Apa yang dimaksud dengan gangguan seksual ?

Gangguan seksual

Gangguan seksual seringkali semakin menjadi ketika dewasa dan menyebabkan banyak anak remaja justru salah kaprah dan menyimpang. Namun gangguan seksual bisa muncul sejak kecil atau sejak awal anak-anak bersosialisasi. Hal ini cukup membahayakan dimana ia bisa bertindak diluar batasan baik norma maupun agama dan perkembangan gangguannya akan semakin parah seiring umur bertambah.

Apa yang dimaksud dengan gangguan seksual ?

Menurut Sheila Garos (1998), gangguan seksual adalah gangguan frekuensi dan pengendalian perilaku seksual yang biasanya disebut sebagai impulsif atau kompulsif atau adiktif. Dalam literatur, telah terdapat sejumlah teori yang menjelaskan tentang gangguan/penyimpangan seksual, seperti perspektif biologis, konsepsi psikodinamika, teori-teori belajar, teori-teori sosiokultural, dan teori-teori evolusioner (Auchincloss & Vaughan, 2001; Ellis, 1991; Hogben & Byrne, 1998; Meliala, 2004).

De Block dan Adriaens (2013) dalam kajian sistematiknya baru-baru ini memperlihatkan sejarah perdebatan di kalangan psikiater dan seksolog dalam membahas gangguan jiwa seksual (penyimpangan seksual / sexual deviations , parafilia, ketidakwajaran seksual / perversions ) dan perilaku seksual imoral, tidak etis, atau ilegal. Mereka menemukan bahwa pada dasarnya ada tiga pendekatan penyelidikan, yakni :

  1. Posisi naturalistik, yang menekankan bahwa definisi penyimpangan seksual itu bersifat bebas-nilai (value-free);

  2. Posisi normativistik, yang menekankan bahwa segenap penilaian tentang penyimpangan seksual itu memuat nilai-nilai (value-laden);

  3. Posisi hibrida, yang mengombinasikan kedua posisi tersebut.

Terdapat pula nuansa perdebatan yang lain, yang nampak sepanjang penyusunan DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) pertama kalinya sampai dengan DSM Kelima, yakni :

  1. Pendekatan patologis, yang menekankan bahwa penyimpangan seksual merupakan penyakit, dan

  2. Pendekatan teori normalitas, yang menekankan bahwa ketidakwajaran seksual merupakan varian normal biologis dari variasi seksual.

Dewasa ini telah tercapai kesepakatan bahwa, “non normative sexuality need not necessarily be a mental disorder” (De Block & Adriaens, 2013, h. 293).

Variabel gangguan seksual secara operasional diturunkan dari konsep Garos (Garos, 1997; Garos & Stock, 1998; Garos, 2009). Alat ukur yang dihasilkannya adalah Garos Sexual Behavior Inventory (GSBI). GSBI dapat digunakan untuk klien forensik maupun populasi umum (Davis, 2008; Western Psychological Services, 2012). Garos menyatakan

I think what sets this test apart is that it’s not targeted at one single group. This test is not restricted for use with any one clinical group, such as people with sexual dysfunctions or sexoffenders. The GSBI was normed on the general population. As a result, it has a greater clinical utility. It can tell you if you have a client that you should investigate more thoroughly with regard to his or her sexual behavior

Terdapat empat faktor perilaku seksual menyimpang menurut Sheila Garos (1998), yaitu:

  • Discordance ; mencerminkan konflik, rasa tidak aman ( insecurity ), rasa bersalah dan rasa malu, atau keresahan ( uneasiness ) seseorang terhadap perilaku seksual dan seksualitasnya.

  • Sexual obsession ; mencerminkan preokupasi terhadap seks dan kesulitan mengendalikan impuls seks.

  • Permissiveness ; mencerminkan orientasi nilai seksual yang "liberal", atau "tidak konvensional", "tidak konservatif".

  • Sexual stimulation ; mencerminkan kenyamanan ( comfort ) dengan rangsangan seks dan keterbangkitan seksual ( sexual arousal ).