Apa yang dimaksud dengan Informasi Asimetris (Asymmetric Information)?

Informasi Asimetris

Informasi Asimetris (asymmetric information) merupakan perbedaan informasi yang didapat antara salah satu pihak dengan pihak lainnya dalam kegiatan ekonomi. Informasi asimetris ini misalnya saja terjadi antara investor yang akan melakukan investasi di dalam pasar modal. Investor harus mengetahui saham dengan baik sebelum investor tersebut melakukan investasi. Hal ini membuat investor akan mencari tahu saham dengan lengkap serta tepat untuk perusahaan agar mendapatkan capital gain di masa mendatang.

1 Like

Definisi Asimetris Informasi


Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan.

Pengertian asimetri informasi menurut Scoot (2009) adalah sebagai berikut :

“Frequently, one type of participant in the market (sellers, for example) will know something about the assets being traded the another type of participant (buyers) does not know. When this situation exits, the market is said to be characterized by information asymmetry”

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa asimetri informasi merupakan salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut memiliki keunggulan dan kelebihan informasi mengenai aset yang diperdagangkan dibandingkan dengan pihak lain.

Menurut Jogiyanto (2010) pengertian asimetri informasi adalah kondisi yang menunjukan sebagian investor mempunyai informasi dan yang lainnya tidak memiliki”.

Menurut Suwarjono (2014) Asimetri informasi adalah dimana manajemen sebagai pihak yang lebih menguasai informasi dibandingkan investor/kreditor.

Menurut Mamduh M. Hanafi (2014), mengatakan bahwa “Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat, teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan, pihak tertentu mempunyai informasi lebih baik dibandingkan dengan pihak luar".

Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibandingkan pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal sebagai pemilik. Sehingga dengan adanya asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka meningkatkan utilitasnya. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemenkan laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.

Jenis-jenis Asimetri Informasi


Scott membagi asimetri informasi menjadi dua jenis berdasarkan bagaimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih unggul daripada pihak lainnya.

Menurut Scott (2009), terdapat dua jenis asimetri informasi yaitu:

Adverse Selection

“Adverse selection is a type of information asymmetry whereby one or more parties to a business transaction, or potential transaction, have an information advantage over other parties”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa adverse selection adalah jenis informasi yang diperoleh dimana satu atau lebih pihak dalam suatu transaksi bisnis, atau transaksi potensial memiliki keunggulan informasi melalui pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya mengetahui kondisi terkini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.

Moral Hazard

“Moral hazard is a type of information asymmetry whereby one or more parties to a business transaction, or potential transaction, can observe their actions in fulfillment of the transaction but other parties cannot”.

Berdasarkan pernyataan diatas, moral hazard adalah jenis informasi dimana satu atau lebih pihak dalam suatu transaksi bisnis, atau transaksi potensial, dapat mengamati tindakan mereka dalam pemenuhan transaksi tetapi pihak lain tidak bisa. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.

Indikator Asimetri Informasi


Dalam melakukan pengukuran terhadap asimetri informasi, penulis menggunakan produksi bid-ask spread . Bid-ask spread adalah selisih dari harga bid dan ask sehingga disebut bid-ask spread .

Menurut Clarks dan Sashri (2000), estimasi asimetri informasi dapat dilakukan berdasarkan tiga pendekatan utama, yaitu:

  • Berdasarkan analyst forecast

    Proksi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah keakuratan analisis dalam melakukan prediksi atas earning per share (EPS) dan diprediksi para ahli sebagai ukuran asimetri informasi.

    Masalah yang sering timbul dari perhitungan ini adalah para analis seringkali bersikap over-reacting terhadap informasi positif dan bersikap under- reacting terhadap informasi negatif. Selain itu, penggunaan forecast error sebagai caramenghitung asimetri informasi tidak selalu berhubungan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan melainkan mungkin berhubungan dengan fluktuasi dari earning dan bukan disebabkan oleh asimetri informasi yang lebih tinggi. Namun Chung et al. (1995) dalam Wasilah (2005), berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara pendapat analisis dengan selisih harga bid ask .

  • Berdasarkan kesempatan berinvestasi.

    Bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi mempunyai kemampuan lebih baik untuk memprediksi arus kas pada periode mendatang.Prediksi tersebut berdasarkan aset perusahaan.Beberapa proksi yang banyak digunakan adalah rasio market value to book value dari ekuitas, market to book value dari aset, price earnings ratio .

    Alasan menggunakan rasio tersebut adalah sebagai berikut:

    • Rasio market to book value dari ekuitas dan assets, selain mencerminkan kinerja perusahaan, juga mencerminkan potensi pertumbuhan perusahaan dengan aset yang dimilikinya.

    • Price earning ratio mencerminkan risiko dari pertumbuhan earning yang dihadapi perusahaan.

  • Berdasarkan teori market microstructure .

    Yang menjadi perhatian luas dari teori ini adalah bagaimana harga dan volume perdagangan dapat dibentuk. Untuk melihat kedua faktor tersebut melalui bid-ask spread yang menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut memberikan kontribusi kerugian yang dialami dealer (perusahaan) ketika melakukan transaksi dengan pedagang informasi (informasi traider). Bid-ask spread merupakan selisih harga tertinggi dimana trade (pedagang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah dimana trader bersedia menjual saham tersebut.

    Menurut Jogiyanto (2010) Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel asimetri informasi dapat dilihat dari selisih harga beli terendah yang diajukan oleh pembeli dan harga jual tertinggi yang diminta oleh penjual.

Asimetri informasi adalah suatu keadaan yang muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa depan dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Ketika timbul asimetri informasi keputusan ungkapan yang dibuat untuk manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk saham-saham perusahaan (Rina, dkk 2011) Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agent) dengan pemilik (principal).

Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi (Nasution dan Doddy, 2007). Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku oportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan kesejahteraan sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal.

Asimetri informasi sangat berkaitan erat dengan praktik manajemen laba. Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang lebih sedikit daripada manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya tersebut untuk melakukan praktik manajemen laba.

Menurut Scott (2000) dalam Wisnumurti (2010) terdapat dua macam asimetri informasi, yaitu;

  1. Adverse selection
    Adverse selection , yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan dengan pihak luar. Dan mungkin terdapat faktafakta yang tidak disampaikan kepada principal

  2. Moral Hazard
    Moral hazard , yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham, kreditor), sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan

Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara jumlah informasi yang dimiliki oleh manajemen perusahaan dengan jumlah informasi yang dimiliki oleh pihak diluar perusahaan. Menurut Hendriksen and Breda (2001) menyatakan bahwa, “Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana muncul suatu masalah yang disebabkan oleh ketidaklengkapan informasi, yaitu ketika manajer mengetahui informasi yang lebih banyak tentang perusahan dan prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang saham”.

Menurut Diantimala dan Hartono (2001) dalam Sunyoto, (2012) asimetri informasi adalah penyebaran informasi yang tidak merata dalam pasar. Dan penelitian ini didukung oleh Scott (2008) yang menyatakan bahwa asimetri informasi merupakan salah satu kondisi dalam transaksi bisnis dimana salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut memiliki keunggulan dan kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak lain.

Menurut Suhendah dan Imelda (2012) dalam Dewi dan Chandra, (2016) asimetri informasi adalah kondisi terdapat informasi yang tidak seimbang antara informasi yang dimiliki manajer dan stakeholders . Asimetri informasi merupakan keadaan manajemen memiliki akses informasi atas perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri lingkungan kerja dan perusahaan.

Menurut Supriyono (2000) dalam Adriani, (2013) asimetri informasi adalah situasi yang terbentuk karena prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen sehingga prinsipal tidak pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha agen terhadap hasil-hasil perusahaan yang sesungguhnya. Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dan pemilik (prinsipal).

Semakin berkembangnya era globalisasi dan mengalami kemajuan di di bidang teknologi, asimetri informasi cenderung menjadi berkurang karena kemudahan dalam mengakses dan mendapatkan segala informasi dengan cepat dan mudah. Menurut Investopedia (2014), terdapat dua masalah utama dalam asimetri informasi yaitu :

  1. Adverse Selection
    Perilaku yang tidak bermoral yang mana dengan cara mengambil keuntungan dari asimetri informasi sebelum transaksi.

  2. Moral Hazard
    Perilaku yang tidak bermoral yang mana dengan cara mengambil keuntungan dari asimetri informasi setelah transaksi.

Referensi
  1. Dewi, A P. 2018. Pengaruh Asimetri Informasi Dan Tingkat Disclosure Terhadap Cost Of Capital (Studi pada Perusahaan Manufaktur di ISSI 2015-2016). Skripsi. FEBIS IAIN Surakarta.
  2. Mustikawati, Andrie. 2015. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013). Skripsi. FEB UNDIP, Semarang.