Apa yang dimaksud dengan Herpes Simpleks ?

herpes simpleks

Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) adalah sejenis penyakit yang menjangkiti mulut, kulit, dan alat kelamin. Penyakit ini menyebabkan kulit melepuh dan terasa sakit pada otot di sekitar daerah yang terjangkit.

Apa yang dimaksud dengan Herpes Simpleks ?

Herpes Simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe 1 atau tipe 2, yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan. Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Infeksi primer oleh Virus Herpes Simpleks (HSV) tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan HSV tipe 2 biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.

Diperkiraan ada 536 juta orang yang berusia 15-49 tahun yang terinfeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 atau sekitar 16% dari populasi dunia pada rentang usia tersebut. Prevalensipenyakit ini lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria dan umumnya lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Infeksi primer HSV-1 biasanya terjadi pada anak dan subklinis pada 90% kasus, biasanya ditemukan perioral. Pada 10% sisanya, dapat terjadi gingivostomatitis akut. Infeksi primer HSV-2 terjadi setelah kontak seksual pada remaja dan dewasa, menyebabkan vulvovaginitis akut dan atau peradangan pada kulit batang penis. Infeksi primer biasanya disertai dengan gejala sistemik seperti demam, malaise, mialgia, nyeri kepala, dan adenopati regional. Infeksi HSV-2 dapat juga mengenai bibir.

Infeksi rekuren biasanya didahului gatal atau sensasi terbakar setempat pada lokasi yang sama dengan lokasi sebelumnya. Prodromal ini biasanya terjadi mulai dari 24 jam sebelum timbulnya erupsi.

Faktor Risiko

  1. Individu yang aktif secara seksual.
  2. Imunodefisiensi.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

Papul eritema yang diikuti oleh munculnya vesikel berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel ini dapat cepat menjadi keruh, yang kemudian pecah, membasah, dan berkrusta. Kadang-kadang timbul erosi/ulkus.

Tempat predileksi adalah di daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung untuk HSV-1, dan daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital untuk HSV-2. Untuk infeksi sekunder, lesi dapat timbul pada tempat yang sama dengan lokasi sebelumnya.

image
Gambar Herpes simpleks

Pemeriksaan Penunjang

Pada umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis Herpes simpleks tipe 1 Herpes simpleks tipe 2

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Catatan untuk diperhatikan:

  1. Infeksi primer.
  2. Fase laten: tidak terdapat gejala klinis, tetapi HSV dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
  3. Infeksi rekurens.

Diagnosis Banding

  1. Impetigo vesikobulosa.
  2. Ulkus genitalis pada penyakit menular seksual.

Komplikasi

Dapat terjadi pada individu dengan gangguan imun, berupa:

  1. Herpes simpleks ulserativa kronik.
  2. Herpes simpleks mukokutaneus akut generalisata.
  3. Infeksi sistemik pada hepar, paru, kelenjar adrenal, dan sistem saraf pusat.
  4. Pada ibu hamil, infeksi dapat menular pada janin, dan menyebabkan neonatal herpes yang sangat berbahaya.

Penatalaksana Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Terapi diberikan dengan antiviral, antara lain:
    a. Asiklovir, dosis 5 x 200 mg/hari selama 5 hari, atau
    b. Valasiklovir, dosis 2 x 500 mg/hari selama 7-10 hari.

  2. Pada herpes genitalis: edukasi tentang pentingnya abstinensia pasien harus tidak melakukan hubungan seksual ketika masih ada lesi atau ada gejala prodromal.

  3. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome.

Konseling dan Edukasi

Edukasi untuk infeksi herpes simpleks merupakan infeksi swasirna pada populasi imunokompeten. Edukasi untuk herpes genitalis ditujukan terutama terhadap pasien dan pasangannya, yaitu berupa:

  1. Informasi perjalanan alami penyakit ini, termasuk informasi bahwa penyakit ini menimbulkan rekurensi.

  2. Tidak melakukan hubungan seksual ketika masih ada lesi atau gejala prodromal.

  3. Pasien sebaiknya memberi informasi kepada pasangannya bahwa ia memiliki infeksi HSV.

  4. Transmisi seksual dapat terjadi pada masa asimtomatik.

  5. Kondom yang menutupi daerah yang terinfeksi, dapat menurunkan risiko transmisi dan sebaiknya digunakan dengan konsisten.

Kriteria Rujukan Pasien dirujuk apabila:

  1. Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi.
  2. Terjadi pada pasien bayi dan geriatrik (imunokompromais).
  3. Terjadi komplikasi.
  4. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.

Peralatan

Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit herpes simpleks.

Prognosis

Prognosis umumnya bonam, namun quo ad sanationam adalah dubia ad malam
karena terdapat risiko berulangnya keluhan serupa.

Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer

Referensi

  1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.
  3. Looker, K. J., Garnett, G. P. & Schmid, G. P. 2008. An Estimate Of The Global Prevalence And Incidence Of Herpes Simplex Virus Type 2 Infection. World Health Organization. Bulletin Of The World Health Organization, 86, 805-12, A. June 8, 2014. http://search.proquest.com/docview/229661081/fulltextPDF?accountid=17242
  4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta.