Interaksi sosial menurut Soekanto (2007) adalah bentuk-bentuk yang tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Mar’at dalam Mulyaningsing (2014) menegaskan bahwa interaksi sosial merupakan suatu proses di mana individu memperhatikan, merespon terhadap individu lain, sehingga direspon dengan suatu tingkah laku tertentu.Interaksi sosial juga dapat berarti hubungan yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok manusia, maupun perorangan dengan kelompok manusia (Bungin, 2006).
Gunarsa dan Gunarsa dalam Badrujaman (2008) mengungkapkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu ketika perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya. Dalam kehidupan bermasyarakat interaksi sosialmerupakan bagian dari proses sosial.
Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial dan bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial.Kimbal Young dalam Badrujaman (2008) membedakan bentuk interaksi sosial menjadi 3 antara lain :
- Oposisi yaitu persaingan dan pertentangan atau pertikaian;
- Kerja Sama yang menghasilkan akomodasi;
- Diferensiasi, yakni proses interaksi sosial ketika orang per orang dalam masyarakat memperoleh hak dan kewajiban yang berbeda dengan orang lain atas dasar perbedaan umur, pekerjaan dan gender.
Menurut Gillin (1951) bentuk interaksi sosial terbagi menjadi dua yaitu proses asosiatif (bersekutu) dan proses disosiatif (memisahkan). Proses interaksi sosial asosiatif adalahproses menuju terbentuknya persatuan atau interaksi sosial. Proses interaksi sosial asosiatif terbagi menjadi empat macam yaitu kerja sama (cooporation), akomodasi (accommodation), asimilasi (assimilation), dan akulturasi (acculturation).
Proses interaksi sosial disosiatif adalahproses oposisi (oppositional process) yang berarti berjuang melawan seorang ataupun sekelompok orang untuk meraih tujuan tertentu. Interaksi disosiatif dibedakan menjadi beberapa bentuk antara lain persaingan (competition), kontravensi atau sikan menentang dengan tersembunyi, pertikaian sebagai lanjutan dari kontravensi, dan pertikaian atau konflik.
Gea, Wulandari, dan Babari (2003) melihat suatu kebutuhan berinteraksi manusia dimana setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orangorang lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang satu dengan lainnya, yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi.
Menurut Morey (2004), pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses saling mempengaruhi antara pihak pihak yang berinteraksi didalamnya. Maka, hal yang dianggap paling ideal dalam berinteraksi adalah bertatap muka.
Syarat Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (2007), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
- Adanya kontak sosial (social-contact); dan
- Adanya komunikasi.
Kontak dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, kontak positif dan negatif atau kontak primer maupun sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling senyum, dll). Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui perantara seperti telepon, radio, surat maupun teknologi misalnya internet.
Dalam hal ini kontak sosial sekunder salah satunya bisa dilakukan melalui situs jaringan sosial. Dalam situs jaringan sosial, ketika seseorang mengirim pesan pada orang lain yang nantinya akan mendapat balasan langsung ataupun tidak langsung, maka orang tersebut dapat dikatakan telah melakukan kontak sosial.
Syarat yang kedua adalah komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap dan perilaku orang lain yang berbentuk perilaku, sikap dan pembicaraan, dan perasaan sehingga orang akan membuat reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami (Bungin, 2006).
Menurut Sarwono (2002) dari berbagai jenis komunikasi yang ada, komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap muka) adalah yang efektif serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis. Aspek tersebut antara lain :
- Tatap muka;
- Adanya hubungan dua arah secara langsung;
- adanya niat, kehendak, atau intens dari kedua belah pihak.