Apa yang dimaksud dengan harapan menurut Ilmu Psikologi?

Harapan

Harapan, menurut KBBI, adalah keinginan supaya menjadi kenyataan.

Snyder (1994) mendefinisikan harapan sebagai

“mental willpower plus waypower for goals”. Willpower, in this definition is “the driving force to hopeful thinking”. It is a sense of mental energy that helps move a person toward a goal. Waypower, the second component in the hope equation, is the mental capacity used to find a way to reach your goals. It reflects the mental plans or road maps that guide hopeful thought”.

Berdasarkan definisi harapan di atas, harapan terdiri dari komponen willpower dan waypower untuk mencapai tujuan (goals). Kedua komponen tersebut bersifat timbal balik, saling melengkapi dan berkorelasi positif.

Menurut teori harapan dari Snyder tersebut harapan merefleksikan persepsi individu terhadap kemampuan untuk mendefinisikan tujuan dengan jelas, berinisiatif dan mempertahankan motivasi untuk menggunakan berbagai strategi ( willpower thinking ), dan mengembangkan strategi yang spesifik untuk mencapai tujuan tersebut ( waypower thinking ).

Berdasarkan teori harapan, dapat dipahami bahwa harapan merupakan sesuatu yang dapat dibentuk dan dapat digunakan sebagai langkah untuk perubahan. Perubahan yang menguntungkan dapat menyebabkan individu mencapai hidup yang lebih baik. Setiap individu memiliki kemampuan untuk membentuk harapan karena mereka memiliki komponen dasar dalam kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan harapan. Perubahan yang berkaitan dengan harapan tersebut membutuhkan pembentukan dan pemeliharaan kekuatan pribadi dalam konteks hubungan yang suportif/saling membantu (Snyder, 1994).

Menurut Linley & Joseph (1994) harapan dapat dipahami sebagai gabungan dari motivasi intrinsik, self efficacy pribadi dan harapan akan hasil. Hal- hal yang berhubungan dengan faktor eksternal tidak termasuk dalam teori harapan tersebut (misalnya, individu menganggap bahwa dirinya pulih dari penyakit kronis karena dirawat oleh dokter yang kompeten, bukan karena faktor dalam dirinya).

Komponen Harapan


Komponen harapan dari Snyder (1994) terdiri dari 3 komponen, yaitu tujuan (goals), willpower dan waypower.

  • Tujuan (goals) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang menjadi target atau titik akhir dari urutan aktivitas mental.

  • Willpower mengarah pada motivasi yang diperlukan untuk memulai dan mempertahankan langkah menuju tujuan. Menurut Braithwaite (2004), willpower merupakan persepsi diri yang dapat digunakan sepanjang jalan untuk mencapai tujuan. Memiliki willpower bermanfaat untuk memulai sesuatu dan mempertahankan ketekunan dalam perjalanan mencapai tujuan.

  • Waypower merupakan langkah atau jalan menuju tujuan yang diinginkan, diperlukan untuk mencapai tujuan dan mengarahkan individu jika menjumpai halangan.

Tujuan (goals)

Tujuan merupakan obyek, pengalaman, atau hasil yang dibayangkan dan diinginkan dalam pikiran individu. Hal tersebut merupakan sesuatu yang individu inginkan untuk didapatkan atau dicapai (Snyder, 1994). Individu ingin mengalami, mendapatkan, menciptakan ataupun menjadikan keinginannya menjadi kenyataan. Tujuan tersebut dapat berupa sesuatu yang penting dan membutuhkan waktu lama (misalnya, mengembangkan teori mengenai motivasi manusia) atau berupa sesuatu yang bersifat sederhana (misalnya, berkendaraan ke sekolah).

Tujuan tersebut juga dapat bervariasi, dalam arti persepsi individu mengenai kemungkinan untuk mencapai sesuatu, bervariasi dari sangat rendah sampai sangat tinggi. Dalam hal ini, individu yang memiliki harapan tinggi cenderung untuk membuat tujuan yang meningkat sedikit demi sedikit dari tujuan yang telah dicapai sebelumnya (Linley & Joseph, 2004).

Snyder, et. al. (1991) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa individu yang memiliki harapan lebih tinggi cenderung untuk menciptakan tujuan dalam berbagai bidang kehidupan, dan memiliki tujuan yang meningkat sedikit demi sedikit (Westerop, 2002).

Willpower

Willpower merupakan energi mental yang menggerakan individu untuk berpikir penuh dengan harapan dan mengarahkan individu menuju tujuan yang ingin dicapai (Snyder, 1994). Willpower merupakan sesuatu yang menentukan dan mempertahankan serta membantu individu ketika bergerak menuju arah tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, willpower dapat menggerakkan persepsi individu bahwa ia mampu untuk berinisiatif dan mempertahankan perilaku yang mengarah pada tujuan yang diinginkan.

Walaupun willpower dapat digunakan pada berbagai macam tujuan, akan lebih mudah untuk melaksanakan hal tersebut jika individu telah memiliki bayangan tentang suatu tujuan yang penting. Willpower akan lebih mudah dibentuk jika individu memahami dengan jelas dan dapat merepresentasikan tujuan dalam pikirannya. Tujuan yang tidak jelas tidak dapat membuat individu bergerak untuk mencapai tujuan. Individu yang memiliki willpower merupakan individu yang telah memahami serta fokus pada apa yang ia inginkan untuk dirinya dan mengetahui dengan tepat bagaimana cara mencapai tujuan. Jika individu mampu untuk memperjelas tujuannya, maka ia akan dipenuhi oleh pikiran yang aktif dan penuh kekuatan.

Kemampuan individu untuk menghasilkan willpower ditentukan sebagian oleh pengalaman individu menyatukan pikiran dan tubuh dalam mencapai tujuan sebelumnya. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah willpower bukan merupakan sesuatu yang diperoleh ketika mengejar tujuan tanpa mengalami rintangan dalam kehidupan. Sebaliknya, hal tersebut berdasarkan pengetahuan tacit ( tacit knowledge) kita bahwa kita mampu berjalan melewati rintangan menuju tujuan selama saat-saat penuh tekanan, kita mampu menggunakan usaha mental untuk mengatasinya. Oleh sebab itu, individu yang mempunyai keinginan yang kuat ( willpower tinggi) merupakan individu yang dapat mengatasi kesulitan.

Sebagai contoh, penting bagi individu untuk menerapkan willpower pada situasi seperti mencari pekerjaan, mencari pasangan, memiliki anak, dan menghadapi suatu penyakit.

Waypower

Waypower merupakan rencana mental atau peta jalan yang dapat mengarahkan cara individu untuk dapat berpikir penuh dengan harapan (Snyder, 1994). Waypower menunjukkan rute dimana individu harus berjalan dari satu tempat menuju tujuan yang diinginkan. Waypower merupakan kapasitas mental yang dapat digunakan untuk menemukan satu atau beberapa jalan yang efektif untuk mencapai tujuan. Persepsi bahwa seseorang dapat terlibat dalam cara berpikir penuh harapan merupakan hal yang penting dalam pembentukan waypower .

Sama halnya dengan willpower, waypower juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Waypower (kemampuan untuk merencanakan) mengenai sesuatu dapat diaplikasikan pada beberapa tujuan yang berbeda, terutama jika tujuan yang ingin dicapai telah didefinisikan dengan jelas. Waypower juga ditentukan oleh pengalaman individu sebelumnya ketika berhasil menemukan satu atau lebih jalan menuju tujuan. Perasaan individu yang merasa mampu untuk menemukan berbagai jalan jalan menuju tujuan dipengaruhi oleh faktor seperti sukses menemukan jalan lain menuju tujuan ketika jalan kita yang utama memiliki rintangan. Keadaan mental tersebut menyebabkan individu menemukan jalan alternatif menuju tujuan yang diinginkan.

Kombinasi Willpower dan Waypower


Menurut teori harapan, komponen willpower dan waypower merupakan dua komponen yang diperlukan. Namun, jika salah satunya tidak tercapai, maka kemampuan untuk mempertahankan pencapaian tujuan tidak akan mencukupi. Komponen willpower dan waypower merupakan komponen yang saling melengkapi, bersifat timbal balik, dan berkorelasi positif, tetapi bukan merupakan komponen yang sama. Kedua komponen tersebut dapat dipahami secara berkelanjutan selama seseorang menggunakan informasi umpan balik dari lingkungan dalam situasi mencapai tujuan (Bailey, et. al., 2007).

Oleh sebab itu, teori harapan tersebut spesifik pada kemampuan untuk menghasilkan rencana untuk mencapai tujuan dan kepercayaan pada kemampuan untuk mengimplementasikan tujuan tersebut. Individu yang memiliki kemampuan dalam willpower seharusnya disertakan juga dengan waypower. Namun, beberapa individu tidak mengalami hal tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa tidak semua individu yang memiliki willpower akan memiliki waypower. Jika individu memiliki keduanya, dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki harapan tinggi. Hal tersebut disebabkan karena salah satunya tidak cukup untuk membentuk harapan yang tinggi (Snyder, 1994).

Snyder (1994) membuat empat kategori mengenai kombinasi willpower dan waypower. Kombinasi tersebut adalah willpower dan waypower rendah, willpower tinggi dan waypower rendah, willpower rendah dan waypower tinggi, serta willpower dan waypower tinggi.

  • Individu yang memiliki willpower dan waypower rendah hanya memiliki sedikit keyakinan bahwa mereka akan meraih kesuksesan dalam mewujudkan tujuannya. Individu dengan karakteristik seperti ini juga terkadang memiliki masalah, yaitu tidak memiliki tujuan sama sekali. Harapan yang rendah memiliki dampak bagi keseluruhan kehidupan individu. Tanpa keinginan untuk bertindak dan perencanaan, individu dapat mengalami depresi. Perasaan depresi tersebut muncul karena individu berpikir bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan tujuan mereka. Selain itu, emosi negatif dapat semakin meningkat jika individu tidak memiliki kemampuan untuk mendefinisikan tujuan secara jelas.

  • Individu dengan willpower tinggi dan waypower rendah memiliki keyakinan untuk meraih tujuan yang diinginkan. Namun, individu dengan karakteristik seperti ini memiliki masalah dalam berpikir mengenai cara yang paling berhasil untuk mencapai tujuannya. Jika individu berada terlalu lama dalam keadaan ini, maka individu tersebut dapat mengalami kemarahan atau frustrasi. Selanjutnya, individu tersebut akan kehilangan willpower nya.

  • Individu dengan willpower rendah dan waypower tinggi merupakan individu yang tidak memiliki energi mental yang cukup untuk mewujudkan rencana yang dimiliki. Individu yang berada dalam keadaan ini akan mengalami burnout. Banyak individu yang memiliki willpower rendah terlihat seperti mengerjakan sesuatu yang dapat membuat orang lain terkesan. Namun, individu tersebut sebenarnya tetap berada dalam tahap yang sama.

  • Individu yang memiliki willpower dan waypower tinggi adalah individu yang menyimpan tujuan yang jelas dan memikirkan cara untuk meraih tujuan tersebut di dalam pikiran mereka. Mereka mudah berinteraksi dengan orang lain dan memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan. Mereka merupakan individu yang fokus terhadap tujuan serta bebas bergerak dari ide yang satu menuju yang lain untuk mewujudkan tujuan mereka. Individu yang memiliki harapan tinggi memiliki pikiran yang sangat aktif dan memiliki keyakinan bahwa terdapat berbagai pilihan yang tersedia untuk mencapai tujuan mereka.

Individu yang memiliki keduanya merupakan contoh individu yang memiliki harapan tinggi. Harapan yang tinggi menyebabkan individu memperoleh berbagai keuntungan ketika menghadapi hal yang sulit. Dalam beberapa situasi kehidupan, langkah individu seringkali dirintangi oleh sesorang atau sesuatu. Namun, individu yang memiliki harapan tinggi dapat memikirkan jalan alternatif menuju tujuan dan langsung diterapkan pada jalan yang terlihat lebih efektif.

Kesimpulannya, harapan merupakan kombinasi antara mental willpower dan waypower yang berfungsi untuk mencapai tujuan. Kedua komponen tersebut disebut mental karena harapan merupakan proses yang terjadi secara konstan dimana proses tersebut termasuk apa yang individu pikirkan tentang diri mereka sendiri yang memiliki kaitan dengan tujuan. Apa yang dipikirkan oleh individu tersebut dapat mempengaruhi perilaku yang nyata.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harapan

Weil (2000) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harapan, yaitu dukungan sosial, kepercayaan religius, dan kontrol.

1. Dukungan Sosial

Harapan memiliki kaitan erat dengan dukungan sosial. Dalam penelitiannya mengenai pasien yang menderita penyakit kronis, Raleigh (1992, dalam Weil, 2000) mengatakan bahwa keluarga dan teman pada umumnya diidentifikasikan sebagai sumber harapan untuk penderita penyakit kronis dalam beberapa aktivitas seperti mengunjungi suatu tempat, mendengarkan, berbicara, dan memberikan bantuan secara fisik. Herth (1989, dalam Weil, 2000) mengidentifikasikan pertahanan hubungan peran keluarga sebagai sesuatu yang penting bagi tingkat harapan dan coping. Sebaliknya, kurangnya ikatan sosial diatribusikan sebagai hasil kesehatan yang lebih buruk seperti peningkatan morbidity dan kematian awal. Individu mengekspresikan perasaan tidak berdaya ketika mereka tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain.

2. Kepercayaan Religius

Kepercayaan religius dan spiritual telah diidentifikasikan sebagai sumber utama harapan dalam beberapa penelitian. Kepercayaan religius dijelaskan sebagai kepercayaan dan keyakinan seseorang pada hal positif atau hasil yang ditentukan dengan kekuatan yang lebih tinggi seperti halnya melepaskan diri pada kenyataan bahwa terdapat sesuatu atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk situasi individu saat ini. Spiritual merupakan konsep yang lebih luas dan terfokus pada tujuan dan makna hidup dan keterkaitan dengan orang lain, alam, atau dengan Tuhan (Reed, dalam Weil, 2000). Raleigh (1992, dalam Weil, 2000) juga mengatakan bahwa aktivitas religius merupakan strategi lain yang digunakan untuk mempertahankan harapan pada pasien yang menderita penyakit kronis.

3. Kontrol

Mempertahankan kontrol merupakan salah satu bagian dari konsep harapan. Mempertahankan kontrol dapat dilakukan dengan cara tetap mencari informasi, menentukan nasib sendiri, dan kemandirian yang menimbulkan perasaan kuat pada harapan pasien yang menderita penyakit kronis. Kontrol, yang diwujudkan dalam bentuk pelepasan kontrol kepada staf medis, ilmu pengetahuan medis, atau Tuhan diidentifikasikan sebagai salah satu sumber harapan. Baldree (1982, dalam Weil, 2000) menemukan bahwa harapan, yang dikombinasikan dengan perasaan kontrol selama perawatan, menurunkan stres dalam menghadapi pengobatan. Kemampuan individu akan kontrol juga dipengaruhi self-efficacy (Venning, et. al., 2007) yang dapat meningkatkan persepsi individu akan kemampuannya akan kontrol.

Referensi :
Snyder, C. R. (1994). The Psychology of Hope: You Can Get There From Here. New York: The Free Press.
Linley, P. Alex & Joseph, Stephen (ed). (2004). Positive Psychology in Practice. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Snyder, C. R., et. al. (1991). The Will and The Ways: Development and Validation of an Individual-Differences Measure of Hope. [Electronic version]. Journal of Personality and Social Psychology (60), 570-585.
Bailey, Thomas C. et. al. (2007). Hope and Optimism as Related to Life Satisfaction. [Electronic version]. The Journal of Positive Psychology 2(3), 168-175.
Weil, Coleen M. (2000). Exploring Hope in Patients with End Stage Renal Disease on Chronic Hemodialysis, Nephrology Nursing Journal, http:// findarticles.com

Harapan merupakan istilah yang telah banyak didiskripsikan oleh para ahli dalam bidang psikologi. Averill beserta teman-temannya mendeskripsikan harapan sebagai emosi yang diarahkan oleh kognisi dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (J. Lopez, 2009).

Stotland dan Gottschalk masing- masing mendeskripsikan harapan sebagai keinginan untuk mencapai tujuan, Stotland menekankan hal penting dan kemungkinan dalam mencapai tujuan, sedangkan Gottschalk mendeskripsikan tenaga positif yang mendorong seseorang untuk bekerja melalui keadaan yang sulit (J. Lopez, 2009). Staat memandang harapan merupakan ekspektasi yang berinteraksi dengan pengharapan untuk mewujudkan kemungkinan dan berpengaruh pada tujuan yang dicapai (J. Lopez, 2009).

Teori tentang harapan telah dikembangkan oleh C.R. Snyder selama bertahun-tahun. Menurut Snyder (Carr, 2004), harapan adalah kemampuan untuk merencanakan jalan keluar dalam upaya mencapai tujuan walaupun adanya rintangan, dan menjadikan motivasi sebagai suatu cara dalam mencapai tujuan. Secara umum yang dapat disimpulkan pengertian harapan ialah keadaan mental positif pada seseorang dengan kemampuan yang dimilikinya dalam upaya mencapai tujuan pada masa depan.

Faktor-Faktor Harapan


Harapan dalam penerapannya suatu kehidupan seseorang memiliki beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan dari harapan dan perilaku yang terarah menurut Snyder (Carr, 2004) antara lain:

  1. Seberapa besar nilai dari hasil yang diusahakan.

  2. Jalan keluar yang direncanakan dapat dipastikan terhadap hasil dan keinginan yang sesuai tentang bagaimana keefektifan mereka akan berhasil pada sesuatu yang dihasilkan.

  3. Pemikiran diri sendiri dan seberapa efektif seseorang akan mengikuti jalannya dalam upaya mencapai tujuan.

Aspek-Aspek Harapan


Harapan yang ditanamkan dalam suatu kehidupan individu memiliki beberapa aspek. Menurut Snyder (2000), komponen-komponen yang terkandung dalam teori harapan yaitu:

1. Goal

Goal atau tujuan adalah sasaran dari tahapan tindakan mental yang menghasilkan komponen kognitif. Menurut Averill dkk (dalam Snyder, 2000), tujuan menyediakan titik akhir dari tahapan perilaku mental individu. Tujuan harus cukup bernilai agar dapat mencapai pemikiran sadar. Tujuan dapat berupa tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang, namun tujuan harus cukup bernilai untuk mengaktifkan pemikiran yang disadari. Dengan kata lain, tujuan harus memiliki kemungkinan untuk dicapai tetapi juga mengandung beberapa ketidakpastian. Pada suatu akhir dari kontinum kepastian, kepastian yang absolut adalah tujuan dengan tingkat kemungkinan pencapaian 100%, tujuan seperti ini tidak memerlukan harapan. Harapan berkembang dengan baik pada kondisi tujuan yang memiliki tingkat kemungkinan pencapaian sedang.

Lopez, dkk. (2003) menyatakan bahwa tujuan dapat berupa approach- oriented in nature (misalnya sesuatu yang positif yang diharapkan untuk terjadi) atau preventative in nature (misalnya sesuatu yang negatif yang ingin dihentikan agar tidak terjadi lagi). Tujuan juga sangat beragam dilihat dari tingkat kemungkinan untuk mencapainya. Bahkan suatu tujuan yang tampaknya tidak mungkin untuk dicapai pada waktunya akan dapat dicapai dengan perencanaan dan usaha yang lebih keras.

2. Pathway Thinking

Penjelasan mengenai pathway thinking menurut Snyder, dkk (dalam Lopez, dkk., 2003), seseorang untuk dapat mencapai tujuan maka ia harus memandang dirinya sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu jalur untuk mencapai tujuan. Proses ini yang dinamakan pathway thinking , yang menandakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan suatu jalur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pathway thinking ditandai dengan pernyataan pesan internal yang meyakinkan diri sendiri seperti dirinya akan menemukan cara untuk menyelesaikan suatu masalah.

Menurut Irving, dkk. (dalam Snyder, dkk., 2002), pathway thinking mencakup pemikiran mengenai kemampuan untuk menghasilkan satu atau lebih cara yang berguna untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Beberapa jalur yang dihasilkan akan berguna ketika individu menghadapi hambatan, dan orang yang memiliki harapan yang tinggi merasa dirinya mampu menemukan beberapa jalur alternatif dan umumnya mereka sangat efektif dalam menghasilkan jalur alternatif.

3. Agency Thinking

Menurut Irving, dkk. (dalam Snyder, dkk., 2002), komponen motivasional pada teori harapan adalah agency , yaitu kapasitas untuk menggunakan suatu jalur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Agency mencerminkan persepsi individu bahwa dia mampu mencapai tujuannya melalui jalur-jalur yang dipikirkannya, agency juga dapat mencerminkan penilaian individu mengenai kemampuannya bertahan ketika menghadapi hambatan dalam mencapai tujuannya. Orang yang memiliki harapan tinggi menggunakan self-talk seperti “Saya dapat melakukan ini” dan “Saya tidak akan berhenti sampai di sini”. Agentic thinking penting dalam semua pemikiran yang berorientasi pada tujuan, namun akan lebih berguna pada saat individu menghadapi hambatan. Ketika individu menghadapi hambatan, agency membantu individu menerapkan motivasi pada jalur alternatif terbaik. Komponen agency dan pathway saling memperkuat satu sama lain sehingga satu sama lain saling mempengaruhi dan dipengaruhi secara berkelanjutan dalam proses pencapaian tujuan.

4. Kombinasi Pathway Thinking dan Agency Thinking

Menurut teori harapan, komponen pathway thinking dan agency thinking merupakan dua komponen yang diperlukan. Namun, jika salah satunya tidak tercapai, maka kemampuan untuk mempertahankan pencapaian tujuan tidak akan mencukupi. Komponen pathway thinking dan agency thinking merupakan komponen yang saling melengkapi, bersifat timbal balik, dan berkorelasi positif, tetapi bukan merupakan komponen yang sama.

Keadaan tersebut menjadikan teori harapan tersebut spesifik pada kemampuan untuk menghasilkan rencana untuk mencapai tujuan dan kepercayaan pada kemampuan untuk mengimplementasikan tujuan tersebut. Individu yang memiliki kemampuan dalam agency thinking seharusnya disertakan juga dengan pathway thinking . Namun, beberapa individu tidak mengalami hal tersebut.