Apa yang dimaksud dengan gigi sensitif?

Gigi Sensitif

Gigi Sensitif (Hipersensitif dentin) digambarkan sebagai rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam yang timbul akibat dentin yang terpapar terkena rangsangan seperti panas, dingin, uap, sentuhan, atau kimiawi, yang tidak dapat dianggap berasal dari kerusakan gigi atau keadaan patologis gigi lainnya (Karies, fraktur, atau trauma karena oklusi).

Secara klinis, gigi sensitif didefinisikan sebagai rasa nyeri yang akut, terlokaliser, cepat menyebar, dan berdurasi singkat.

Dentin atau akar gigi yang sensitif seringkali diistilahkan dengan gigi sensitif atau Dentin hipersensitif (DH). Dentin hipersensitif merupakan rasa sakit sementara yang timbul dari dentin yang terbuka karena respon terhadap rangsang kimia, termal, taktil atau osmotik. Dentin hipersensitif memenuhi semua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai sindrom true pain.

Pasien umumnya mengeluhkan rasa sakit yang timbul dari dentin hipersensitif berupa onset yang cepat, tajam dan durasinya singkat, meskipun kadangkala rasa sakit menetap berupa sensasi yang samar/tidak jelas pada gigi yang terlibat.

Sensitifitas yang berasal dari rangsangan termal yaitu panas dan dingin merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Individu dengan DH akan merasa sangat tidak nyaman selama prosedur perawatan gigi serta aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, menyikat gigi dan kadangkala saat bernafas. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup dari pasien.

Pasien dengan gigi yang sensitif terhadap dingin akan menghindari berkumur dan menyikat gigi pada daerah yang sensitif sehingga mengurangi efektifitas dalam pembersihan plak yang akan berperan dalam terjadinya penyakit periodontal. Walaupun demikian, pasien dengan dentin terbuka pada daerah servikal tidak selalu mengeluhkan terjadinya DH.

Etiologi Dentin Hipersensitif


Etiologi DH multifaktorial, diantaranya adalah kehilangan enamel akibat erosi atau abrasi, pengaruh biofilm pada permukaan gigi, permukaan akar yang kehilangan struktur sementumnya akibat penyikatan gigi atau perawatan periodontal serta resesi gingiva yang terjadi karena penuaan, penyakit periodontal dan kebiasaan buruk pasien, dimana semua ini mempengaruhi terjadinya demineralisasi sehingga menyebabkan tubulus dentin terbuka.

Peradangan periodontal lebih sering menyebabkan resesi gingiva jika dibandingkan dengan penyikatan gigi.36 Dentin dapat mengalami demineralisasi pada derajat keasaman paling tinggi yaitu 6,5 dan terjadinya mineralisasi kembali sangat kecil.

Dentin hipersensitif umumnya didahului oleh terlepasnya tepi gingiva. Ketika gingiva tidak lagi menutupi bagian akar gigi dan terjadi kehilangan sementum maka dentin akan terbuka dan selanjutnya permukaan akar gigi akan terbuka sehingga memudahkan terjadinya hipersensitifitas. Akar gigi yang terbuka karena asam yang dihasilkan oleh bakteri, mampu membuka tubulus dentin.

Prevalensi Dentin Hipersensitif


Prevalensi DH pada populasi usia dewasa sekitar 8% hingga 30%, dan prevalensi tertinggi dilaporkan pada populasi usia dewasa dengan peradangan periodontal. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Orchardson dan Collins, DH dapat dijumpai pada semua jenis gigi tapi yang paling sering adalah pada gigi kaninus (25%) dan premolar pertama (24%) terutama pada permukaan bukal (93%) tidak ada perbedaan pada rahang atas maupun rahang bawah. Usia atau gender tidak begitu berperan terhadap prevalensi DH, meskipun Curro melaporkan bahwa insiden DH terlihat meningkat pada usia 30-an. Insiden yang paling besar terjadi pada usia 20 hingga 40 tahun.

Mekanisme Nyeri Dentin Hipersensitif


Untuk memahami mekanisme hipersensitif maka harus diketahui terlebih dahulu mengenai struktur biologis gigi yang berperan dalam terjadinya hipersensitif, yaitu dentin dan pulpa. Dentin merupakan bagian dari gigi yang ditutupi oleh enamel pada mahkota dan sementum pada akar. Dentin tersusun atas rangkaian tubulus yang terisi oleh cairan seperti cairan plasma, dengan diameter yang semakin kecil dan bercabang serta memanjang dari pulpa hingga batas dentin-enamel. Tubulus dentin merupakan pintu gerbang bagi stimulus yang memancar hingga ke pulpa. Di dalam tubulus dentin terdapat serabut saraf dari kamar pulpa dengan prosesus odontoblas yang meluas.33 Diameter tubulus menjadi lebih kecil sesuai dengan pertambahan usia.

Di dalam pulpa terdapat ujung serabut saraf yang meluas, melewati pulpa dentin yang terhubung dengan tubulus dentin, dimana serabut saraf terjalin disekitar prosesus odontoblas. Odontoblas (sel pembentuk dentin) berada disekitar pulpa dan prosesusnya meluas dari batas dentinopulpa kira-kira sepertiga dari jarak tubulus dentin. Prosesus ini tidak menimbulkan respon dari penjalaran rasa sakit dari stimulus ke serabut saraf pulpa karena panjangnya yang terbatas. Saraf dapat dirangsang melalui mekanisme depolarisasi neural (pompa potassium nitrate), yang digolongkan sebagai respon saraf terhadap stimulus.

Ada dua jenis utama serat saraf yang memicu terjadinya rasa sakit pada gigi. Serat-serat ini digolongkan berdasarkan jenis rasa sakit, jika rasa sakit tajam dengan durasi yang singkat maka yang berperan adalah serat tipe A sedangkan rasa sakit yang tumpul dengan durasi lama yang berperan adalah serat tipe C. Sensasi ini akan membantu dalam membedakan antara pulpa sensitif dan dentin sensitif.

  • Serat tipe A mempunyai ciri bermielin dengan kecepatan hantar yang cepat, diaktivasi oleh rangsangan pada tubulus dentin yang terbuka sehingga menyebabkan pergerakan cairan dalam tubulus dentin, menghasilkan rasa sakit yang tajam, terlokalisir dan bersifat sementara, yang merupakan ciri dari dentin hipersensitif.

  • Serat tipe C mempunyai ciri tidak bermielin dengan kecepatan hantar yang lambat, diaktivasi oleh mediator kimia inflamasi, tidak bereaksi terhadap rangsangan pada dentin, rasa sakit tumpul dan lokasi tidak diketahui dengan jelas.

Teori-teori terjadinya Dentin Hipersensitif


Mekanisme yang tepat mengenai penjalaran rasa sakit dari permukaan gigi ke pulpa tidak bisa dijelaskan secara sempurna. Ada dua teori yang paling dapat diterima dalam terjadinya dentin hipersensitif yaitu teori neural dan teori hidrodinamik.

  • Teori Neural / Neural Activity
    Menurut teori ini, rasa sakit terjadi melalui mekanisme pelepasan depolarisasi pada semua aktifitas saraf. Pompa potassium- nitrate bertanggung-jawab terhadap depolarisasi saraf ketika potasium keluar dari sel saraf dan sodium memasuki sel saraf.

  • Teori hidrodinamik
    Menurut teori ini, stimulus yang berasal dari luar dentin akan menyebabkan pergerakan cairan di dalam tubulus dentin, yang memberi sinyal kepada saraf didalam pulpa. Teori ini didukung oleh sejumlah besar tubulus dentin yang melebar pada gigi hipersensitif dibandingkan dengan gigi non sensitif. Secara singkat, dentin dapat menjadi sensitif ketika tubulus dentin terbuka. Tubulus melintas secara langsung pada ruang pulpa gigi dan terisi oleh cairan, prosesus odontoblas meluas ke tubulus pada dasar pulpa. Stimulus berupa dingin, manis, asam (termasuk asam plak), udara dan scrap dengan instrumen metal dapat menyebabkan aliran yang cepat dan tiba-tiba dari isi tubulus ke arah luar, menstimulasi prosesus odontoblas dan menyebabkan rasa sakit.

    Serat saraf A delta berada disekitar odontoblas sehingga stimulus saja dapat menyebabkan rasa sakit. Stimulus panas menyebabkan masuknya cairan kedalam ruang pulpa sehingga mengganggu serat saraf. Reaksi sakit ini berasal dari serat C didalam pulpa dan mengakibatkan rasa sakit yang tumpul serta sakit pada rahang. Sakit karena rangsang panas tidak dianggap sebagai dentin sensitif,

Penelitian berdasarkan Scanning Electron Microscopy (SEM) terhadap gigi yang dicabut dan biopsi dentin terlihat ada perbedaan antara dentin sensitif dan non sensitif, dimana tubulus dentin lebih terbuka (diameter orifisi lebih besar) pada dentin sensitif.

Penemuan ini sesuai dengan teori hidrodinamik yang dikemukakan oleh Brannstroms, bahwa pengiriman stimulus melalui dentin.

Sejumlah orang yang memiliki risiko mengalami DH antara lain adalah orang yang menderita penyakit periodontal, orang yang menyikat gigi terlalu bersemangat, pasien bulimia, orang dengan serostomia, mengkonsumsi minuman atau makanan dengan kadar asam yang tinggi dan merokok dengan pipa.

Hipersensitif dentin merupakan suatu kondisi gigi yang umum terjadi dan menyakitkan. Hipersensitif dentin digambarkan sebagai rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam yang timbul akibat dentin yang terpapar terkena rangsangan seperti panas, dingin, uap, sentuhan, atau kimiawi, yang tidak dapat dianggap berasal dari kerusakan gigi atau keadaan patologis gigi lainnya (Karies, fraktur, atau trauma karena oklusi).

Walaupun rangsangan yang memicu rasa nyeri tersebut bisa bermacam-macam, tetapi rangsangan dingin merupakan pemicu yang paling sering dikeluhkan. Hipersensitif dentin bisa terjadi pada daerah gigi manapun, tetapi daerah yang paling sensitif adalah daerah servikal dan permukaan akar gigi.

Secara makroskopis tidak terlihat adanya perbedaan antara dentin yang hipersensitif dengan dentin yang tidak sensitif. Secara histologis, dentin yang sensitif menunjukkan adanya pelebaran tubulus dentin dua kali lebih lebar dibandingkan tubulus pada dentin normal.

Permukaan akar gigi dengan tubulus dentin
Gambar Permukaan akar gigi dengan tubulus dentin yang tertutup dan Permukaan akar gigi dengan tubululus dentin yang terbuka (Addy M. Int Dent J 2005)

Mekanisme Terjadinya Hipersensitivitas Dentin


Beberapa hipotesa telah dipaparkan untuk menjelaskan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin. Namun, teori hidrodinamik yang disampaikan Brännström dan Astron pada tahun 1964 merupakan teori yang paling sering dipakai untuk menjelaskan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin. Berdasarkan teori hidrodinamik tersebut, rasa nyeri terjadi akibat pergerakan cairan di dalam tubulus dentin.

Timbulnya rasa nyeri disebabkan oleh pergerakan cairan dalam tubulus dentin
Gambar Timbulnya rasa nyeri disebabkan oleh pergerakan cairan dalam tubulus dentin (Chu CH,Lo EC. Hong Kong Dent 2010)

Pergerakan cairan di dalam tubulus dentin diakibatkan adanya rangsangan yang mengakibatkan perubahan tekanan di dalam dentin dan mengaktifkan serabut syaraf tipe A yang ada disekeliling odontoblas atau syaraf di dalam tubulus dentin, yang kemudian direspon sebagai rasa nyeri (Gambar 3).1,3,5,7,8,13

Gigi Sensitif
Gambar Teori hidrodinamik menjelaskan aspirasi odontoblas ke dalam tubulus dentin sebagai efek dari rangsangan yang mengenai tubulus yang terbuka (Strassler HE.)

Aliran hidrodinamik ini akan meningkat bila ada pemicu seperti perubahan temperatur (panas atau dingin), kelembaban, tekanan udara dan tekanan osmotik atau tekanan yang terjadi di gigi.

Faktor Pemicu

Hipersensitif dentin terjadi ketika terpaparnya dentin ke lingkungan rongga mulut akibat hilangnya enamel dan/atau sementum. Hal tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien, baik secara fisik maupun psikologis, dan didefinisikan sebagai rasa nyeri akut berdurasi pendek yang disebabkan oleh terbukanya tubulus dentin pada permukaan dentin yang terpapar tadi.

Rangsangan yang memicu timbulnya rasa nyeri dapat berupa rangsangan panas atau dingin, kimiawi, taktil atau sentuhan, serta rangsangan udara atau uap.

  1. Rangsangan dingin
    Rangsangan dingin merupakan pemicu utama terjadinya hipersensitivitas dentin. Berdasarkan teori hidrodinamik, aliran cairan tubulus dentin akan meningkat keluar menjauhi pulpa sebagai respon dari rangsangan dingin dan menstimulus rasa nyeri. Perangsangan tersebut terjadi melalui respon mekanoreseptor yang mengubah syaraf pulpa.

  2. Rangsangan panas
    Selain rangsangan dingin, hipersensitif dentin juga dipicu oleh rangsangan panas. Rangsangan panas akan menyebabkan pergerakan cairan ke dalam menuju pulpa. Meskipun demikian, rangsangan panas sebagai pemicu hipersensitif dentin lebih jarang dilaporkan, kemungkinan karena pergerakan cairan tubulus dentin akibat rangsangan panas relatif lebih lambat dibandingkan dengan rangsangan dingin.

  3. Rangsangan kimiawi
    Rasa nyeri juga dapat dipicu oleh rangsangan kimiawi seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung asam yaitu buah-buahan terutama buah jeruk; minuman bersoda yang mengandung asam karbonat dan asam sitrat; saus salad; teh herbal; dan alkohol. Bahan-bahan dengan pH rendah tersebut dapat menyebabkan hilangnya jaringan keras gigi (enamel dan dentin) melalui reaksi kimia tanpa melibatkan aktivitas bakteri, yang disebut erosi.

    Lingkungan rongga mulut yang asam juga akan menyebabkan terbukanya tubulus dentin lebih banyak lagi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sensitivitas gigi.

  4. Rangsangan taktil atau sentuhan
    Rasa nyeri biasanya terjadi ketika pasien menyentuh daerah sensitif dengan kuku jari atau bulu sikat selama penyikatan gigi. Selain itu, pemeriksaan gigi dengan alat-alat tertentu yang terbuat dari logam, seperti sonde dan eksplorer, juga dapat meningkatkan sensitivitas pada gigi.

  5. Rangsangan udara
    Terhirupnya udara bebas pada pasien dengan kebiasaan bernapas melalui mulut, terutama pada cuaca dingin, atau semprotan udara dari syringe atau kompresor ketika prosedur pengeringan permukaan gigi, juga dapat memicu timbulnya rasa nyeri pada kasus hipersensitif dentin.

Resesi gingiva merupakan salah satu etiologi terjadinya hipersensitif dentin.Resesi gingiva adalah terpaparnya permukaan akar gigi oleh karena hilangnya jaringan gingiva dan/atau penyusutan margin gingiva dari mahkota gigi. Resesi gingiva umumnya terjadi pada orang dewasa berumur lebih dari 40 tahun, tetapi bisa juga mulai terjadi dari masa remaja. Resesi gingiva bisa diikuti oleh resesi tulang alveolar ataupun tidak.

Hipersensitif dentin juga dilaporkan sebagai efek dari pemutihan gigi (tooth bleaching). Mekanisme yang menyebabkan terjadinya hipersensitif dentin setelah bleaching belum dapat ditentukan secara pasti. Diperkirakan mediator inflamasi menjadi faktor penting terkait masalah tersebut.

Perawatan Hipersensitivitas Dentin


Hipersensitif dentin mempunyai beberapa gejala yang sama dengan penyakit gingiva dan karies gigi. Oleh karena itu, diagnosa dan penyebab hipersensitif dentin harus ditegakkan dengan tepat agar perawatan yang diberikan memberikan efek yang tepat pula.

Ada dua cara utama perawatan hipersensitif dentin yaitu pertama menghalangi syaraf merespon rasa nyeri dan yang kedua menutup tubulus dentin untuk mencegah terjadinya mekanisme hidrodinamik. Perawatan tersebut juga harus dapat menghilangkan faktor-faktor predisposisi penyebab hipersensitif dentin, sekaligus mencegah terjadinya rekurensi. Perawatan hipersensitif dentin bisa bersifat invasif dan non-invasif.

Gigi Sensitif
Gambar Ion-ion potassium menghalangi syaraf untuk merespon rasa nyeri (Chu CH. Dental Bulletin 2010)

Gigi Sensitif
Gambar Penutupan tubulus dentin yang terbuka untuk mencegah rangsangan dari luar memicu rasa nyeri (Chu CH. Dental Bulletin 2010)

Perawatan yang Bersifat Non-Invasif

Berdasarkan teori hidrodinamik yang telah dipaparkan di atas, rata-rata kasus hipersensitif dentin bersifat reversible dan dapat ditangani dengan perawatan non- invasif yang sederhana.16 Perawatan non-invasif tersebut bisa dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, dan bisa pula dilakukan oleh dokter gigi.

Perawatan yang dilakukan yang dirumah meliputi penggunaan pasta gigi desensitisasi, obat kumur dan permen karet. Pasta gigi desensitisasi mengandung potassium nitrate, potassium chloride atau potassium citrate. Ion potassium dipercaya dapat berdifusi sepanjang tubulus dentin dan akan mengurangi rangsangan terhadap syaraf-syaraf intradental dengan cara mengubah potensial membran syaraf-syaraf tersebut.

Perawatan hipersensitif dentin yang dilakukan di klinik dokter gigi meliputi topikal aplikasi bahan desensitisasi seperti fluoride, potassium nitrate, calcium phosphates, dan oxalate, penambalan permukaan akar yang menyebabkan sensitivitas serta memberikan rekomendasi untuk menggunakan night guard atau retainer jika pasien mempunyai kebiasaan buruk seperti bruksism.14 Saat ini telah dikembangkan pula bahan desensitisasi terbaru yaitu Pro-Argin yang mengandung arginine dan calcium carbonate, dan terbukti lebih efektif untuk menutup tubulus dentin yang terbuka pada pasien hipersensitif dentin.

Perawatan yang Bersifat Invasif

Karena resesi gingiva dan terpaparnya permukaan akar gigi merupakan faktor utama terjadinya hipersensitif dentin, maka perlu dilakukan cangkok gingiva sebagai rencana perawatan, terutama pada resesi yang progresif. Ketika terpaparnya permukaan akar yang sensitif juga diikuti dengan kehilangan permukaan akibat abrasi, erosi, dan abfraksi, maka dipertimbangkan pula pemberian bahan restorasi resin atau ionomer kaca (glass ionomer). Restorasi tersebut akan mengembalikan kontur gigi dan menutup tubulus dentin yang terbuka.

Perawatan invasif lainnya adalah dengan laser. Terapi laser direkomendasikan oleh Kimura dkk untuk mengatasi hipersensitif dentin dengan tingkat keefektifan antara 5,2% dan 100%, tergantung pada tipe laser yang digunakan.

Salah satunya adalah perawatan dengan menggunakan Neodymium:Yttrium-Aluminium-Garnet Laser atau laser Nd:YAG. Penyinaran dengan laser Nd:YAG akan menyatukan dentin dan mengurangi hipersensitif pada permukaan akar tanpa merusak permukaan dentin.

Hipersensitivitas dentin merupakan kondisi klinis umum yang sering dikaitkan dengan permukaan dentin yang terbuka. Kondisi ini dapat memengaruhi pasien yang berasal dari semua kelompok usia dan paling sering memengaruhi gigi kaninus dan premolar pada kedua rahang. Gejala umum yang dilaporkan pasien adalah nyeri tajam tapi tidak berlangsung lama yang disebabkan oleh satu atau beberapa stimulus yang berbeda yakni termal, kimiawi, sentuhan, penguapan, dan osmosis.

Gigi sensitif memiliki nama lain yang sangat banyak, antara lain ; Dentin Sensitivity, Dentin Hypersensitivity, Dentinal Hypersensitivity, Cervical Hypersensitivity/ Sensitivity, Root Hypersensitivity / Sensitivity, Cemental Hypersensitivity / Sensitivity

Gigi sensitif adalah nyeri yang singkat dan tajam yang terjadi pada dentin yang terbuka akibat menipisnya email dan atau turunnya gusi, sebagai respon terhadap rangsangan. Dentin mempunyai saluran-saluran sangat kecil (tubulus dentin) yang langsung berhubungan dengan syaraf gigi

Hipersensitivitas dentin adalah suatu “nyeri yang singkat, tajam yang timbul dari terpajannya dentin sebagai respons atas stimulus yang umumnya adalah stimulus termal, kimiawi, sentuhan, atau osmosis dan tidak dapat dianggap sebagai suatu kelainan patologis dental atau suatu defek dental” (Holland et al. 1997)

Sejarah

  • Leeuwenhoek (1678) menjelaskan tentang “adanya saluran gigi di dentin”
  • JD White (1855) berpendapat bahwa nyeri dentin disebabkan oleh pergerakan cairan dalam tubulus dentin
  • Lukomsky (1941) mendukung teori bahwa natrium fluorida sebagai desensitizing obtunden.
  • Brannstrom (1962) menguraikan teori hidrodinamik sebagai penyebab nyeri dentin.
  • Kleinberg (1986) menyimpulkan berbagai pendekatan yang digunakan ntuk merawat hipersensitivitas.

MEKANISME SENSITIVITAS DENTIN


Teori-teori Sensitivitas Dentin antara lain :

  • Teori Neural
    Teori neural mengacu pada aktivasi ujung saraf yang terletak di dalam tubulus dentin. Sinyal saraf ini dialirkan sepanjang serabut saraf aferen primer di dalam pulpa menuju percabangan saraf dental dan kemudian diteruskan ke dalam otak.

    Teori neural menganggap bahwa seluruh badan tubulus mengandung ujung-ujung saraf bebas.

  • Teori Transduksi Odontoblas
    Teori ini mengasumsikan bahwa odontoblas memanjang ke perifer. Awalnya stimulus mengeksitasi prosesus odontoblas atau badan sel odontoblas. Membran odontoblas bisa berdekatan dengan ujung-ujung saraf dalam pulpa atau di dalam tubulus dentin dan odontoblas akan mentransmisikan sinyal eksitasi dari ujung-ujung saraf terkait. Namun demikian, pada penelitian terakhir, Thomas (1984) mengindikasikan bahwa prosesus odontoblas terbatas hanya sampai sepertiga bagian dalam dari tubulus dentin. Dengan demikian, tampaknya bagian luar dari tubulus dentin tidak mengandung elemen seluler tetapi hanya berisi cairan dentin.

  • Teori Hidroninamik
    Menurut teori ini, stimulus menyebabkan perpindahan cairan yang berada di dalam tubulus dentin. Perpindahan cairan ini bisa terjadi dengan bergerak ke arah luar atau bergerak ke arah dalam dan gangguan mekanis ini akan mengaktifkan ujung saraf yang terdapat pada pulpa atau dentin.

    Brannstrom (1962) menduga bahwa pergerakan isi tubulus cukup cepat untuk merusak bentuk serabut saraf di dalam pulpa atau predentin, atau merusak sel odontoblas. Kedua efek ini nampaknya mampu menimbulkan nyeri…
    Saat ini sebagian besar peneliti setuju bahwa sesitivitas dentin disebabkan oleh pergerakan cairan hidrodinamis sepanjang dentin yang terpajan dengan tubulus dentin yang terbuka. Pergerakan cairan yang cepat ini, pada gilirannya mengaktifkan saraf mekanoreseptor dari grup A di dalam pulpa.

    Mathews et al. (1994) mencatat bahwa stimulus seperti rasa dingin menyebabkan cairan bergerak menjauhi pulpa, menghasilkan respons-respons saraf pulpa yang lebih besar dan lebih cepat dibandingkan dengan stimulus lain seperti panas, yang menghasilkan gerakan aliran ke dalam. Hal ini menjelaskan mengapa respons terhadap stimulus dingin lebih cepat dan lebih parah dibandingkan dengan respons tumpul dan lambat yang timbul terhadap stimulus panas.

    Dehidrasi dentin akibat semprotan udara atau kertas penyerap menyebabkan pergerakan cairan ke arah luar dan menstimulasi mekanoreseptor dari odontoblas, menimbulkan nyeri. Semprotan udara yang diperlama akan menyebabkan pembentukan sumbatan protein di dalam tubulus dentin, mengurangi pergerakan cairan dentin, sehingga akan mengurangi rasa sakit.

Nyeri yang ditimbulkan ketika larutan gula atau garam berkontak dengan dentin yang terbuka juga dapat dijelaskan melalui pergerakan cairan dentin. Cairan dentin memimiliki tingkat osmolaritas rendah, cenderung mengalir menuju larutan dengan osmolaritas tinggi, dalam hal ini larutan garam dan gula.

INSIDENS DAN DISTRIBUSI


Insiden gigi sensistif terjadi pada :

  • Usia penderita berkisar antara 20 s/d 40 tahun dan puncaknya berada pada usia akhir 30-an.

  • Secara umum, penderita hipersensitivitas dentin wanita memiliki tingkat insidens lebih tinggi dibandingkan dengan insidens pada pria.

  • Lebih rendahnya tingkat insidens hipersensitivitas dentin pada individu yang lebih tua mencerminkan perubahan yang terjadi pada dentin dan jaringan pulpa gigi. Sklerosis pada dentin, peletakan dentin sekunder dan fibrosis pulpa akan mengganggu transmisi hidrodinamis dari stimulus melalui dentin yang terbuka.

Distribusi Intraoral gigi sensitif :

  • Hipersensitivitas umumnya dijumpai pada area servikal bukal di gigi permanen. Walaupun semua tipe gigi bisa terpengaruh, kaninus dan premolar pada kedua rahang adalah gigi yang paling sering terpengaruh.

  • Berkaitan dengan bagian sisi mulut, pada orang yang menyikat gigi dengan tangan kanan, hipersensitivitas dentin terlihat lebih besar pada sisi kiri mulut dibandingkan gigi kontralateralnya.

ETIOLOGI DAN FAKTOR DISPOSISI

Penyebab utama hipersensitivitas dentin adalah tubulus dentin yang terbuka. Dentin dapat terbuka terjadi karena dua proses yaitu hilangnya struktur periodontium yang melindunginya (resesi gingiva), atau melalui hilangnya email.

Penyebab klinis terpajannya tubulus dentin yang paling umum adalah resesi gingiva. Ketika terjadi resesi gingiva, lapisan pelindung luar dentin akar, yaitu sementum, terkikis atau tererosi. Hal ini menyebabkan dentin di bawahnya terbuka. Daerah ini mengandung prosesus odontoblas yang berasal dari kamar pulpa. Sel-sel ini berisi ujung saraf, yang bila terganggu, saraf akan mengalami depolarisasi yang akan diterjemahkan sebagai nyeri.

Setelah tubulus dentin terpajan, terjadi proses oral yang membuatnya tetap terpajan. Proses Ini meliputi kontrol plak yang buruk, keausan emaill, teknik higienis mulut yang tidak tepat, erosi servikal, dan terpajan pada asam.

Alasan utama terjadinya resesi gingiva adalah :

  • Penyebab umum adalah resesi gingiva
  • Akar yang menonjol
  • Abrasi akibat penyikatan gigi
  • Kebiasaan mulut yang menyebabkan luka gingiva yaitu mengorek-ngorek (picking) gigi trauma, memakan makanan keras
  • Pembersihan gigi berlebihan
  • Flossing berlebihan
  • Resesi gingiva yang diseababkan penyakit tertentu, yaitu NUG, periodontitis, dan gingivostomatitis herpetika
  • Preparasi mahkota gigi

Sedangkan penyebab hilangnya email gigi antara lain :

  • Atrisi yang disebabkan fungsi oklusal yang berlebihan seperti bruksisme

  • Abrasi dari komponen makanan atau teknik menyikat gigi yang buruk.

  • Erosi yang terkait dengan lingkungan atau partikel asam dalam komponen makanan

DIAGNOSIS BANDING


Hipersensitivas dentin mungkin lebih tepat disebut sebagai kumpulan gejala (simtom) daripada sebagai suatu penyakit dan terjadi akibat transmisi stimulus sepanjang tubulus dari dentin yang terbuka. Terdapat sejumlah kondisi dental disebabkan oleh terbukanya dentin, dan karena itu mungkin menghasilkan gejala yang sama.

Kondisi-kondisi tersebut di atas adalah:

  • Gigi gompal
  • Restorasi yang mengalami fraktur
  • Perawatan restorasi
  • Karies gigi
  • Sindrom gigi retak
  • Invaginasi email lainnya

DIAGNOSIS


  • Riwayat yang rinci disertai pemeriksaan radiografis dan klinis menyeluruh penting untuk sampai pada diagnose definitf hipersensitivitas dentin.

  • Hipersensitivitas gigi berbeda dari nyeri pulpa atau nyeri dentin. Pada kasus hipersensitivitas dentin kemampuan pasien untuk menentukan sumber nyeri sangat baik, sedangkan pada kasus nyeri pulpa, sangat buruk.

  • Karakter nyeri tidak lebih lama dari hadirnya stimulus; nyeri semakin parah oleh perubahan suhu, rasa manis, dan asam.

  • Intensitas nyeri biasanya antara ringan sampai sedang.

  • Nyeri bisa diduplikasi oleh aplikasi panas atau dingin atau dengan menggores dentin. Nyeri pulpa terasa lebih hebat, intermitten, berdenyut dan bisa dipengaruhi oleh panas dan dingin.

MANAJEMEN PERAWATAN


Hipersensitivitas dapat diatasi tanpa perawatan atau mungkin membutuhkan aplikasi obat desensitisasi beberapa minggu hingga terlihat ada perbaikan… Perawatan dentin hipersensitif merupakan suatu tantangan baik bagi pasien maupun dokter dokter giginya, terutama karena alasan berikut:

  1. Sulit mengukur atau membandingkan nyeri di antara pasien yang berbeda.

  2. Pasien sulit mengubah kebiasaan yang menyebabkan munculnya permasalahan.

Sebagaimana telah diketahui, hipersensitivitas sering mereda tanpa perawatan. Hal ini bisa terjadi karena permeabilitas gigi menurun secara spontan akibat terjadinya proses alamiah di rongga mulut.

Proses Alami yang Membantu Desensitisasi

  1. Pembentukan dentin reparatif oleh jaringan pulpa
  2. Obturasi tubulus oleh terbentuknya deposit mineral (sklerosis).
  3. Terbentuknya kalkulus di permukaan dentin.

Dua pilihan perawatan utama adalah:

  1. Sumbat tubulus dentin untuk menghambat pergerakan cairan.
  2. Desensitisasi saraf, sehingga tidak terlalu responsif terhadap stimulasi. Semua cara merujuk dua pilihan di atas.

Manjemen hipersensitivitas dentin dapat dilakukan dengan cara

Perawatan di rumah dengan pasta gigi:

Setelah melalui diagnosis profesional, hipersentivitas dentin dapat dirawat secara sederhana dan murah dengan perawatan di rumah menggunakan pasta gigi desensitisasi

  • Pasta Gigi Strontium Khlorida. Pasta gigi desensitisasi dengan strontium khlorida 10 % efektif menghilangkan nyrti hipersensitivitas gigi.

  • Pasta Gigi Kalium Nitrat. Pasta gigi kalium nitrat 5 % dapat meringankan nyeri terkait hipersensitivitas gigi

  • Pasta Gigi Fluor. Pasta gigi natrium monofluorofosfat adalah cara efektif mengobati hipersensitivitas gigi.

Perawatan di klinik:

  • Varnis

  • Kortikosteroid

  • Perawatan dengan menutup sebagian tubulus dentin.

    • Memoles gigi
    • Ag- nitrat
    • Zn- khlorida – kalium ferosianida
    • Formalin
    • Seyawa kalsium
      • Kalsium hidroksida
      • Dibasic calsium phosphate
    • Senyawa fluor
      • Natrium fluorida
      • Natrium silikofluorida
      • Stannous fluoride
    • Iontoforesis
    • Strontium khlorida
    • Kalium oksalat
  • Pelapis tubulus

    • Resin restoratif
    • Agen adhesif dentin (dentin bonding agent)
  • Lain-lain

    • Laser

Prosedur Perawatan di Klinik

Alasan Terapi

Berdasaran teori hidrodinamik mengenai hipersensitivitas, pergerakan cairan yang cepat di dalam tubulus dentin mampu mengaktifkan saraf sensoris intradental. Karena itu, perawatan gigi hipersensitif harus ditujukan untuk mengurangi diameter anatomis tubulus, menutup tubulus atau menutup dentin yang terpajan melalui pembedahan untuk mengurangi pergerakan cairan.

Kriteria Pemilihan Materi Desensitisasi

  • Meredakan nyeri secara cepat dan mempertahankannya
  • Mudah diaplikasikan
  • Dapat ditolerir dengan baik oleh pasien
  • Tidak membahayakan jaringan pulpa
  • Tidak mewarnai gigi
  • Relatif tidak mahal.

Pilihan Perawatan untuk Mengurangi Diameter Tubulus Dentins

  • Membentuk smear layer dengan memoles permukaan akar yang terpajan (smear layer terdiri dari partikel kecil dentin amorf, mineral, dan matriks organik – kolagen terdenaturasi)
  • Aplikasi material yang dapat membentuk endapan tidak larut dalam tubulus
  • Impregnasi tubulus dengan resin plastik
  • Aplikasi agen adhesif dentin untuk menutup tubulus
  • Menutup tubulus dentin yang terpajan secara pembedahan.

Perlu diketahui bahwa satu prosedur tunggal saja belum tentu efektif secara konsisten untuk kasus hipersensitivitas; oleh karena itu, dokter harus mengetahui metode perawatan alternatifnya. Sebelum merawat permukaan akar yang sensitif, deposit keras/lunak harus dihilangkan dari gigi. Root planning pada dentin sensitif bisa menyebabkan ketidaknyamanan, untuk itu, gigi harus dianestesi sebelum perawatan dan diisolasi serta dikeringkan dengan udara hangat.

Varnis. Tubulus yang terbuka dapat ditutupi dengan selapis tipis varnis, yang dapat meredakan nyeri untuk sementara; varnis seperti Copalite bisa digunakan untuk hal ini. Untuk meredakan nyeri lebih lanjut, dapat digunakan Duraflor, varnis yang mengandung fluor.

Kortikosteroid. Kortikosteroid terdiri atas 1% prednisolone yang dikombinasikan dengan 25% parakhorofenol, 25% metakresilasetat dan 50% gum camphor terbukti efektif dalam mencegah sensitivitas termal pasca perawatan. Penggunaan kortikosteroid berdasarkan pada asumsi bahwa hipersensitivitas itu terkait dengan inflamasi pulpa; dengan demikian diperluan informasi lebih lanjut mengenai hubungan di antara kedua kondisi ini.

Obliterasi Parsial Tubulus Dentin

Pembersihan gigi.

Pembersihan gigi dengan toothpick atau orange wood stick akan menyebabkan terbentuknya
smear layer yang akan menyumbat sebagian tubulus dentin sehingga menurunkan hipersensitivitas.

Pembentukan endapan tak larut untuk menyumbat tubulus.

Garam larut tertentu bereaksi dengan ion di struktur gigi dan membentuk kristal di permukaan dentin. Agar efektif, kristalisasi sebaiknya terjadi dalam 1 sampai 2 menit dan kristal harus cukup kecil untuk memasuki tubulus namun cukup besar untuk menyumbat sebagian tubulus.

  • Kristal kalsium oksalat dihidrat yang terbentuk saat kalium oksalat diaplikasikan di dentin ternyata sangat efektif mengurangi permeabilitas.

  • Perak nitrat (AgNO₃) mampu mengendapkan unsur protein pada prosesus odontoblas, sehingga menyumbat sebagian tubulus.

  • Zn.-klorida – kalium ferosianida. Ketika diaplikasikan akan membentuk sumbatan berbentuk kristal dan menutupi permukaan dentin

  • Formalin 40% biasanya diaplikasikan secara topikal dengan menggunakan pelet kapas atau batang kayu orange (orange wood stick) pada gigi. Cara ini diperkenalkan oleh Grossman pada tahun 1935 sebagai material desensitisasi pilihan dalam perawatan gigi anterior karena tidak meninggalkan noda seperti pada penggunaan AgNO₃.

  • Senyawa kalsium adalah material yang populer selama bertahun-tahun untuk perawatan hipersensitivitas. Mekanisme tepatnya tidak diketahui namun bukti menunjukkan bahwa senyawa ini:

    • Dapat menyumbat tubulus dentin
    • Mendorong pembentukan dentin peritubular.
    • Dengan meningkatkan konsentrasi ion kalsium di sekitar serabut saraf, eksitabilitas saraf dapat diturunkan. Karena itu, kalsium hidroksida mampu menekan aktivitas saraf.
      • Pasta Ca(OH)₂ yang dicampurkan dengan air suling steril diaplikasikan ke permukaan akar terbuka dan didiamkan selama 3 s/d 5 menit dapat dengan cepat mengurangi nyeri pada 75% kasus.
      • Dibasic calsium phosphate ketika dioleskan dengan tusuk gigi (toothpick) bulat akan membentuk deposit mineral di dekat permukaan tubulus dan ternyata efektif pada 93% pasien.
  • Senyawa Fluor. Lukomsky (1941) adalah orang pertama yang mengajukan natrium fluorida sebagai bahan desensitisasi, karena cairan dentin jenuh dengan ion kalsium dan ion fosfat. Aplikasi NaF menyebabkan presipitasi kristal kalsium fluorida, dengan demikian mengurangi diameter tubulus dentin.

    • Natrium fluorida yang diasamkan (acidulated). Konsentrasi fluor di dalam dentin yang diberi terapi dengan natrium fluorida yang diasamkan secara signifikan lebih tinggi daripada yang dirawat hanya dengan natrium fluorida.
    • Natrium silikofluorida. Silicic acid membentuk gel dengan kalsium gigi dan membentuk barier yang berfungsi sebagai insulator. Aplikasi 0.6% natrium silikofluorida lebih manjur daripada larutan natrium fluorida 2% sebagai agen desensitisasi.
    • Stannous fluoride 10% membentuk lapisan tebal dari timah dengan partikel bulat berisi fluor yang menyumbat tubulus dentin. SnF 0.4% juga merupakan agen efektif, namun perlu penggunaan yang lebih lama (s/d 4 minggu) untuk mencapai hasil yang memuaskan.
  • Iontoforesis fluor. Iontophoresis adalah istilah yang digunakan untuk penggunaan tenaga listrik guna mentransfer ion ke dalam tubuh untuk tujuan terapi. Tujuan iontoforesis fluor adalah untuk mendorong agar fluor masuk lebih jauh ke dalam tubulus dentin yang tidak dapat diraih hanya dengan aplikasi fluor topikal.
    Strontium khlorida: Penelitian menunjukkan bahwa aplikasi topikal dari strontium khlorida pekat pada permukaan dentin yang terabrasi menghasilkan deposit strontium yang mampu menembus dentin sampai kedalaman kurang lebih 10 s/d 20μm sehingga dapat masuk ke dalam tubulus dentin.

  • Oksalat. Oksalat relatif tidak mahal, mudah dipakai, dan dapat ditoleransi pasien. Larutan kalium oksalat dan feri oksalat menghasilkam ion oksalat yang dapat bereaksi dengan ion kalsium dari cairan dentin dan membentuk kristal kalsium oksalat yang tidak larut yang kemudian didepositkan di orifis tubulus dentin.

Resin dan adhesif dental.

Tujuan penggunaan resin dan adhesif adalah untuk menutup tubulus dentin dan mencegah stimulus yang menyebabkan nyeri mencapai pulpa. GLUMA adalah sistem adhesif dentin yang terdiri atas glutaraldehid primer dan HEMA 35% (hidroksietil metakrilat). Senyawa ini melekat pada dentin dengan cepat dan kuat. GLUMA sangat efektif ketika metode perawatan lain gagal (Gbr. 25.10)

Laser

Kimura Y et al (2000) meninjau perawatan dentin hipersensitif dengan laser. Laser yang digunakan untuk perawatan terbagi dalam dua kelompok:

  1. Low output power (level rendah): Laser diode Helium-Neon [He-Ne] dan gallium aluminum/arsenide (Ga/Al/As).
  2. Middle output power lasers: Laser Nd:YAG dan laser CO₂.

Efek laser dianggap disebabkan oleh efeknya yang menutup tubulus dentin, analgesia saraf, atau efek plasebo. Efek menutup tubulus dentin dinilai dapat bertahan lama, sementara efek analgesia saraf dan efek plasebo tidak.

Edukasi Pasien

  • Konseling Diet
    Asam yang dikonsumsi mampu menyebabkan hilangnya struktur gigi karea erosi sehingga sementum akan terlepas dan menyebabkan terbukanya tubulus dentin. Karena itu, konseling diet harus difokuskan pada kuantitas dan frekuensi konsumsi asam dalam hubungannya dengan menggosok gigi. Perawatan akan gagal jika faktor ini tidak dikontrol. Riwayat diet secara tertulis harus diperoleh dari pasien yang menderita dentin hipersensitif agar bisa memberi saran terkait kebiasaan makan.
    Karena risiko tergerusnya dentin meningkat ketika sikat gigi dilakukan segera setelah gigi bersentuhan dengan makanan asam, pasien harus diperingatkan untuk tidak melakukan hal ini.

  • Teknik Menyikat Gigi
    Karena menyikat gigi yang tidak benar sepertinya merupakan faktor etiologi pada hipersensitif dentin, instruksi mengenai cara menggosok gigi yang tepat dapat mencegah tergerusnya dentin dan timbulnya hipersensitivitas.

  • Kontrol Plak**
    Saliva engandung kalsium dan ion fosfat dan karena itu dapat membantu pembentukan deposit mineral dalam tubulus dentin yang terpajan. Hadirnya plak dapat mengganggu proses ini, karena plak adalah bakteri yang menghasilkan asam dan mampu melarutkan endapan mineral yang terbentuk dan membuka tubulus.