Apa yang dimaksud dengan gratitude?

gratitude

Emmons dan Shelton (dalam Synder & Lopez, 2005) mengartikan gratitude sebagai perasaan takjub, berterima kasih, dan apresiasi untuk kehidupan, dan dapat diekspresikan terhadap orang lain ataupun sumber yang bukan manusia (Tuhan, hewan, dll).

Apa yang dimaksud dengan gratitude ?

Cicero (1851; dalam Emmons & Tsang, 2004) menyatakan bahwa gratitude bukan hanya keutamaan yang paling besar, tetapi merupakan induk dari seluruh keutamaan. The Oxford English Dictionary (1989; dalam Emmons,2004) mendefinisikan gratitude sebagai kualitas atau kondisi bersyukur, apresiasi dari kecenderungan untuk membalas kebaikan. Gratitude juga berarti menyadari dan berterima kasih terhadap hal-hal baik yang terjadi, dan menyempatkan untuk mengekspresikan rasa terima kasih (VIA institute on character).

Gratitude merupakan perasaan yang menyenangkan dan penuh terima kasih sebagai respons dari penerimaan kebaikan (Emmons, 2004b), yang membuat seseorang menyadari, mengerti, dan tidak menyalahgunakan pertukaran keuntungan dengan orang lain (McCullough, Kimeldorf, & Cohen, 2008). Fitzgerald (dalam Emmons, 2004a) mengidentifikasi tiga komponen gratitude, yaitu rasa hangat akan apresiasi terhadap seseorang atau sesuatu, niat baik terhadap seseorang atau sesuatu, dan kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan apresiasi dan niat baik.

Emmons dan Shelton (dalam Synder & Lopez, 2005) mengartikan gratitude sebagai perasaan takjub, berterima kasih, dan apresiasi untuk kehidupan, dan dapat diekspresikan terhadap orang lain ataupun sumber yang bukan manusia (Tuhan, hewan, dll). Gratitude dapat dianggap sebagai tiga hal, yaitu emosi, keutamaan, dan trait (Emmons & McCullough, 2004). Berikut penjelasannya:

  1. Gratitude sebagai emosi
    Sebagai emosi, gratitude merupakaan keadaan terkait atribusi (Weiner, 1985; dalam Emmons & McCullough, 2003) yang dihasilkan dari dua tahap proses kognitif. Pertama, individu menyadari bahwa ia mendapatkan keuntungan/manfaat positif. Kemudian, proses selanjutnya adalah individu menyadari bahwa terdapat sumber eksternal dari keuntungan positif yang ia dapatkan.
    Lazarus dan Lazarus (1994; dalam Emmons & McCullough, 2003) berpendapat bahwa gratitude merupakan salah satu emosi empatik, yang berakar dari kemampuan untuk melakukan empati terhadap orang lain. Emmons dan McCullough (2003; dalam Froh, Bono, & Emmons, 2010) berpendapat bahwa gratitude merupakan jenis respons emosional ketika seseorang menerima hadiah atau keuntungan pribadi yang tidak seharusnya ia dapatkan atau harapkan, melainkan karena adanya niat baik dari orang lain.

  2. Gratitude sebagai virtue
    Solomon (2004) mengemukakan bahwa sebagai keutamaan, gratitude tidak seaktif keutamaan lainnya (seperti keberanian dan kedermawanan), juga bukan merupakan sifat yang dibawa untuk bersikap dalam sebuah tanggung jawab secara sosial atau sikap yang sesuai (contohnya kesederhanaan dan kejujuran). Solomon tidak menganggap gratitude sebagai hal yang dibawa sebagai kebiasaan (walaupun kemungkinan sesuai dengan superficial trappings-nya seperti mengatakan ‘terima kasih’), dan seperti banyak keutamaan lainnya, status gratitude sebagai keutamaan merupakan perdebatan. Aristoteles, dalam Nicomachean Ethics, menyatakan keutamaan merupakan keadaan karakter, terhadap gairah, yang menurutnya bersifat episodik.
    Adam Smith, ekonom dan filsuf ternama, berpendapat bahwa gratitude merupakan keutamaan yang penting, penting untuk fungsi masyarakat yang sehat (Smith, 1976; dalam Solomon, 2004). gratitude tidak hanya dianggap sebagai keutamaan terbesar, tetapi akar dari seluruh keutamaan lainnya, memori moral dari manusia, dorongan perubahan yang paling besar, kunci yang membuka seluruh pintu, serta kualitas yang membuat dan menjaga kita tetap muda (dalam Solomon, 2004).

  3. Gratitude sebagai affective trait
    Rosenberg (1998; dalam McCullough, Emmons, & Tsang, 2003) menempatkan affective trait pada urutan paling atas dibandingkan dengan emosi dan virtue, dan mendefinisikan affective trait sebagai predisposisi yang stabil terhadap tipe respon emosional tertentu, yang menetapkan batasan untuk kemunculan keadaan emosi tertentu.

McCullough, Emmons, dan Tsang (2003) menggunakan grateful disposition sebagai istilah untuk gratitude sebagai affective trait. Mereka mendefinisikan grateful disposition sebagai kecenderungan menetap untuk mengenali dan merespon secara positif emosi gratitude, atas kebaikan dan manfaat yang didapatkan dari orang lain

Faktor yang Memengaruhi Gratitude


Emmons (2004a) menyatakan bahwa gratitude bukan hanya sifat manusia yang dianggap bernilai tinggi dalam pemikiran agama Yahudi, Kristen, Islam, Buddha, dan Hindu (Carman & Streng 1989; dalam Emmons, 2004), hal ini juga dianggap sebagai kualitas yang kuat dalam tradisi-tradisi ini, yang esensial untuk kehidupan yang baik (Emmons, 2004). Menurut penelitian yang diakukan Lambert, Fincham, Graham, dan Beach (2009) ditemukan bahwa religious participation berhubungan dengan frekuensi berdoa, dan frekuensi berdoa berhubungan dengan gratitude.

Psikolog sosial Fitz Heider (1958; dalam Emmons, 2004) berpendapat bahwa seseorang akan merasa bersyukur ketika mereka menerima keuntungan dari orang lain (the beneficiary believes). Heider juga menyatakan bahwa penghayatan bahwa keuntungan tersebut diberikan dengan sengaja/bertujuan, merupakan faktor penting dalam menentukan apakah seseorang merasa bersyukur setelah menerima keuntungan. Dengan demikina diperlukan penghayatan dari individu untuk dapat merasa gratitude.

Selain itu, terdapat pula pengaruh gender terhadap gratitude. Laki-laki memandang pengalaman dan ekspresi gratitude sebagai tanda kerentanan dan kelemahan, yang dapat mengancam maskulinitas dan posisi sosialnya (Levant & Kopecky, 1995; dalam Kashda, Breen, & Mishra, 2009). Sejalan dengan hal tersebut, laki-laki memiliki orientasi menghindari gratitude, menunjukkan preferensi menyembunyikan dibandingkan mengekspresikan hal tersebut (Kashda, Breen, & Mishra, 2009). Hal ini dapat menjadi mekanisme perlindungan diri dari pengalaman emosi negatif yang tidak diinginkan atau konsekuensi sosial yang merugikan.

Faset Gratitude


Terdapat empat faset, yang merupakan elemen yang muncul bersama dengan munculnya gratitude (McCullough, Emmons, dan Tsang, 2003). Istilah yang digunakan bukan dimensi, melainkan faset, karena elemen-elemen grateful disposition tidak berdiri sendiri atau terpisah, melainkan muncul bersaman. Faset dari grateful diposition tersebut adalah:

  1. Intensity: kekuatan emosi gratitude yang dirasakan individu. Individu yang memiliki grateful disposition akan merasakan gratitude yang lebih intens daripada individu yang tidak memiliki grateful disposition.

  2. Frequency: jumlah pengalaman emosi gratitude yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu. Individu yang memiliki grateful disposition akan lebih banyak mengalami emosi gratitude dalam satu hari, dan dapat muncul walau hanya dari kebaikan orang lain yang sederhana.

  3. Span: jumlah sumber datangnya emosi gratitude dalam jangka waktu tertentu. individu yang memiliki grateful disposition akan menyebutkan aspek bersyukur yang lebih banyak. Contohnya, dalam satu hari ia akan bersyukur atas aspek kesehatan, keluarga, pekerjaan, sedangkan individu yang memiliki grateful disposition lebih kecil mungkin hanya akan bersyukur atas aspek pekerjaan saja.

  4. Density: merujuk pada jumlah orang yang disyukuri atas satu manfaat positif yang ia dapatkan. Misalnya, untuk peringkat satu yang diraih, seorang anak akan bersyukur atas dukungan orangtuanya, cara pengajaran gurunya, dan bantuan kelompok belajarnya, sedangkan individu yang memiliki grateful disposition lebih rendah mungkin hanya akan bersyukur atas cara pengajaran gurunya.

1 Like

Menurut McCullough, dkk (2001), gratitude merupakan kebangkitan emosi yang disebabkan oleh perilaku moral. Dalam definisi ini, gratitude di pandang sebagai emosi moral yang sama dengan empati, simpati, perasaan malu dan perasaan bersalah. Empati dan simpati timbul ketika seseorang memiliki kesempatan berespon terhadap musibah yang menimpa orang lain, rasa bersalah dan malu timbul ketika seseorang tidak melakukan kewajibannya sesuai standar, sedangkan bersyukur timbul ketika seseorang penerima sebuah kebaikan.

Pendapat lain di kemukakan oleh McCullough, dkk (2002) yang mendefinisikan gratitude sebagai kecendrungan umum untuk mengenali dan merespon atas bantuan yang di berikan seseorang melalui pengalaman yang positif atas hasil yang didapatkan. Teori ini memiliki segi-segi yaitu :

  1. Intensity, individu yang mengucapkan terima kasih diharapkan memiliki pengalaman positif dibandingkan mereka yang kurang berterima kasih.

  2. Frequency individu yang memiliki sikap batin penuh terima kasih sering merasa bersyukur setiap harinya dan rasa berterima kasih bisa di dapat karena kebaikan kecil atau kesopanan.

  3. Span, mengacu pada banyaknya hal-hal yang patut di syukuri dalam kehidupan seperti keluarga, pekerjaan, kesehatan, dan kehidupan itu sendiri.

  4. Density mengacu pada jumlah orang-orang yang kehadirannya telah memberikan dampak positif dalam kehidupan seseorang.

Pendapat ini sering di sebut sebagai teori The Gratitude Disposition. Penelitian yang dilakukan Emmons & McCollogh (2003) juga menunjukan bahwa kelompok yang di berikan perlakuan bersyukur memiliki kesejahteraan subjektif lebih tinggi di bandingkan dengan kelompok yang tidak di berikan perlakuan. Terdapat dua hal yang penting dalam mengungkapkan rasa syukur, yaitu:

  1. Mengembangkan metode untuk memperkuat rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari dan menilai bagaimana efek syukur pada kesejahteraan hidup.
  2. Mengembangkan pengukuran untuk menilai perbedaan individual terkait dengan kecendrungan dalam bersyukur.

Menurut Emmons (2007) menyatakan bahwa gratitude adalah perasaan akan sesuatu yang hebat, rasa terima kasih dan penghargaan atas keuntungan yang di terima secara interpersonal atau transpersonal dari tuhan.

Aspek-aspek Gratitude


Wood dkk (2008) mengatakan bahawa gratitude terkait dengan perasaan menghargai untuk menerima kebaikan yang diberikan kepadanya Menurut Emmons (2007) mengidentifikasikan 3 komponen dari gratitude, yaitu :

  1. Rasa Hangat dari penghargaan untuk sesuatu atau seseorang, meliputi persaan cinta dan kasih sayang.

  2. Rasa syukur sebagai sebuah emosi moral dimana dapat menggerakkan seseorang untuk memperhatikan orang lain atau mendukung ikatan sosial yang suportif.

  3. Perasaan yang baik/ niat baik. Niat baik juga sering di sebut motif moral (moral motive) yaitu rasa syukur atau berterima kasih mendorong seseorang untuk bertindak timbal balik terhadap orang lain yang membantunya secara langsung (direct reciprocity) atau pun hal lain (Upstream reciprocity).

Menurut Wood (dalam Cahyono,2015) menyebutkan bahwa terdapat delapan aspek dari gratitude yaitu :

  1. Perbedaan pengakuan individu.
  2. Apresiasi dari orang lain.
  3. Fokus pada apa yang ada dalam diri individu.
  4. Perasaan kagum ketika melihat keindahan.
  5. Perilaku yang mengekspresikan rasa syukur.
  6. Penghargaan akan memahami kehidupan pendek.
  7. Fokus dalam keadaan positif pada masa sekarang.
  8. Perbandingan sosial yang positif.

McCullough (2002) juga mengaitkan gratitude disposition dengan sifat kepribadian di antaranya :

  1. Sifat positif afektif dan kesejahteraan (Positif affective trait and well- being). Individu yang merasa mendapat bantuan dari orang lain merasa dikuatkan, dipercaya dan dihargai, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan merasa adanya dukungan sosial terhadap dirinya.Orang berterima kasih memiliki cara pandang apa yang mereka miliki dan hidup itu sendiri sebagai sebuah anugrah dan hasilnya membantu memperpanjang kebahgiaan dan subjective well being sepanjang waktu.

  2. Sifat Prososial (Prososial trait). Bersyukur disadari sebagai susatu afek prososial karena itu adalah resppon terhadap orang lain yang membantu kesejahteraan seseorang dan pada gilirannya memotivasi terus munculnya perilaku itu sendiri.

  3. Sifat Spiritual (Spiritual trait). Orang yang berterima kasih menyadari adanya kekuatan lain yang lebih tinggi dari manusia yang berkontribusi terhadap kesejahteraan mereka secara umum.

Fungsi Gratitude


Menurut McCullough (2001) terdapat tiga fungsi moral dari gratitude, yaitu :

  1. Gratitude as Moral Barometer. Gratitude adalah sebuah tampilan (read out) atas afeksi yang sensitif terhadap tipe khusus perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial individu dan hal ini tergantung dari masukan sosial kognitif.

  2. Gratitude as Moral Motive. Seseorang yang bersyukur atas bantuan yang di terimanya akan membalas kebaikan atas pemberian dari pemberi dan tidak ingin membalasnya dengan hal-hal negatif.

  3. Gratitude as Moral Reinforcer. Dengan mngekspresikan gratitude kepada seseorang yang telah memberikan bantuan maka akan menguatkan perilaku prososial individu tersebut di masa yang akan datang.

Beberapa individu termotivasi untuk mengambil bagian dalam tindakan prososial jika lingkungan memberikan pujian yang bersifat menguatkan.

Cara Untuk Dapat Bersyukur


Menurtut Emmons (2007) terdapat beberapa tehnik bersyukur untuk melatih rasa syukur, ada dua langkah utama yang dapat digunakan untuk melatih rasa syukur :

  1. Be thankful in Advance
    Bentuk sikap syukur yang terkuat adalah dengan cara mengekspresikan dalam kemajuan pengalaman seseorang. Ekspresi keyakinan merupakan hal yang paling efektif dalam mengubah vibrasi hidup orang tersebut.

  2. Find things to be Grateful for in Bad Situations
    Fokus pada seseorang yang di benci atau musuh (seseorang yang sedang berkonflik) dalam kehidupan yang selalu menimbulkan emosi negatif pada diri. Kemudian setelah itu lihatlah sisi-sisi lain yang bias di syukuri dari situasi-situasi tersebut.

Menurut Emmons (2007) terdapat beberapa cara untuk dapat melatih rasa syukur, di antaranya :

  1. Keep a Gratitude Journal
    Dalam penelitian Emmons (2007), metode yang di gunakan adalah dengan meminta partisipan untuk membuat jurnal rasa syukur (Gratitude Journal) yang berisi tentang tulisan-tulisan yang membuatnya merasa lebih bersyukur. Hal ini dilakukan selama 4 kali dalam seminggu dan selama 3 minggu, maka akan menciptakan perbedaan yang terkait dengan kebahagiaan seseorang.

  2. Write a Gratitude Letter
    Menuliskan surat terima kasih atau surat rasa syukur (gratitude letter) kepada seseorang yang telah memberikan pengaruh positif dalam kehidupan dan membacakan yang di buatnya kepada orang yang di tuju secara bertatap muka.

  3. Do a Gratitude Walk
    Menghitung sebanyak mungkin berkah yang di temui pada saat melakukan aktifitas yang dapat membuat individu tersebut dapat merasa bersyukur. Serta juga dapat meneriakan atau mengucapkan pada alam semesta denga keras apa yang dicintai dalam individu yang melakukannya.

  4. Thanks Everyone for Everything Practice
    Mengucapkan terima kasih pada setiap orang yang sudah menolong kita, berbuat baik kepada kita atau orang lain. Ucapan kepada seseorang langsung atau dengan memberikan surat kepada orang tersebut.

Emmons dan Shethon, ( 2002) menawarkan empat lankah sederhana dengan menggunakan pendekatan kognitif perilaku untuk belajar bersyukur, yaitu :

  1. Mengenali pikiran-pikiran tidak bersyukur atau tidak berterima kasih (identify nongrateful thought).

  2. Merumuskan pikiran-pikiran yang mendukung rasa syukur (formulate gratitude-suppoting thought).

  3. Menggantikan pikiran-pikiran tidak bersyukur dengan pikiran-pikiran yang mendukung rasa syukur (substitude the gratitude-supporting thought for non grateful thought)

  4. Menerjemahkan perasaan dalam diri menjadi perilaku yang tampak (translate the inner feeling into outward action).

Selain itu terdapat intervensi strategi dalam memperkaya rasa syukur yaitu pengalaman bersyukur yang dapat memperkaya suasana hati positif lebih besar di bandingakan dengan hanya melakukan analisis, menulis dan memikirkan tentang bersyukur. Individu ketika melakukan bersyukur hendaknya menyadari tujuan mereka dalam artian mereka hanya mengetahui tujuannya dalam melakuan syukur, bagaimana kegiatan tersebut bias atau dapat menarik keinginan untuk mempraktikan rasa syukur itu.

Referensi

http://digilib.uinsby.ac.id/12723/4/Bab%202.pdf

Kebersyukuran dalam bahasa Inggris disebut gratitude . Kata gratitude diambil dari akar Latin gratia , yang berarti kelembutan, kebaikan hati, atau berterima kasih. semua kata yang terbentuk dari akar Latin ini berhubungan dengan kebaikan, kedermawanan, pemberian, keindahan dari memberi dan menerima, atau mendapatkan sesuatu tanpa tujuan apapun (Pruyer; Emmons & McCullough, 2003).

Menurut Emmons dan McCullough (2003) dalam Sulistyarini (2010), menunjukkan bahwa kebersyukuran merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan, yang kemudian berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan mempengaruhi seseorang menanggapi/bereaksi terhadap sesuatu atau situasi. Emmons juga menambahkan bahwa syukur itu membahagiakan, membuat perasaan nyaman, dan bahkan dapat memacu motivasi.

Aspek-aspek dalam Gratitude

Menurut McCullough (2002) dalam Sulistyarini (2010) mengungkapkan aspek-aspek bersyukur terdiri dari empat unsur, yaitu:

  1. Intensity , seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens bersyukur.

  2. Frequency , seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur akan merasakan banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan syukur bisa menimbulkan dan mendukung tindakan dan kebaikan sederhana atau kesopanan.

  3. Span , maksudnya adalah dari peristiwa-peristiwa kehidupan bisa membuat seseorang merasa bersyukur, misalnya merasa bersyukur atas keluarga, pekerjaan, kesehatan, dll.

  4. Density , maksudnya adalah orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan lebih banyak nama-nama orang yang dianggap telah membuatnya bersyukur, termasuk orang tua, teman, keluarga, dll.

Jenis-jenis Gratitude

Peterson dan Seligman (2004), membedakan gratitude menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Personal adalah rasa berterima kasih yang ditujukan kepada orang lain yang khusus yang telah memberikan kebaikan atau sebagai adanya diri mereka.

  2. Transpersonal adalah ungkapan terima kasih terhadap Tuhan, kepada kekuatan yang lebih tinggi, atau kepada dunianya. Maslow dalam Peterson dan Seligman (2004) menyatakan bahwa bentuk dasarnya dapat berupa pengalaman puncak ( peak exprerience ), yaitu sebuah momen pengalaman kekhusyukan yang melimpah.

Faktor yang Memicu dan Menghambat Bersyukur

Berikut hal-hal yang dapat memicu dan menghambat perasaan syukur individu:

  1. Untuk merasa bersyukur, seseorang membutuhkan pandangan yang luas terhadap hidup. Perasaan bersyukur juga dapat muncul ketika seseorang menyadari adanya kehilangan pada dirinya (Peterson dan Seligman, 2004).

  2. Persepsi negatif dirasa dapat menghambat individu untuk bersyukur.

  3. Sikap sombong juga dapat menghalangi bersyukur, karena individu merasa bahwa ia yang memiliki kekuasaan atas segala yang akan terjadi.

Pelatihan Kebersyukuran

Pelatihan kebersyukuran adalah suatu terapi yang memfokuskan kebersyukuran terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan tehadap individu dengan cara mengucapkan terima kasih, mengucapkan rasa syukur setiap hari, mensyukuri setiap peristiwa kehidupan dan dapat menurunkan emosi negatif yang muncul dalam diri individu serta memperbesar munculnya emosi positif dalam dirinya. Menurut McCullough (2008), pelatihan syukur dapat memunculkan emosi yang menyenangkan, seperti kebahagiaan karena rasa syukur akan membawa manfaat bagi diri sendiri atau juga di hati orang lain (Sulistyarini, 2010).

Snyder dan Lopes (2002), menguraikan empat langkah sederhana melalui pendekatan kognitif perilaku untuk latihan bersyukur, yaitu:

  1. Mengidentifikasi pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan, atau penyesalan akan nasib),

  2. Merumuskan dan mendukung pikiran syukur,

  3. Menggantikan pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan, atau penyesalan akan nasib) kearah pikiran rasa bersyukur, dan

  4. Mengaplikasikan rasa syukur dalam tindakan batin dan lahiriah.

Melalui pelatihan kebersyukuran orang mengalami dan mengekspresikan rasa syukur dengan berbagai cara. Emmons dan Crumpler dalam Sulistyarini (2010) melaporkan bahwa fokus pada rasa syukur membuat hidup lebih memuaskan, bermakna, dan produktif.

Kata terima kasih berasal dari kata Latin gratia, yang berarti rahmat, keanggunan, atau rasa terima kasih (tergantung pada konteksnya). Dalam beberapa kasus, rasa terima kasih mencakup semua makna tersebut. Rasa terima kasih adalah penghargaan atas apa yang diterima seseorang, apakah berwujud atau tidak berwujud, atau biasa juga disebut dengan kata syukur. Dengan adanya rasa terima kasih, orang-orang akan mengakui adanya kebaikan didalam hidup mereka. Dalam prosesnya, orang biasanya akan merasakan bahwa sumber kebaikan itu terletak dari luar diri mereka. Sebagai hasilnya, rasa terima kasih akan membantu seseorang untuk terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sebagai individu - baik dengan orang lain, alam, atau kekuatan yang lebih tinggi.

Dalam penelitian psikologi positif, rasa terima kasih sangat kuat dan secara konsisten, dikaitkan dengan kebahagiaan yang lebih besar. Rasa syukur membantu orang merasakan emosi yang lebih positif, menikmati pengalaman yang baik, lebih meningkatkan kesehatan mereka, membantu dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya, dan membangun hubungan yang kuat dengan sekitar.

Orang dapat merasakan dan mengungkapkan rasa terima kasih dalam berbagai cara. Mereka dapat menerapkannya pada masa lalu (mengingat hal-hal positif dan bersyukur atas berkah yang terjadi di masa lalu), masa kini (tidak hanya sekedar menerima anugerah yang didapat begitu saja), dan masa depan (mempertahankan sikap untuk selalu berharap dan merasa optimis).

Penelitian tentang rasa terima kasih


Dua psikolog, Dr. Robert A. Emmons dari University of California, Davis, dan Dr. Michael E. McCullough dari University of Miami, telah melakukan banyak penelitian tentang rasa syukur. Dalam salah satu penelitiannya, mereka meminta semua peserta untuk menulis beberapa kalimat setiap minggu, dengan fokus pada topik tertentu.

Satu kelompok menulis tentang hal-hal yang mereka syukuri yang telah terjadi selama seminggu. Kelompok kedua menulis tentang kejengkelan yang mereka rasakan sehari-hari atau hal-hal lainnya yang tidak menyenangkan, dan yang ketiga menulis tentang peristiwa yang mempengaruhi mereka (tanpa adanya penekanan pada perasaan mereka, baik itu positif ataupun negatif). Setelah 10 minggu, mereka yang menulis tentang rasa syukur akan menjadi lebih optimis dan merasa lebih baik tentang kehidupan mereka. Dan yang mengejutkan, mereka juga melakukan olahraga lebih banyak dan memiliki lebih sedikit kunjungan ke dokter daripada mereka yang fokus pada sumber-sumber yang tidak menyenangkan.

Peneliti terkemuka lain dalam bidang ini, Dr. Martin E. P. Seligman, seorang psikolog dari University of Pennsylvania, menguji dampak dari berbagai intervensi psikologi positif pada 411 orang, masing-masing dibandingkan dengan tugas kontrol penulisan tentang kenangan awal. Tugas mingguan mereka adalah, secara pribadi, menulis dan mengirimkan surat terima kasih kepada seseorang yang mereka tidak pernah mengucapkan terima kasih atas kebaikannya selama ini. Hasilnya adalah para peserta segera menunjukkan peningkatan yang besar dalam nilai kebahagiaan, dimana manfaatnya dapat dirasakan selama sebulan.

Tentu saja, studi seperti ini tidak dapat membuktikan sebab dan akibat. Tetapi sebagian besar penelitian yang telah dipublikasikan mendukung adanya hubungan antara rasa terima kasih dan kesejahteraan mental seseorang.

Penelitian lain telah melihat bagaimana rasa terima kasih dapat meningkatkan kualitas suatu hubungan. Sebagai contoh, sebuah studi yang meneliti tentang pasangan menemukan bahwa individu yang meluangkan waktu untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pasangan mereka, tidak hanya merasa lebih positif terhadap kualitas hubungan mereka tetapi mereka juga merasa lebih nyaman mengungkapkan rasa kekhawatiran tentang hubungan mereka.

Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa manajer yang sellau ingat untuk mengucapkan “terima kasih” kepada bawahan mereka mungkin akan mengaibatkan bawahannya tersebut merasa termotivasi untuk bekerja lebih keras.

Tetapi terdapat beberapa pengecualian terkait dengan hubungan antara rasa terimakasih dengan dampak positif pada psikologi seseorang. Satu penelitian menemukan bahwa wanita paruh baya yang menuliskan rasa terima kasih dalam bentuk jurnal, tidak merasa lebih puas dengan kehidupan mereka dibandingkan dengan mereka yang tidak menuliskan rasa terimakasih. Penelitian lain menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang menulis dan menyampaikan surat terima kasih kepada seseorang yang membuat perbedaan dalam hidup mereka juga tidak terbukti meningkatkan kesejahteraan mental mereka sendiri. Temuan ini menunjukkan bahwa rasa terima kasih adalah pencapaian yang terkait dengan kematangan emosi.

Cara menumbuhkan rasa terima kasih


Bersyukur adalah menghargai apa yang mereka miliki saat ini. Rasa terima kasih membantu orang untuk fokus kembali pada apa yang telah mereka miliki, bukan fokus pada kekurangan yang mereka miliki. Kondisi mental ini dapat tumbuh lebih kuat dengan cara melatihnya. Berikut adalah beberapa cara untuk menumbuhkan rasa syukur.

Tulislah ucapan terima kasih. Anda dapat membuat diri Anda lebih bahagia dengan cara menuliskan surat terima kasih yang mengungkapkan penghargaan Anda atas pengaruh orang tersebut terhadap kehidupan Anda. Kirim, atau lebih baik lagi, bacakan secara langsung jika memungkinkan. Biasakan mengirim setidaknya satu surat terima kasih sebulan. Sekali-sekali, tulis ucapan terimakasih untuk diri Anda sendiri.

Berterimakasihlah secara mental kepada seseorang. Tidak ada waktu untuk menulis? Anda dapat menggantinya dengan cara memikirkan seseorang yang telah melakukan sesuatu yang baik untuk Anda, sehingga, secara mental, Anda telah berterima kasih kepada individu tersebut.

Buat jurnal rasa terima kasih. Biasakan untuk menulis atau berbagi dengan orang yang dicintai setiap hari.

Hitunglah anugerah yang telah Anda dapatkan. Pilih waktu setiap minggu untuk duduk dan menulis tentang anugerah-anugerah yang Anda terima. Saat Anda menuliskannya, pikirkan sensasi yang Anda rasakan ketika sesuatu yang baik terjadi pada Anda.

Berdoa. Orang yang beragama dapat menggunakan doa untuk memupuk rasa syukur. Selain berdoa, Anda juga sebaiknya merenungkannya, sehingga Anda dapat bersyukur atas segala yang telah Anda terima.