlah beracun karena dapat berikatan kuat dengan hemoglobin dan menghambat proses pengankutan oksigen ke jaringan- jaringan tubuh. Karbon monoksida berikatan 200 kali lebih kuat dengan hemoglobin daripada oksigen dan oleh karenanya sangat sulit untuk melepaskannya ketika telah berikatan dengan darah (Soetrisno, 2003).

Berkaitan dengan karekteristik CO yang afinitasnya terhadap hemoglobin 250-300 kali lebih kuat daripada afinitas oksigen, CO akan membentuk ikatan karboksihemoglobin, sehingga menghambat distribusi oksigen ke jaringan tubuh, maka organ yang sangat sensitive terhadap keracunan karbon monoksida adalah organ-organ dengan kebutuhan oksigen paling banyak (Anggareini, 2009).

Berdasarkan sifatnya yang tidak berbau, gas karbon monoksia (CO) biasanya bercampur dengan gas-gas lain sehingga gas karbon monoksida(CO) dapat terhirup secara tidak disadari bersamaan dengan terhirupnya gas lain yang berbau. Sifat gas karbon monoksida (CO) adalah beracun karena gas karbon monoksia (CO) yang terhirup akan bergabung dengan hemoglobin menjadi karboksihemoglobin (COHb) yang menghalangi oksigen masuk dalam aliran darah (Arifin dan Sukoco, 2009).

Menurut Suma’mur (2014) gas karbon monoksida (CO) merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan karbon atau bahan-bahan yang mengandung karbon. b.Sumber Gas Karbon Monoksida (CO)Menurut Alamsyah dkk (2012) sumber gas karbon monoksida (CO) adalah hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar minyak bumi. Bahan bakar minyak bumi misalnya adalah bensin. Bensin merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang banyak digunakan olehmasyarakat di kota-kota besar. Pembakaran bensin yang terjadi di mesin kendaraan bermotor menghasilkan pembakaran tidak sempurna dengan reaksi sebagai berikut :

2 C8H18(g) + 17 O2 (g) → 16 CO (g) + 18 H2O (g)

Sumber-sumber Karbon Monoksida


Sumber penghasil gas karbon monoksida selain dari bensin kendaraan bermotor, pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan gas karbon monoksida yaitu pembakaran sampah, pembakaran tidak sempurna yang terjadi pada proses industri, kegiatan rumah tangga, letusan gunung berapi dan kebakaran hutan (Arifin dan Sukoco, 2009).
Sumber gas CO yang terbesar terutama dari kendaraan-kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat konsentrasi gas CO berkisar antara 10-15 ppm (Wardhana, 2004). Di kota-kota besar, sumber utama penghasil CO adalah kendaraan bermotor seperti mobil, truk, bus, dan sepeda motor karena pembakaran Bahan Bakar Minyak.

(BBM) yang tidak sempurna. Karbon monoksida (CO) dapat terbentuk secara alamiah maupun sebagai hasil sampingan kegiatan manusia (Aji, 2008). Setiap lima liter bensin dapat menghasilkan 1-1,5 kg karbon monoksida (CO). Bayangkan saja jika di suatu kota dengan sejuta mobil dan setiap mobil menghabiskan 10 liter bensin sehari. Maka bias dipastikan betapa banyaknya kadar CO di udara yang dihasilkan dari buangan asap kendaraan (Sastrawijaya, 2009).

Sumber CO yang kedua adalah pembakaran hasil-hasil pertanian seperti sampah, sisa-sisa kayu di hutan dan sisa-sisa tanaman di perkebunan. Proses pembakaran tersebut sengaja dilakukan untuk berbagai tujuan, misalnya misalnya mengontrol hama termasuk insekta dan mikroorganisme, mengurangi volume sampah dan bahan buangan, dan membersihkan serta memperbaiki mutu tanah (Fardiaz, 1992). Sumber ketiga setelah transportasi dan pembakaran adalah proses-proses industri. Dua industri yang merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan baja. CO dihasilkan selama beberapa tahap proses dalam produksi besi dan baja (Fardiaz, 1992).

Penyebaran Karbon Monoksida di Udara


Mekanisme alami Karbon Monoksida hilang dari udara dan pembersihan CO dari udara dan kemungkinan terjadi karena beberapa proses sebagai berikut :

  1. Reaksi atmosfer yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah CO yang hilang sangat sedikit.

  2. Aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam tanah dapat menghilangkan CO dengan kecepatan relative tinggi di udara.

Kecepatan reaksi yang mengubah CO menjadi CO2(2CO+O2->2CO2) yang terjadi pada atmosfer bawah hanya dapat menghilangkan sekitar 0,1% dar CO yang ada per jam dengan adanya matahari. Berdasarkan kecepatan ini, CO di atmosfer diperkirakan mempunyai umur rata-rata 3,5 bulan. Konsentrasi CO di udara per waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor yang ada (Fardiaz, 1992).