Apa yang Dimaksud dengan Hipomania?

Hipomania adalah keadaan suasana hati yang meningkat secara tidak normal, ekspansif, atau mudah tersinggung yang biasanya disertai dengan kemegahan, kurang tidur, bicara yang cepat atau tertekan, gagasan yang kabur, distractibility, perilaku motorik tingkat tinggi yang sering diarahkan pada tujuan, agitasi psikomotorik, dan tingkat ketidaknormalan yang tinggi dalam keterlibatan aktivitas menyenangkan yang memiliki konsekuensi negatif seperti pesta seks atau pengeluaran liar atau investasi uang.

Sumber : David Matsumoto, The Cambridge Dictionary of Psychology

Hipomania dapat digambarkan sebagai mood puncak dalam bipolar disorder . Dalam episode hipomania, seorang individu dapat merasa euphoria dan bertenaga (American Psychiatric Association, 2000). Dari segi diagnosa, gejala hypomania tidak mengalami perubahan dari DSM-IV ke DSM-V.

Gejala Hipomania


Episode hipomania merupakan bagian dari mood disorder. Terdapat sejumlah kriteria, sebelum seorang individu dapat dinyatakan mengalami episode hipomania (American Psychiatric Association, 2000). Kriteria tersebut adalah:

  • Periode tidak wajar pada individu yang jelas berbeda. Secara persisten individu menunjukkan elevated, expansive, atau irritable mood dan adanya peningkatan tenaga atau aktivitas yang bertujuan. Hal di atas bertahan setidaknya selama satu minggu dan tampak pada sebagian besar waktu, hampir setiap hari (atau selama durasi apapun jika perawatan rumah sakit diperlukan).

  • Selama periode gangguan mood dan peningkatan tenaga atau aktivitas, tiga (atau lebih) gejala berikut (empat bila hanya ada mood irritable) tampak jelas dan menunjukkan perubahan dari perilaku biasanya:

    1. self-esteem berlebih atau grandiosity.
    2. Menurunnya kebutuhan tidur (contohnya merasa telah beristirahat cukup hanya dengan tidur 3 jam).
    3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara.
    4. Banyak gagasan yang bermunculan atau perasaan subjektif akan pikiran yang berpacu.
    5. Perhatian mudah teralihkan (contohnya perhatian terlalu mudah teralihkan oleh stimulus luar yang tidak penting ataupun relevan), sesuai laporan observasi ataupun laporan pribadi.
    6. Peningkatan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu (dapat saja tujuan sosial, pekerjaan, sekolah, atau seksual) atau agitasi psikomotor.
    7. Keterlibatan berlebih dalam aktivitas menyenangkan yang memiliki resiko buruk (seperti membeli barang secara berlebihan,melakukan investasi bisnis yang merugikan, melakukan tindakan seksual yang tidak pantas).
  • Episode ini dapat dikaitkan pada perubahan aktivitas individu.

  • Gangguan dalam mood dan aktivitas dapat terlihat oleh orang lain.

  • Episode ini tidak cukup parah untuk menyebabkan individu dirawat di rumah sakit atau melempuhkan kemampuan sosial dan pekerjaan. Bila ada psychotic features, episode ini digolongkan manic.

  • Episode tidak terkait dampak psikologis dari penggunaan obat-obatan.

Epidemiologi Hipomania


Individu yang berada dalam episode Hipomania memiliki kebutuhan untuk meluapkan emosi yang kuat secara aktif. Mood mereka yang bersifat ‘ euphoria ’ akan tampak tidak sesuai dengan keadaan yang mereka alami. Kendati demikian, tidak semua penderita mania menunjukkan kebahagian, beberapa dapat menjadi amat pemarah, terutama ketika merasa ambisinya dihalangi.

Pada satu penelitian, peneliti meminta psikiater dari Amerika Serikat, India, dan Inggris untuk menonton rekaman wawancara dan menilai tingkat gejala manic. Psikiater dari Amerika Serikat dan India cenderung untuk melihat gejala yang lebih parah dibandingkan psikiater dari Inggris. Kebudayaan mungkin membentuk kecenderungan untuk melabel perilaku sebagai gejala manic.

Lebih dari setengah penderita bipolar melaporkan episode Hipomania pertama mereka sebelum usia 25. Dari segi jenis kelamin, jumlah laki-laki dan perempuan yang mengalami episode mania/hipomania tidak terlalu berbeda. Sekitar dua per tiga orang yang telah didiagnosa dengan episode Hipomania juga memenuhi kriteria anxiety disorder dan lebih dari satu per tiga melaporkan sejarah substance abuse.

Faktor Penyebab Hipomania


Pendekatan psychodynamic menyatakan bahwa Hipomania, sama seperti depresi, muncul dari hilangnya objek kesayangan. Beberapa orang menyikapi kehilangan tersebut dengan menjadi depresi, lainnya mengingkari kehilangan tersebut dan menjadi manic . Kendati demikian, penjelasan yang paling valid dapat ditemukan dalam pendekatan biologis.

  • Genetik
    Studi silsilah keluarga menyatakan bahwa individu dapat mewariskan kecenderungan mania dan depresi (American Psychiatric Association, 2013). Terdapat 40% kemungkinan episode Hipomania bila memiliki saudara kembar dengan gangguan tersebut. Bila seorang individu mengalami Hipomania dan depresi maka terdapat kemungkinan 5-10% anggota keluarga intinya mengidap gangguan tersebut.

  • Neurotransmitter
    Pada tahun 1960, dokter mengira bahwa mania disebabkan oleh aktivitas berlebih norepinephrine. Karena aktivitas serotonin seringkali terjadi bersama norepinephrin dalam depresi, banyak yang mengira bahwa mania juga terkait dengan tingkat serotonin yang tinggi. Kendati demikian, korelasi seperti itu tidak ditemukan. Pada nyatanya, penelitian membuktikan bahwa mania terkait dengan aktivitas rendah serotonin, sama seperti depresi. Tingkat serotonin yang rendah dan aktivitas norepinephrine tinggi mungkin mengarah pada mania.

  • Struktur Otak
    Studi otopsi telah mengidentifikasi sejumlah kelainan bentuk otak pada individu dengan sejarah episode Hipomania. Contohnya basal ganglia dan cerebellum individu ini cenderung untuk lebih kecil dari biasanya. Selain itu, amygdala , hippocampus , dan prefrontal cortex juga memiliki kelainan struktur. Masih belum jelas peran kelainan struktur ini dalam sejarah Hipomania. Mungkin saja mereka menyebabkan kelainan neurotransmitter atau sebaliknya, kelainan struktur otak ini disebabkan oleh neurotransmitter penderita Hipomania.

Dampak Hipomania


Hipomania termasuk gangguan mental yang paling berat. Satu per tiga orang tetap tidak memiliki pekerjaan selama satu tahun penuh setelah dirawat. Terdapat tingkat bunuh diri yang tinggi pada penderita bipolar I dan bipolar II. Satu dari empat individu dengan bipolar I dan satu dari lima orang dengan bipolar II melaporkan pernah mencoba melakukan bunuh diri. Individu dengan sejarah episode Hipomania memiliki resiko tinggi untuk menderita berbagai masalah medis, termasuk penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas, dan penyakit tiroid.

Permasalahan medis yang muncul seringkali cukup parah. Individu yang dirawat karena episode Hipomania memiliki kemungkinan dua kali lipat meninggal karena masalah medis bila dibandingkan dengan individu yang tidak menderita mood disorder.