Apa yang dimaksud dengan Hari Pembalasan ?

Hari pembalasan (Yaum al-din) berarti hari berakhirnya rangkaian alam kehidupan yang pernah dijalani manusia, mulai dari Alam Arwah, Alam Arham, Alam Fana’, dan Alam Barzakh (Alam Kubur). Yaum al-din disebut juga dengan yaum al-akhirah (hari akhirat) karena tidak ada lagi jenis kehidupan lain sesudahnya.

Apa yang dimaksud dengan Hari Pembalasan ?

Setelah semua mahluk bernyawa mati, beberapa saat kemudia Allah swt menghidupkan kembali mahluk-Nya yang pertama dibangkitkan adalah malaikat Israfil, karna ia ditugaskan meniup sangkakala, tiupan yang pertama untuk memberikan ketakutan dan kepanikan pada segenap mahluk (kecuali mereka yang dicintai Allah), tiupan yang kedua, untuk mematahkan para mahluk, dan tiupan yang ketiga untuk membangunkan segenap umat manusia dari dalam kuburnya menuju Allah, yang menguasai seluruh alam. Setelah manusia dihidupkan manusia tidak hidup di dunia lagi melainkan hidup di alam baru yaitu akhirat, kehidupan lain yang kekal dimana manusia akan diberi balasan atas perbuatan yang dahulu dilakukan selama di dunia.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 281.

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)”.

Allah telah mengubah langit maupun bumi dengan jalan didatarkan, dengan tidak ada yang rendah maupun yang tinggi, kemudian Allah menurunkan air, dari bawah Arsy, dan memerintahkan pada langit untuk menurunkan hujan, kemudian terjadilah hujan, kemudian Allah memerintahkan tubuh atau jasad-jasad itu untuk tumbuh, dan setelah itu, Allah berfirman agar Jibril dan Mikail hidup, lalu Allah memanggil pada roh-roh itu, roh orang Islam sebagai satu cahaya dan roh orang kafir tidak bisa menolongmu sedikitpun. Segala perkara pada hari itu dalam kekuasaan Allah, setiap orang hanya memikirkan dirinya sendiri, dan tidak ada pembelaan dari orang lain. Keyakinan adanya kehidupan sesudah mati tidak hanya merupakan kebenaran yang diajarkan oleh agama Islam, agama lain pun meyakini adanya kehidupan ini merupakan salah satu kebenaran yang diakui oleh akal sehat dan logika.

Akal dan logika mengharuskan adanya hubungan sebab dan akibat antara keutamaan dan kebaikan antara kejahatan dan keburukan. Dalam arti orang yang baik harus menerima kebaikan sebagaimana balasan perbuatan baiknya dan orang yang berdosa harus menerima keburukan sebagaimana balasan perbuatan yang jelek. Betapa banyak fenomena di dunia orang yang baik sengsara dan sial hidupnya dan orang jahatlah yang menikmati kesenangan hidup di dunia. Oleh karna itu, harus ada kehidupan lain yang ada keadilan dimana orang yang baik menerima balasan perbuatan-perbuatan baik yang dulu pernah mereka lakukan dan orang yang jahat menerima siksaan sebagian balasan kejahatan dan dosa yang dulu pernah mereka kerjakan.

Tetapi tidak sedikit orang yang mengingkarinya adanya kehidupan sesudah kehidupan di dunia mereka menganggap bahwa kematian merupakan awal ketiadaan yang sama sekali tidak akan diikuti dengan kehidupan lagi. Menghadapi para pengingkar, Al-Qur’an seringkali mengemukakan alasan-alasan pengingkaran baru kemudian menanggapi dan menolaknya, sebagaimana diungkapkan dalam surat An-Nahl ayat 38-40:

_“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati”. (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui (38) _
_agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, dan agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta (39) _
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka jadilah ia (40)”.

Begitu manusia dihidupkan kembali manusia digiring ke padang mahsyar (tempat berkumpul) dimana semua mahluk bernyawa akan dikumpulkan untuk dihukumi oleh Allah tentang segala amalnya, pada hari itu manusia dihisab. Hisab artinya hitungan atau perhitungan, maksudnya amal manusia baik maupun yang buruk, besar maupun yang kecil tidak akan luput dari perhitungan, sehingga tidak ada seorangpun yang teraniaya ataupun berdusta atas segala perbuatan yang dilakukannya.

Manusia akan mendapat balasan atas perbuatan yang pernah dilakukannya walaupun seberat atau sebab manusia hidup selama di dunia selalu diawasi malaikat Raqib dan Atid yang ditugaskan untuk mencatat perbuatan baik dan buruk yang dilakukan setiap manusia kecil ataupun besar yang mana buku tersebut akan diterima pada hari akhir sebagai saksi.

Referensi :

  • Umar Sulaiman Al Asygar, Ensiklopedi Kiamat dari Sakaratul Maut Sampai Neraka,
  • (Serambi: Gemala Ilmu dan Hikmah, 2010).
  • Menyaksikan Hari Kiamat, Cet Pertama, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1987).M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Yogyakarta: PT ARKOLA, 1994).