Apa yang dimaksud dengan General Adaptation Syndrome?

General Adaptation Syndrome

General Adaptation Syndrome adalah deskripsi respons terhadap stres kronis dalam tiga tahap: alarm, resistensi, dan kelelahan.

Pada tahap pertama respons terhadap stres, tubuh pertama-tama mengalami syok, di mana suhu tubuh, tekanan darah, kadar air jaringan, dan tonus otot turun, dan kemudian ke dalam gairah atau guncangan di mana ada gairah sistem saraf simpatis ke posisi flight-or-fight.

Tahap kedua menjadi terbiasa secara subyektif dengan tekanan darah tinggi dan kadar hormon serta penurunan fungsi pencernaan dan kekebalan yang merupakan karakteristik dari gairah simpatis. Perubahan ini dapat menyebabkan kerusakan organ jika gairah terus berlanjut.

Pada tahap kelelahan terjadi gangguan fungsi yang ditandai dengan gangguan tidur, gelisah, lekas marah, cemas, menangis tersengal-sengal, depresi, kehilangan konsentrasi, mudah kaget, koordinasi terganggu, dan tremor. Kemungkinan penyakit meningkat secara signifikan setelah stres berkepanjangan.

Sumber : David Matsumoto, The Cambridge Dictionary of Psychology

General Adaptation Syndrome (GAS) atau Sindrom Adaptasi Umum merupakan respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stres. Konsep Sindrom Adaptasi Umum diperkenalkan oleh Dr. Hans Selye.

Konsep tersebut muncul dari pertanyaan dasar, "Apakah akan tetap berada di tempat dan menghadapi ancaman tersebut (fight), ataukah akan kabur/lari menjauhi ancaman tersebut (flight) ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Dr. Hans Selye, melakukan penelitian dengan menggunakan tikus sebagai hewan percobaan untuk kemudian mengekspos tikus-tikus tersebut dengan stressors .

Stressors adalah faktor-faktor yang memiliki potensi untuk menyebabkan stres.

Dari hasil percobaan tersebut, perubahan-perubahan fisiologis tubuh berhasil dispesifikasi dan beliau menyimpulkan bahwa apapun sumber stresnya, tubuh bereaksi dengan cara yang sama.

Selye merangkum reaktivitas stres sebagai proses tiga fase yang disebut sebagai general adaptation syndrome , yaitu:

Fase 1: Alarm reaction.

Pada tahap ini tubuh menunjukkan karakteristik perubahan-perubahan dari eksposur pertama stressor . Dalam waktu yang sama, resistensi tubuh berkurang namun setelah dihadapi, perubahan-perubahan tadi akan kembali ke semula (titik keseimbangannya). Bila stressor cukup kuat (seperti kebakaran hebat, temperatur yang ekstrim), kematian dapat terjadi.

Fase 2: Stage of resistance .

Resistensi terjadi jika eksposur stressor yang terus terjadi kompatibel dengan adaptasi. Signal-signal karakteristik alarm reaction tubuh secara virtual hilang, dan resistensi meningkat di atas tingkat normalnya.

Fase 3: Stage of Exhaustion .

Menghadapi stressor yang sama terus-menerus, dimana tubuh telah berhasil menyesuaikan diri, pada akhirnya akan membuat energi adaptasi kelelahan (exhausted). Signal-signal alarm reaction muncul kembali, namun saat ini mereka tidak dapat dikembalikan seperti semula (ke titik keseimbangannya), sehingga individu mengalami serious illness yang bisa membawa pada kematian.

Hans Selye mendefinisikan stres sebagai ”the nonspesific response of the body to any demand made upon it”.

Melihat definisi diatas, maka stressor dapat berarti hal yang baik, contohnya promosi jabatan dimana kita harus menyesuaikan diri disebut eustress) atau hal yang buruk, contohnya kematian orang yang kita cintai dimana kita harus menyesuaikan diri (disebut distress ); keduanya melalui proses fisiologis yang sama.

Selye mengamati serangkaian perubahan dalam sejumlah organism yang beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan lingkungan. Rangkaian ini dinamakan General Adaptation Syndrome (GAS), yang terdiri dari tiga tahap, yaitu:

  • Tahap Alarm (tanda bahaya)

    • Organisme berorientasi terhadap tuntutan yang diberikan oleh lingkungannya dan mulai menghayatinya sebagai ancaman. Tahap ini tidak bertahan lama.
  • Tahap Resistance (perlawanan)

    • Organisme memobilisasi sumber-sumbernya untuk mampu menghadapi tuntutan, jika tuntutan berlangsung terlalu lama maka sumber-sumber penyesuaian ini mulai habis.
  • Tahap Exhaustion (kehabisan tenaga)

    • Jika reaksi badan tidak cukup, berlebihan atau salah, maka reaksi badan itu sendiri dapat menimbulkan penyakit. Hal ini dinamakan disease of adaptation (penyakit dari adaptasi), karena penyakit-penyakit tersebut lebih disebabkan oleh reaksi adaptif yang kacau dari badan kita daripada oleh hasil yang merusak langsung dari penimbul stress tersebut. Seperti alergi, gangguan pencernaan, sakit jantung, darah tinggi dan berbagai jenis kekacauan atau gangguan psikologis.

Dr. Hans Selye mengatakan bahwa jenis stress berdasarkan reaksi-reaksi yang ditimbulkannya dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:

  • Eustress adalah stres yang bersifat positif
    Stres ini mendorong individu untuk bergerak memenuhi ambisinya, karena sebagian besar orang tidak tergerak tanpa dorongan/rangsangan yang memungkinkannya untuk maju.

  • Distress adalah stres yang bersifat negative
    Stres ini merupakan stres yang awalnya berupa tantangan lalu bergerak berlawanan arah menjadi ancaman, sehingga menghilangkan kemampuan individu dalam mempertahankan diri dari rangsangan yang datang dan bahkan dapat menimbulkan kematian

  • Hyperstress adalah stress yang berlebihan
    Biasanya terjadi ketika suatu peristiwa baik yang menimbulkan dampak yang merugikan maupun menguntungkan menumpuk dan melebihi kemampuan dari individu untuk mengatasinya. Jika orang terlalu ambisius, memiliki dorongan kerja yang besar atau jika beban kerja menjadi berlebih, tuntutan pekerjaan yang tinggi, maka unjuk kerja menjadi rendah lagi. Tanda-tanda beban berlebih adalah mudah tersinggung, kelelahan fisikal dan mental, ketidaktegasan, hilangnya obyektifitas, kecenderungan berbuat salah, kekhilafan dalam ingatan dan hubungan interpersonal yang tegang.

  • Hypostress adalah kurangnya stress
    Hal ini terjadi apabila individu kekurangan rangsangan yang mengakibatkan individu mudah bosan. Stress merupakan hasil dari interaksi antara tugas pekerjaan dengan individu-individu yang melaksanakan pekerjaan itu. Stress dalam hal ini adalah ketidakseimbangan antara kemampuan individu yang bersangkutan dengan tuntutan pekerjaan. Stress adalah tipe tindakan atau situasi apapun yang menempatkan tuntutan yang saling bertentangan atau berat atas diri seseorang.

Seseorang yang mengalami stress dalam pekerjaan menggunakan seluruh waktu dan tenaganya untuk bekerja keras supaya dapat menutupi ketidakmampuannya dalam bekerja, jika hal ini berlangsung dalam waktu yang singkat maka stress itu dapat menjadi sesuatu yang memacu karyawan bekerja lebih keras namun apabila stress berlangsung lama dengan intensitas yang tinggi karyawan akan mengalami distress dan akan merasakan gangguan fisik, perilaku, emosi bahkan pikiran akibat dari stress dalam pekerjaan yang dideritanya. Teasdale, dkk.