Apa yang dimaksud dengan Hadis Maqbul?

Hadis maqbul

Hadis maqbul artinya hadis yang telah jelas kebenaran yang diriwayatkan perawi. Maqbul sendiri secara bahasa berarti yang diterima. Hukum hadis maqbul adalah wajib dijadikan landasan dalil hukum dan diamalkan.

Apa yang dimaksud dengan hadis maqbul ?

Menurut Hasbi Ashiddieqy, hadis maqbul adalah hadis ditunjukkan oleh suatu keterangan bahwa Nabi Muhammad SAW menyabdakannya, yakni ‘adanya’ lebih berat dari pada ‘ketiadaannya’. Lebih jelas lagi hadis maqbul adalah hadis yang dapat diterima atau pada dasarnya dapat dijadikan hujjah, yakni dapat dijadikan panduan pengamalan syariat, dapat dijadikan alat istinbath dan bayan terhadap Alquran, dan dapat diistinbathkan dengan ushul fiqh.

Para ahli hadis sepakat bahwa yang termasuk dalam hadis maqbul atau dapat yang diterima ada empat, yaitu : Hadis Sahih, baik sahih lidzatihi maupun sahih lighairihi. Serta hadis hasan, baik hasan lidzatihi maupun hasan lighairihi.

  • Hadis Sahih lidzatihi ialah hadis sahih yang telah memenuhi syarat-syarat untuk dinilai sahih secara sempurna, sedangkan hadis Sahih Lighairihi ialah hadis sahih yang turun nilainya disebabkan ke-dhabit-an seorang rawi yang kurang sempurna.

  • Hadis Hasan Lidzatihi ialah hadis yang telah memenuhi syarat-syarat hadis hasan secara sempurna. Sedangkan hadis hasan lighairihi ialah hadis yang sanadnya tidak sepi dari seorang mastur, bukan pelupa yang banyak salahnya, tidak tampak adanya sebab yang menjadikannya fasik dan matan hadis-nya adalah baik berdasarkan periwayatan yang semisal.

Kedua macam hadis tersebut wajib diterima, namun demikian para muhadithin dan juga ulama yang lain sependapat bahwa tidak semua hadis yang maqbul itu harus diamalkan, mengingat dalam kenyataan terdapat hadis-hadis yang telah dihapuskan hukumnya disebabkan datangnya hukum atau ketentuan lain yang juga ditetapkan oleh hadis Rasulullah SAW.

Apabila ditinjau dari sifatnya, hadis maqbul terbagi pula menjadi dua, yakni hadis maqbul yang dapat diterima menjadi hujjah dan dapat pula diamalkan, inilah yang disebut dengan hadis maqbul ma’mulun bih. Disamping itu juga ada hadis maqbul yang tidak dapat diamalkan, yang disebut dengan hadis maqbul ghairu ma’mulin bih.

Berikut ini adalah rincian dari masing-masing hadis tersebut yakni sebagai berikut:

Hadis Maqbul yang Ma’mul bih.

  1. Hadis Muhkam. Al-Muhkam menurut bahasa artinya yang dikokohkan, atau yang diteguhkan. Yaitu hadis-hadis yang tidak mempunyai saingan dengan hadis yang lain, yang dapat mempengaruhi artinya. Dengan kata lain tidak ada hadis lain yang melawannya. Dikatakan muhkam ialah karena dapat dipakai sebagai hukum lantara dapat diamalkan secara pasti, tanpa syubhat sedikitpun. Kebanyakan hadis tergolong kepada jenis ini, sedangkan yang bertentangan jumlahnya sedikit.

  2. Hadis Mukhtalif. Mukhtalif artinya adalah yang bertentangan atau yang berselisih. Sedangkan secara istilah ialah hadis yang diterima namun pada dhahir-nya kelihatan bertentangan dengan hadis maqbul lainnya dalam maknanya, tetapi memungkinkan untuk dikompromikan antara keduanya.

  3. Hadits Rajih, yaitu sebuah hadis yang terkuat diantara dua buah hadis yang berlawanan maksudnya.

  4. Hadis Nasikh, yakni hadis yang datang lebih akhir, yang menghapuskan ketentuan hukum yang terkandung dalam hadis yang datang mandahuluinya.

Contoh dari hadis maqbul ma’mulul bih banyak sekali. Secara garis besar pembagiannya ialah hadis yang tidak ada perlawanannya dengan hadis lain dan hadis yang terjadi perlawanan dengan hadis lain.

Hadis Maqbul Ghairu Ma’mul bih

  1. Hadis Mutasyabih, yakni hadis yang sukar dipahami maksudnya lantaran tidak dapat diketahui takwilnya. Ketentuan hadis mutasyabih ini ialah harus diimankan adanya, tetapi tidak boleh diamalkan.

  2. Hadis Mutawaqqaf fihi, yakni dua buah hadis maqbul yang saling berlawanan yang tidak dapat di kompromikan, di-tarjih-kan dan di-nasakh-kan. Kedua hadis ini hendaklah dibekukan sementara.

  3. Hadis Marjuh, yakni sebuah hadis maqbul yang ditenggang oleh hadis maqbul lain yang lebih kuat. Kalau yang ditenggang itu bukan hadis maqbul, bukan disebut hadis marjuh.

  4. Hadis Mansukh. Secara bahasa mansukh artinya yang dihapus, Yakni maqbul yang telah dihapuskan (nasakh) oleh hadis maqbul yang datang kemudian.

  5. Hadis Maqbul, yang maknanya berlawanan dengan Alquran, muṭ awatîr, akal yang sehat dan ijma’ ulama.

Apabila mendapati dua buah hadis maqbul yang saling bertentangan maksudnya menurut lahirnya, maka:

  1. Hendaklah berusaha untuk mengumpulkan (mengkompromikan) kedua-duanya sampai hilang perlawanannya. Dalam hal ini apabila dapat dikumpulakan, maka kedua hadis tersebut wajib diamalkan.

  2. Kalau usaha pertama gagal, maka cari, mana diantara kedua hadis tersebut yang datang lebih dahulu (nasakh), dan mana yang datang kemudian (mansukh).

  3. Kalau usaha mencari nasakh tidak pula berhasil, beralih pada penelitian mana hadits yang lebih kuat, baik sanad ataupun matannya untuk ditarjihkan. Dalam hal ini hadis yang lebih kuat tersebut (rajih) diamalkan, sedangkan hadis yang lemah tersebut (marjuh) untuk tidak diamalkan.

  4. Jika usaha terakhir juga gagal, maka hadis tersbut hendaklah dibekukan, ditinggalkan untuk pengamalannya.

Pengertian Hadis Maqbul


Hadis maqbul ialah: Kualitas (martabat) hadis ialah taraf kepastian atau taraf dugaan tentang benar atau palsunya hadis itu berasal dari Rasulullah SAW, dengan kata lain, terdapat perbedaan tingkatan antara satu hadis dengan hadis yang lainnya.

Pembagian Hadis Maqbul


Ditinjau dari sifatnya. Maka hadis maqbul terbagi menjadi dua, yaitu Hadis maqbul yang dapat diterima menjadi hujjah dan dapat pula diamalkan, inilah yang disebut dengan hadis maqbul ma’mulun bih. Disamping itu juga ada hadis maqbul yang tidak dapat diamalkan, yang disebut dengan hadis maqbul ghairu ma’mulin bih. Berikut ini adalah rincian dari masing-masing hadis tersebut yakni sebagai berikut :

1. Hadis Maqbul yang Ma’mul bih yang diantarnya ialah:

  • Hadis Muhkam
    Al-Muhkam menurut bahasa artinya yang dikokohkan, atau yang diteguhkan. Yaitu hadis-hadis yang tidak mempunyai saingan dengan hadis yang lain, yang dapat mempengaruhi artinya. Dengan kata lain tidak ada hadis lain yang melawannya. Dikatakan muhkam ialah karena dapat dipakai sebagai hukum lantara dapat diamalkan secara pasti, tanpa syubhat sedikitpun.

  • Hadis Mukhtalif
    Mukhtalif artinya adalah yang bertentangan atau yang berselisih. Sedangkan secara istilah ialah hadis yang diterima namun pada dhahirnya kelihatan bertentangan dengan hadis maqbul lainnya dalam maknanya, akan tetapi memungkinkan untuk dikompromikan antara keduanya. Kedua buah hadis yang berlawanan ini kalau bisa dikompromikan, diamalkan kedua-kaduanya.

  • Hadis Rajih
    Sebuah hadis yang terkuat diantara dua buah hadis yang berlawanan maksudnya.

  • Hadis Nasikh
    Yaitu hadis yang datang lebih akhir,yang menghapuskan ketentuan hukum yang terkandung dalam hadis yang datang mandahuluinya.

2. Hadis Maqbul yang ghairu Ma’mul bih yang diantarnya ialah:

  • Hadis Mutasyabih
    Yaitu hadis yang sukar dipahami maksudnya lantaran tidak dapat diketahui takwilnya. Ketentuan hadis mutasyabih ini ialah harus diimankan adanya, tetapi tidak boleh diamalkan.

  • Hadis Mutawaqqaf fihi
    Yaitu dua buah hadis maqbul yang saling berlawanan yang tidak dapat di kompromikan, ditarjihkan dan dinasakhkan. Kedua hadis ini hendaklah dibekukan sementara.

  • Hadis Marjuh
    Yaitu dua buah hadis maqbul yang saling berlawanan yang tidak dapat di kompromikan, ditarjihkan dan dinasakhkan. Kedua hadis ini hendaklah dibekukan sementara.

  • Hadis Mansukh
    Secara bahasa mansukh artinya yang dihapus, Yaitu maqbul
    yang telah dihapuskan (nasakh) oleh hadis maqbul yang datang
    kemudian

Persoalan Seputar Hadis Maqbul

Apabila didapati dua buah hadis maqbul yang saling bertentangan maksudnya menurut lahirnya, maka dapat dilakukan dengan cara:

  • Hendaklah berusaha untuk mengumpulakan (mengkompromikan) kedua-duanya sampai hilang perlawanannya. Dalam hal ini apabila dapat dikumpulakan, maka kedua hadis tersebut wajib diamalkan.

  • Kalau usaha pertama gagal, maka dicari, mana diantara kedua hadis tersebut yang datang lebih dahulu (Nasikh), dan mana yang datang kemudian (Mansukh).

  • Kalau usaha mencari nasikh tidak pula berhasil, beralih pada penelitian dimana hadis yang lebih kuat, baik sanad ataupun matannya untuk ditarjihkan. Dalam hal ini hadis yang lebih kuat tersebut (rajih) diamalkan, sedangkan hadis yang lemah tersebut (marjuh) untuk tidak diamalkan.

  • Jika usaha terakhir juga gagal, maka hadis tersebut hendaklah dibekukan,
    ditinggalkan untuk pengamalannya.