Apa Yang Anda Ketahui Tentang Ibadah Qurban atau Kurban?

Kurban

Qurban atau Kurban adalah usaha pendekatan diri seorang hamba kepada penciptanya dengan jalan menyembelih binatang yang halal dan dilaksanakan sesuai dengan tuntunan, dalam rangka mencari ridla-Nya.

Apa yang Anda ketahui tentang ibadah Qurban atau Kurban ?

Qurban, identik dengan kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail ‘Alaihisallam. Dari Kisah dua utusan Allah ini, ada makna qurban yang kita gali, salah satunya adalah makna tentang keikhlasan dan ketundukan pada perintah Allah Ta’ala.

Qurban (kurban) adalah hewan tertentu yang disembelih bagi manusia untuk menjadi lebih dekat dengan kasih sayang Allah. Dalam fiqh, qurban disebut “udhiyya” yang berarti hewan yang disembelih saat Idul Adha. Menyembelih binatang disebut “tadhiyya” yang berarti menyembelih hewan khusus pada waktu tertentu dengan niat ibadah dan ketaatan. Ini juga dapat disebut “zabh” dan “Nahr”.

Menurut salah satu ceramahnya, Ustadz dr. Amir Faishol Fath mengungkapkan bahwa secara bahasa qurban berasal dari kata Qoroba Yaqrobu yang artinya mendekat. Oleh karena itu qurban adalah salah satu ibadah yang mendekatkan diri seseorang kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Selain ibadah yang mendekatkan diri kepada sang pencipta, Allah Subhanahu Wata’ala. Ibadah qurban juga memiliki faktor hablumminannas yakni memberikan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Qurban adalah ibadah yang mendekatkan diri kepadaNya dan disisi lain membantu masyarakat yang kurang mampu untuk merasakan lezatnya daging qurban yang jarang disantap dalam keseharian.

Salah satu makna yang paling dalam dari ibadah qurban adalah sebagai bentuk penghambaan kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan membahagiakan sesama. Qurban adalah bentuk keshalehan sosial dimana pequrban akan merasakan indahnya berbagi bagi sekitar. Hal ini tak lepas dari arti kata qurban tersendiri dimana berarti ‘mendekat’. Qurban akan mendekatkan secara emosional bagi si kaya atau si miskin dengan sama-sama merasakan santapan qurban di hari raya idul adha.

Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” yang berarti dekat. Kurban dalam Islam juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.

Dalil Disyari’atkannya Kurban

Allah SWT telah mensyariatkan kurban dengan firman-Nya,

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (Al-Kautsar: 1-3).

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai syiar Allah. Kamu banyak memperoleh kebaikan dari padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya.” (Al-Hajj: 36).

Keutamaan Ibadah Kurban

Dari Aisyah ra, Nabi saw bersabda,

“Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari raya Kurban yang lebih dicintai Allah SWT dari menyembelih hewan Kurban. Sesungguhnya hewan Kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah Kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) Kurban itu.” (HR Tirmidzi).

Hukum Berkurban

Ibadah kurban hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Bagi orang yang mampu melakukannya lalu ia meninggalkan hal itu, maka ia dihukumi makruh. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Nabi saw pernah berkurban dengan dua kambing kibasy yang sama-sama berwarna putih kehitam-hitaman dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelih kurban tersebut, dan membacakan nama Allah serta bertakbir (waktu memotongnya).

Dari Ummu Salamah ra, Nabi saw bersabda,

“Dan jika kalian telah melihat hilal (tanggal) masuknya bulan Dzul Hijjah, dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia membiarkan rambut dan kukunya.” HR Muslim

Arti sabda Nabi saw, ” ingin berkorban” adalah dalil bahwa ibadah kurban ini sunnah, bukan wajib.

Diriwayatkan dari Abu Bakar dan Umar ra bahwa mereka berdua belum pernah melakukan kurban untuk keluarga mereka berdua, lantaran keduanya takut jika perihal kurban itu dianggap wajib.

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagaian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah telah Kami tundukkan unta-unta itu, mudah-mudahan kamu bersyukur.

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Hajj (22): 36-37)

Hewan Qurban

Para ulama sepakat – ijma’ – bahwa hewan qurban itu hanya dapat diambil dari na’am atau hewan ternak. Yang dimaksud hewan ternak di sini adalah unta, sapi/kerbau, dan kambing/domba, baik jantan maupun betina. Mereka juga sepakat bahwa yang lebih utama di antaranya adalah unta, kemudian sapi, lalu kambing secara berurutan. Alasannya ialah karena unta disebabkan besarnya lebih banyak manfa’at bagi fakir miskin, begitu juga sapi lebih bermanfaat dari kambing.

Hanya mereka berselisih pendapat manakah yang lebih utama bagi seseorang, apakah memberikan sepertujuh unta, sepertujuh sapi ataukan seekor kambing. Tampaknya yang lebih kuat adalah yang berdasarkan pertimbangan mana di antaranya yang lebih banyak manfaatnya bagi fakir miskin.

Batas Minimal Hewan Qurban

Seseorang boleh memberikan hewan qurban sebanyak yang dikehendakinya. Rasulullah saw telah menyerahkan seratus ekor unta, dan pemberiannya itu merupakan pemberian sukarela. Dan batas sekurang-kurangnya yang memadai buat satu orang, ialah seekor kambing, atau sepertujuh unta dan sepertujuh sapi, karena seekor unta atau seekor sapi, cukup buat tujuh orang. Berkata Jabir r.a.:

“Kami menunaikan haji bersama Rasulullah saw, maka kami sembelih satu ekor unta untuk tujuh orang, dan satu ekor sapi untuk tujuh orang.” (HR Ahmad dan Muslim).

Referensi

http://insanmadanijambi.org/hal-terkait-ibadah-qurban/

Saya takwil kata terakhir ayat kedua surat al kautsar…( wanhar )

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَر .

“Maka dirikanlah sholat karena tuhanmu dan berqurbanlah”

Anhar ٱنۡحَر disitu diartikan berqurbanlah. Ini karena nahar نۡحَر itu artinya menyembelih atau menggorok leher. Lah, umumnya konteksnya difahami sebagai menyembelih hewan qurban.

Saya akan takwilkan anhar ٱنۡحَر

  1. alif ٱ ==> perintah/instruksi
  2. nun نۡ ==> jiwa/diri
  3. ha حَ ==> hubungan
  4. ro ر ==> Tuhan yang maha pengatur

Jadi makna takwil dari anhar ==> Suatu perintah untuk menghubungkan jiwa kepada Allah.

berqurbanlah ==> maksudnya hubungkan jiwamu kepada Allah. Dengan cara:

Menyembelih binatang, itu maksudnya menyembelih sifat-sifat hewaniah dalam dirimu. Jangan hanya kambing dan sapi saja yang jadi korban.

SIFAT HEWAN DALAM DIRI MANUSIA

Sebetulnya dalam diri manusia sangat banyak sekali stok sifat-sifat hewan yang telah kita sengaja dipelihara dan selalu diberikan makan sehingga sifat-sifat hewani dalam diri kita lebih dominan ketimbang sifat-sifat Insani (manusia).

Wujud batiniah manusia adalah tingkah laku (akhlak), hati manusia dibentuk oleh amal-amal yang dikerjakan. Manusia memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi apa saja, sejak binatang yang paling rendah sampai kepada malaikat yang di dekatkan kepada Allah. Tidak henti-hentinya jati diri manusia berubah sesuai dengan perubahan amal dan akhlak.

Bentuk manusia ditentukan oleh amal perbuatan. Jika selalu mengecoh, menipu, atau memperdayakan orang wujudnya akan menjadi monyet. Jika yang dikejar manusia hanyalah kenikmatan lahiriah -makan, minum, dan seks, maka wujudnya yang hakiki adalah babi.

Jika manusia bekerja sebagai pemimpin -perusahaan, negara, organisasi, atau apa saja; lalu kita terbiasa merampas hak bawahan kita, menindas mereka, dan memperkaya diri di atas keringat dan darah mereka, wujud kita yang sebenarnya adalah singa, macan atau binatang buas lainnya.

Jika kita setiap hari isinya hanya mencaci dan menghina orang lain, maka wujud kita yang hakiki adalah hewan Anjing yang suka menggonggongi orang lain.
Nafsu atau jiwa binatang pada manusia sangat banyak sekali, tergantung manusianya, mau dikembangkan dan subur sifat-sifat binatang tersebut, atau dikikis habis dan dibersihkan dari jiwa kita.

Adapun sifat-sifat tersebut antara lain:

  1. Nafsu kalbiyah: Sifat anjing, yang perwujudannya antara lain suka memonopoli sendiri, suka menilai dan menghina orang lain.

  2. Nafsu himariyah: jiwa keledai, yang pandai memikul namun tidak mengerti secuil pun apa yang dipikulnya. Dengan kata lain, ia tak memahami masalah.

  3. Nafsu sabu’iyah: jiwa serigala (suka-suka menyakiti atau menganiaya orang lain dengan cara apa pun).

  4. Nafsu fa’riyah: nyali tikus, sebangsa merusak, menilep, atau semacamnya.

  5. Nafsu dzatis-suhumi wa hamati wal-hayati wal-aqrabi, yaitu jiwa binatang penyengat berbisa sebagai ular dan kalajengking. (Senang menyindir-nyindir orang, menyakiti hati orang lain, dengki, dendam, dan semacamnya).

  6. Nafsu khinziriyah: sifat babi, yakni suka kepada yang kotor,busuk, apek, dan yang menjijikkan.

  7. Nafsu thusiyah: nafsu Burung merak, antara lain suka menyombongkan diri, suka pamer, berlagak-lagu, busung dada, dan sebagainya.

  8. Nafsu jamaliyah: nafsu unta (tidak mempunyai sopan santun, kasih sayang, tenggang rasa sosial, tak peduli kesusahan orang, yang penting dirinya selamat dan untung).

  9. Nafsu dubbiyah: jiwa beruang, biarpun kuat dan gagah, tapi akalnya dungu.

  10. Nafsu qirdiyah: jiwa beruk alias munyuk atau monyet (diberi ia mengejek, tak dikasih ia mencibir, sinis, dan suka melecehkan/memandang enteng).

Dan masih banyak lagi-sifat-sifat binatang selain penjabaran di atas.
Untuk itu tidak usah jauh-jauh dalam mencari hewan Qurban, cukup mencari ke dalam diri kita, ternyata dalam jiwa kita adalah kebun bintang yang besar isinya penuh dengan aneka hewan. Jika kita membiarkan sifat-sifat Hewani dalam diri kita, maka derajat kita secara bathin adalah hewan.

:man_with_turban:‍♂ Syeikh Muhammad zuhri ( Abah FK )