Pembahasan tentang identitas budaya seringkali dikacaukan dengan istilah identitas sosial. Identitas soial terbentuk dari struktur sosial yang terbentuk dalam sebuah masyarakat. Sedangkan identitas budaya terbentuk melalui struktur kebudayaan suatu masyarakat.
Struktur budaya adalah pola-pola persepsi, berpikir dan perasaan, sedangkan struktur sosial adalah pola-pola perilaku sosial.
Dalam praktik komunikasi, identitas tidak hanya memberikan makna tentang pribadi seseorang, tetapi lebih dari itu, menjadi ciri khas sebuah kebudayaan yang melatarbelakanginya. Ketika manusia itu hidup dalam masyarakat yang multibudaya, maka di sanalah identitas budaya itu diperlukan.
Identitas budaya merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu. Itu meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, keturunan dari suatu kebudayaan (Liliweri, 2004: 87).
Sedangkan menurut Larry A. Samovar, Richard E. Porter dan Edwin R. McDaniel, identitas budaya merupakan adalah karakter khusus dari sistem komunikasi kelompok yang muncul dalam situasi tertentu.
Diverse groups can create a cultural system of symbols used, meanings assigned to the symbols, and ideas of what is considered appropriate and inappropriate. When the groups also have a history and begin to hand down the symbols and norms to new members, then the groups take on a cultural identity. Cultural identity is the particular character of the group communication system that emerges in the particular situation (Samovar, 2006).
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami ketika suatu kelompok masyarakat telah mewariskan simbol-simbol dan norma-norma secara turun temurun, maka berarti kelompok tersebut telah memiliki identitas budaya. Identitas budaya sangat berpengaruh terhadap kemampuan berkomunikasi antarbudaya. Kemampuan orang berdasarkan kategorisasi, strata sosial, pola kepercayaan, pola pikir dan pola perasaan berdasarkan kebudayaan tertentu akan berbeda satu sama lain.
Menurut Phinney yang dikutip dari smartpsikologi.blogspot.com, ada empat hal yang mungkin dilakukan remaja etnis minoritas dalam upaya hidup bersama kelompok mayoritas:
-
Asimilasi (mencoba mengadopsi norma-norma budaya mayoritas dan standar mereka, namun sementara itu tetap menganggap mayoritas bukan sebagai kelompoknya).
-
Marginaliti (hidup bersama budaya mayoritas tetapi sebagai orang asing dan tidak diterima).
-
Separasi (memisahkan diri dari budaya ayoritas dan tetap memakai budaya sendiri).
-
Bikulturalisme (mengadopsi nilai-nilai mayoritas dan minoritas secara berbarengan).
Daphne A. Jameson dalam jurnalnya Reconceptualizing Cultural Identity and Its Role in Intercultural Business Communication (2007: 281-285) menyebutkan bahwa identitas budaya memiliki atribut sebagai berikut:
-
Cultural identity is affected by close relationship (identitas budaya dipengaruhi oleh hubungan dekat).
-
Cultural identity changes over time (identitas budaya berubah sesuai dengan waktu).
-
Cultural identity is closely intertwined with power and privilege (idenitas budaya erat kaitannya dengan kekuasaan dan hak istimewa).
-
Cultural identity may evoke emotions (identitas budaya bisa membangkitkan emosi).
-
Cultural identity can be negotiated through communication (identitas budaya bisa dinegosiasikan melalui komunikasi).