Apa yang dimaksud dengan harkat?

Harkat

Harkat adalah nilai manusia sebagai mahluk Allah SWT, yang dibekali daya cipta, rasa, dan karsa serta hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) harkat adalah derajat, kemuliaan

Harkat memiliki arti mulia, kualitas, nilai, dan kekuatan. Harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat di sukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi obyek kepentingan. Keistimewaan artinya, apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai suatu kebaikan.

Harkat diberikan arti kualitas diri dan kemuliaan. Secara pengertian dapat dikatakan bahwa harkat adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang dibekali daya cipta, rasa, dan karsa, serta hak dan kewajiban asasi. Harkat dapat dicapai bila manusia memiliki daya tersebut dan mampu mengamalkannya dengan baik.

Dengan harkat inilah manusia menjadi berbeda dengan makhluk lain ciptaan Tuhan di alam semesta. Harkat dapat dicapai hanya dengan jalan usaha mengamalkan nilai-nilai dalam Al-Qur’an.

Berkaitan dengan harkat itu, hakekat manusia memiliki dimensi- dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan tersebut yaitu dimensi kefitrahan, dimensi keindividulan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan dimensi keberagamaan (ketuhanan). Kata kunci dimensi kefitrahan adalah kejujuran dan kebenaran, dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan, dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan, dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral (akhlak), dan dimensi keagamaan (ketuhanan) adalah iman dan takwa.

Kelima dimensi kemanusiaan tersebut merupakan satu kesatuan, saling terkait dan berpengaruh. Pada dasarnya menyatu, berdinamika, dan bersinergi sejak awal kejadian individu sampai akhir kehidupannya.

Kelima dimensi itu menuju kepada perkembangan individu menjadi manusia seutuhnya. Untuk memungkinkan perkembangan individu ke arah yang dimaksud itu, dan dimensi kemanusiaannya berkembang dengan baik, manusia dikaruniai Tuhan lima jenis potensi yang dalam hal ini disebut panca daya, yaitu: daya takwa, daya cipta, daya rasa, daya karsa, dan daya karya. Kelima daya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Daya takwa, merupakan basis dan kekuatan pengembangan yang secara hakiki ada pada diri manusia (masing-masing individu) untuk mengimani dan mengikuti perintah dan larangan dari Tuhan Yang Maha Esa.

  • Daya cipta, bersangkut paut dengan kemampuan akal, pikiran, fungsi kecerdasan, dan fungsi otak.

  • Daya rasa, mengacu kepada kekuatan perasaan atau emosi dan sering disebut dengan unsur afektif. Hal-hal terkait dengan suasana hati dan penyikapan termasuk ke dalam daya rasa.

  • Daya karsa, merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu, secara dinamis begerak dari satu posisi ke posisi lain, baik adalam arti psikis maupun keseluruhan diri. Kemampuan atau keinginan berbuat atau will, dan semangat termasuk didalamnya prakarsa merupakan isi daya karsa.

  • Daya karya, mengarah kepada dihasilkannya produk-produk nyata, yang secara langsung dapat digunakan atau dimanfaatkan baik oleh diri sendiri, orang lain, dan/atau lingkungan.

Panca daya tersebut menjadi sisi hakiki dari keseluruhan dimensi kemanusiaan. Dalam kajian, panca daya dimanifestasikan sebagai intelegensi spiritual, intelegensi rasional, intelegensi emosional, intelegensi sosial, dan, intelegensi instrumental.

Manusia dianggap ada karena bergerak. Harkat manusia tercermin dari setiap gerakan dalam kegiatan kehidupan yang menghadirkan hasil, baik itu cinta, kasih-sayang, belajar, simpati, sosial, ibadah keagamaan, melakukan kewajiban pemenuhan kebutuhan hidup, dan lain-lain. Kualitas, kemuliaan, atau nilai diri manusia, baik subyektif maupun obyektif, adalah yang menuju ke wilayah kebaikan dan keluhuran. Sebab, kebenaran dan keluhuran ialah harkat itu sendiri, dan harkat adalah apresiasi dari kreatifitas positif.