Apa yang dimaksud dengan Gangguan penyesuaian atau sindrom respon stres ?

Gangguan Penyesuaian atau Sindrom respon stres merupakan kondisi individu yang sangat emosional sehingga orang disektar yang ingin bersosialisasi tampak tidak bisa toleransi dengan pengidapnya. Umumnya mereka akan mengalami sindrom ini setelah mengalami hal yang tidak diinginkan atau tidak bisa diterima dengan baik seperti perceraian, bencana alam, kematian seseorang dan lainnya. Hal seperti ini dianggap berbahaya karena bisa menyakiti orang lain terutama pada anak-anak yang belum tahu dampak atau bahaya dari sifat yang emosi.

Gangguan penyesuaian merupakan gejala-gejala emosional atau perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respons terhadap satu atau lebih stresor yang nyata. Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama tiga bulan dari munculnya stressor tersebut. Gangguan ini merupakan respon patologis terhadap apa yang oleh orang awam disebut sebagai kekurang beruntungan, atau yang menurut para psikiater disebut sebagai stressor psikososial. Gangguan ini bukan merupakan kondisi lebih buruk dari gangguan
psikiatrik yang sudah ada.

Halgin & Whitbourne (1994) mengungkapkan bahwa gangguan penyesuaian diri adalah reaksi terhadap satu atau beberapa perubahan (stressor) dalam kehidupan seseorang yang lebih ekstrem dibandingkan dengan reaksi normal orang pada umumnya, terhadap perubahan (stressor) yang sama.

Reaksi maladaptif terlihat dari adanya hendaya yang bermakna (signifikan) dalam fungsi sosial, pekerjaan, akademis, atau adanya kondisi distress emosional yang melebihi batas normal. Hendaya tersebut muncul dalam 3 bulan setelah adanya stressor. Reaksi maladaptif dalam bentuk gangguan penyesuaian ini, mungkin teratasi bila stressor dipindahkan atau individu belajar mengatasi stressor. Bila reaksi maladaptif ini berlangsung lebih dari enam bulan setelah stressor (konsekuensinya) dialihkan, diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah.

ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat tekanan pada emosi dan psikis, yang muncul sebagai bagian adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan, kejadian hidup yang penuh tekanan, penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan adanya penyakit yang serius.

Stresor bisa hanya melibatkan individual, atau bahkan mempengaruhi komunitas yang lebih luas. Predisposisi dan vulnerabilitas individu memiliki peran yang lebih penting dalam risiko munculnya manifestasi dari gangguan penyesuaian dibandingkan dengan reaksi terhadap kejadian penuh tekanan lainnya, seperti post-traumatic stress disorder. Gangguan Penyesuaian diasumsikan sebagai suatu keadaan yang tidak akan terjadi tanpa adanya stressor. ICD-10 mendefinisikan stressor di sini sebagai stressor yang “tidak termasuk tipe yang tidak biasa atau katastropik”

Menggolongkan “gangguan penyesuaian” sebagai sebuah gangguan mental memunculkan beberapa kesulitan karena tidak mudah mendefinisikan apa yang normal dan tidak normal dalam konsep gangguan penyesuaian. Bila sesuatu yang buruk terjadi pada hidup kita, maka wajar bila kita merasa sedih. Bila ada krisis dalam pekerjaan, saat dituduh melakukan kejahatan, mengalami kebanjiran, bisa dimengerti bila kita mengalami kecemasan atau depresi. Sebaliknya justru apabila kita tidak bereaksi “maladaptif”, paling tidak secara temporar, karena terjadinya peristiwa- peristiwa tersebut, dapat menunjukkan ada yang tidak wajar pada diri kita. Namun, bila reaksi emosional kita berlebihan, atau kemampuan kita untuk berfungsi mengalami penurunan atau hendaya, maka kondisi ini bisa didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian. Jadi, bila kita sulit berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas kuliah karena putus cinta dan nilai akademis menurun, maka ada kemungkinan kita mengalami gangguan penyesuaian

Gangguan penyesuaian terkadang dikritik sebagai “memedikalisasi masalah dalam kehidupan”, karena perbedaan yang ditimbulkan antara kondisi ini dengan reaksi normal terhadap stres. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gangguan penyesuaian biasanya mengganggu fungsi sosial dan penampilan, dan muncul sebagai adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan. Stresor dapat mempengaruhi integritas kehidupan sosial seseorang (melalui kehilangan atau perpisahan), atau bahkan yang melibatkan sistem yang lebih luas (migrasi atau pengungsian).

Gangguan penyesuaian atau sindrom respon stres

Epidemiologi

Prevalensi gangguan penyesuaian berkisar dari 2,3% pada pasien rawat jalan yang tidak memiliki gangguan pada Axis I atau II hingga 20% pada diagnosis dengan Axis I dan II. Pada dewasa, perempuan mendominasi dari pria dengan perbandingan 2:1.

Beberapa studi menunjukkan angka 12%, angka tertinggi 23% pada data pasien yang disimpan. Mood depresi adalah subtipe dari gangguan penyesuaian yang paling sering, diikuti dengan gangguan penyesuaia dengan mood anxietas, gabungan anxietaas dan depresi, kemudian gangguan perilaku.

Gangguan penyesuaian merupakan salah satu gangguan yang paling banyak ditemukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit, baik yang dirawat karena penyakit fisik, maupun juga pasien yang hendak mengalami operasi. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa 5 persen dari semua pasien yang dirawat pada suatu rumah sakit selama masa 3 tahun didiagnosis mengalami gangguan penyesuaian. Kemudian juga ditemukan bahwa 50 persen dari orang-orang yang memiliki riwayat penyakit medis, didiagnosis mengalami gangguan penyesuaian

Berdasarkan penelitian selama 5 tahun, diperoleh perbedaan penting antara remaja dan dewasa terkait dengan prognosis gangguan penyesuaian. Sebagian besar individu dewasa dengan gangguan penyesuaian bebas dari gejala (71% yang benar-benar baik, 8% memiliki masalah intervensi, dan 21% mengalami depresi atau kecanduan alcohol), remaja memiliki hasil yang jauh berbeda. Selama 5 tahun, penelitian ini dilanjutkan, hasil bahwa 43% remaja memiliki gangguan psikiatri utama (misalnya, skizofrenia, gangguan skizoafektif, depresi, gangguan penyalahguanaan zat, dan gangguan kepribadian), 13% memiliki gangguan mental intervensi, dan 44% tidak memiliki gangguan mental.

Etiologi


Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya stressor. Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan penyesuaian, namun stress adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi. Hingga sekarang, etiologi belum pasti dan dapat dibagi atas beberapa faktor sebagai berikut:

  1. Genetik
    Temperamen yang tinggi ansietas cenderung lebih bereaksi terhadap suatu peristiwa stress dan kemudian mengalami gangguan penyesuaian. Ada penelitian menyatakan bahwa berbagai peristiwa kehidupan dan stressor ada kolerasi pada anak kembar.

  2. Biologik
    Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang serius atau disabilitas.

  3. Psikososial
    Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orang tua pada masa bayi atau mereka yang ada pengalaman buruk dengan ibu, kemampuan mentolerir frustasi dalam hidup individu dewasa berhubungan dengan kepuasan dari kebutuhan dasar hidup masa bayi.

Diagnosis gangguan penyesuaian membutuhkan identifikasi dari kejadian yang penuh tekanan. Masih terjadi perdebatan apakah pasien dengan gangguan penyesuaian memiliki vulnerabilitas yang tinggi terhadap stressor yang umum atau vulnerabilitas yang umum terhadapp stressor yang besar.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan penyesuaian pada seseorang.

  • Peran stress

    Seseorang harus mengalami kejadian yang penuh tekanan untuk dianggap mengalami gangguan penyesuaian. Stressor yang menyebabkan gangguan penyesuaian bisa jadi berbeda tipe dan bobot. Paykel et al., mengklasifikasikan kejadian hidup menjadi desirable/undesirable (seperti kemajuan karir.penyakit), penerimaan/kehilangan (seperti pernikahan/kematian seseorang yang dicintai).

    Stressor bisa single/tunggal bisa multiple/banyak, single misalnya, kehilangan orang yang dicintai, sedangkan yang multiple misalnya selain kehilangan orang yang dicintai, juga di PHK, dan mengidap suatu penyakit. Selain itu stressor juga dapat berupa sesuatu yang berulang, misalnya kesulitan bisnis di masa sulit, serta dapat berupa sesuatu yang terus menerus, misalnya kemiskinan dan penyakit kronis. Perselisihan dalam keluarga dapat menyebabkan gangguan penyesuaian yang berpengaruh terhadap semua anggota keluarga, namun dapat juga gangguan hanya terbatas pada satu anggota keluarga yang mungkin menjadi korban, atau secara fisik, menderita penyakit. Terkadang, gangguan penyesuaian juga dapat muncul pada konteks kelompok atau komunitas, dimana sumber stresnya mempengaruhi beberapa orang sekaligus, seperti yang terjadi pada komunitas yang mengalami bencana alam. Selain itu tahap perkembangan tertentu seperti, mulai masuk sekolah, meninggalkan rumah untuk merantau, menikah, menjadi ayah/ibu, gagal dalam meraih cita-cita, maupun ditinggal oleh anak untuk merantau, sering diasosiasikan dengan gangguan penyesuaian (Kaplan & Sadock, 2007).

  • Vulnerabilitas individu

    Masing-masing individu memiliki vulnerabilitas yang berbeda terhadap gangguan penyesuaian, tergantung dari karakteristik kepribadian dan latar belakang masing-masing. Tidak semua orang yang mengalami stress akan memiliki gangguan penyesuaian. Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi vulnerabilitas seseorang terhadap stress:

    • Variabilitas individu: usia, jenis kelamin, tingkat kesehatan atau komorbiditas kejiwaan.

    • Faktor hubungan : seperti tingkat instruksi; etik, politik, kepercayaan.

    • Lingkungan keluarga: keberadaan dukungan, kekuata hubungan, dan status ekonomi.

    • Kejadian di masa kecil: seorang ibu yang mengontrol anaknya atau seorang ayah yang suka meng-abuse anaknya, berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan penyesuaian. Faktor personal dari tingginya neurotisme dan rendahnya ekstraversi mungkin berhubungan dengan gangguan penyesuaian.

    • Level pendidikan: Level pendidikan yang tinggi dapat melindungi diri dari distress psikologis.

    • Status pernikahan: Pernikahan dianggap sebagai faktor yang dapat melindungi diri dari gangguan penyesuaian.

    Hubungan antara kelainan kepribadian dan gangguan penyesuaian masih tidak jelas. Meskipun gangguan kepribadian dapat meningkatkan risiko berkembangnya gangguan penyesuaian, pasien dengan gangguan penyesuaian lebih jarang untuk memiliki kelainan kepribadian dibandingkan dengan pasien depresi.

Manifestasi Klinis


Gangguan penyesuaian didiagnosis saat seseorang memiliki gejala kejiwaan saat menyesuaikan diri terhadap keadaan baru.

Gejala-gejala yang muncul bervariasi, misalnya depresi, kecemasan, atau campuran di antara keduanya. Gejala campuran ini yang paling sering ditemukan pada orang dewasa. Berikut adalah gabungan dari beberapa gejala gangguan penyesuaian:

  • Gejala psikologis. Meliputi depresi, cemas, khawatir, kurang konsentrasi, dan mudah tersinggung.

  • Gejala fisik. Meliputi berdebar-debar, nafas cepat, diare, dan tremor.

  • Gejala perilaku. Meliputi agresif, ingin menyakiti diri sendiri, alcohol abuse, penggunaan obat-obatan yang tidak tepat, kesulitan sosial, dan masalah pekerjaan.

Gejala-gejala tersebut muncul bertahap setelah adanya kejadian yang penuh tekanan, dan biasanya berlangsung dalam waktu sebulan (ICD-10) atau 3 bulan (DSM IV). Gangguan ini jarang terjadi lebih dari 6 bulan. Contoh kejadian yang penuh tekanan antara lain putusnya hubungan, pemutusan hubungan kerja, perselisihan dalam pekerjaan, kehilangan,
sakit dan perubahan besar.

Seseorang yang menderita gangguan penyesuaian akan memiliki kesulitan dalam fungsi sosial dan pekerjaan; kerja dan hubungan antara sesama akan terganggu akibat stress yang berlangsung atau kurangnya konsentrasi. Bagaimanapun juga kesulitan yang terjadi tidak akan mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang sampai level yang signifikan. Gejala tidak selalu menghilang segera setelah stressor menghilang dan jika stressor berlanjut, gangguan mungkin akan menjadi kronik.

Gangguan penyesuaian atau sindrom respon stres

Kriteria Diagnosis


Menurut DSM-IV-TR, kriteria diagnosis untuk gangguan penyesuaian adalah sebagai berikut :

  • Perkembangan gejala emosi maupun perilaku yang muncul sebagai respon terhadap stresor yang dapat diidentifikasi, terjadi dalam/tidak lebih dari 3 bulan setelah onset dari stresor tersebut.

  • Gejala atau perilaku tersebut secara klinis bermakna sebagaimana ditunjukkan berikut ini:

    • Penderitaan yang nyata melebihi apa yang diperkirakan, saat mendapatkan paparan stressor.

    • Gangguan yang bermakna pada fungsi sosial atau pekerjaan, termasuk dalam bidang akademik.

  • Gangguan yang berhubungan dengan stres tidak memenuhi kriteria untuk kelainan Axis I secara spesifik dan bukan merupakan eksaserbasi dari kelainan Axis I atau II yang ada sebelumnya.

  • Gejalanya yang muncul tidak mencerminkan kehilangan (Bereavement)

  • Jika stressor (atau sequence-nya) telah berhenti, gejala tidak muncul lagi untuk tambahan 6 bulan ke depan.

    Tentukan jika:

    • Akut: Jika gangguan terjadi selama kurang dari 6 bulan

    • Kronik: Jika gangguan terjadi selama 6 bulan atau lebih lama adjusment disorder dikode berdasarkan pada sub tipenya, yang dipilih berdasarkan gejala yang predominan.

Stresor yang spesifik dapat ditentukan dalam axis IV

309.0 With Depressed Mood
309.24 With Anxiety
309.28 With Mixed Anxiety and Depressed Mood
309.3 With Disturbance of Conduct
309.4 With Mixed Disturbance of Emotions and Conduct
309.9 Unspecified

Menurut ICD-10, kriteria diagnosis untuk gangguan penyesuaian adalah sebagai berikut.

Gangguan penyesuaian dikode ke dalam F43.2, golongan Reaction to severe stress, and adjustment disorders (F43). Menurut ICD 10, terdapat bermacam-macam manifestasi klinis dari gangguan penyesuaian, termasuk mood depresi, cemas, khawatir (atau gabungan antara ketiganya), perasaan tidak mampu untuk mengatasi perasaan, merencanakan masa depan, atau melanjutkan kondisi saat ini, dan beberapa tingkatan atas ketidakmampuan dalam penampilan sehari-hari. Mungkin saja akan terjadi gangguan perilaku (seperti agresivitas dan disosial), terutama pada orang dewasa. Tidak ada gejala yang predominan untuk masuk ke dalam diangosis spesifik lainnya. Pada anak-anak biasanya terdapat fenomena regresif, seperti mengompol, berbicara seperti bayi, atau menghisap jempol.

Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan sejak terjadinya kejadian yang penuh dengan tekanan atau mengubah kehidupan, dan biasanya durasi dari gejala tersebut tidak melebihi 6 bulan, kecuali masuk ke dalam kasus reaksi depresi berkepanjangan (F 43.21). Jika gejala yang muncul berlangsung lama, maka diagnosis sebaiknya diubah sesuai dengan gambaran klinis yang muncul.

Jika penyebabnya adalah kehilangan, maka harus dipertimbangkan juga sebagai reaksi normal dari kehilangan (bereavement), yang sesuai dengan budaya seseorang dan biasanya tidak lebih dari 6 bulan. Untuk diagnosis tersebut biasanya dikode dengan Z63.4 (menghilangnya atau meninggalnya anggota keluarga).

Reaksi kehilangan dalam berbagai waktu, yang dianggap tidak normal karena bentuk atau isinya, harus dikode sebagai F43.22, F43.23, F43.24, atau F43.25, dan yang mana masih selalu muncul dan bertahan hingga 6 bulan dapat dikode sebagai F43.21 (reaksi depresi berkepanjangan)

Pedoman Diagnosis

  • Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:

    • Bentuk, isi, dan beratnya gejala;
    • Riwayat dan corak kepribadian sebelumnya; dan
    • Kejadian , situasi yang penuh tekanan, atau krisis kehidupan.
  • Keberadaan ketiga faktor ini harus jelas dan mempunyai bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami hal tersebut.

  • Jika stressornya dianggap minimal, atau jika merupakan sebuah hubungan sementara (kurang dari 3 bulan), kelainan tersebut harus diklasifikasikan di tempat lain, sesuai dengan gejala yang muncul.

    Includes:

    • Culture shock
    • Grief reaction
    • Hospitalism in children

    Excludes: Gangguan cemas terpisah pada anak (F93.0)

Jika kriteria untuk gangguan penyesuaian sudah tepat, bentuk klinis atau fitur-fitur yang dominan dapat dispesifikan ke dalam 7 karakter, yaitu :

  • F43.20 Brief depressive reaction
    Suatu keadaan depresi yang ringan dan sementara dengan durasi tidak melebihi 1 bulan.

  • F43.21 Prolonged depressive reaction
    Suatu keadaan depresi ringan yang terjadi sebagai respon dari pajanan situasi penuh tekanan yang berkepanjangan, namun durasi tidak melebihi 2 tahun.

  • F43.22 Mixed anxiety and depressive reaction
    Baik gejala depresi maupun cemas cukup banyak, namun pada level yang tidak lebih tinggi dari mixed anxiety and depressive disorder (F41,2) atau gangguan cemas campuran lainnya (F41.3).

  • F43.23 With predominant disturbance of other emotions
    Gejalanya biasanya berupa emosi yang parah, seperti cemas, khawatir, tegang, dan marah. Kategori ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang memiliki perilaku regresif, seperti mengompol atau menghisap ibu jari.

  • F43.24 With predominant disturbance of conduct
    Gangguan paling utama adalah yang meliputi perilaku, seperti reaksi kehilangan orang dewasa yang mengakibatkan terjadinya perilaku agresif atau disosial.

  • F43.25 With mixed disturbance of emotions and conduct
    Baik gejala emosional maupun gangguan perilaku, keduanya muncul dalam bentuk yang prominent.

  • F43.28 With other specified predominant symptoms

Menurut PPDGJ-III, kriteria diagnosis untuk gangguan penyesuaian tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:

  • Bentuk, isi, dan beratnya gejala
  • Riwayat sebelumnya atau corak kepribadian
  • Kejadian, situasi yang penuh stres, atau krisis kehidupan

Adanya ketiga faktor di atas harus jelas dan mempunyai bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami hal tersebut.Manifestasi gangguan bervariasi dan mencakup afek depresi, anxietas, campuran depresi dan anxietas, gangguan tingkah laku disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari­-hari. Biasanya mulai terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang penuh stres, dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan kecuali dalam hal reaksi depresi berkepanjangan. Karakter-karakter tersebut antara lain :

  • F43.20 = reaksi depresi singkat

  • F43.21 = reaksi depresi berkepanjangan

  • F43.22 = reaksi campuran anxietas dan depresi

  • F43.23= dengan predominan gangguan emosi lain

  • F43.24= dengan predominan gangguan perilaku

  • F43.25= dengan gangguan campuran emosi dan perilaku

  • F43.28= dengan gejala predominan lainnya YDT.

Gangguan penyesuaian atau sindrom respon stres

Pengobatan


Psikoterapi

Intervensi psikoterapi pada gangguan penyesuaian bertujuan untuk mengurangi efek dari stressor, meningkatkan kemampuan mengatasi (coping) stressor yang tidak bisa dikurangi, dan menstabilkan status mental dan sistem dukungan untuk memaksimalkan adaptasi. Psikoterapi dapat berupa: terapi perilaku-kognitif, terapi interpersonal, upaya psikodinamik atau konseling.

Tujuan utama dari psikoterapi ini untuk menganalisa stressor yang mengganggu pasien kemudian dihilangkan atau diminimalkan. Sebagai contoh, amputasi kaki dapat menghancurkan perasaan seseorang tentang dirinya, terutama jika individu tersebut adalah seorang atlet lari. Perlu diperjelas bahwa pasien tersebut tetap memiliki suatu kemampuan besar, dimana ia dapat menggunakannya untuk pekerjaan yang berguna, tidak perlu kehilangan hubungan yang berharga, dapat bereproduksi, dan ini tidak berarti bagian tubuh yang lain juga akan hilang. Jika tidak, pasien tersebut dapat berfantasi ( bahwa semuanya hilang) dan stressor (amputasi) dapat mengambil alih, membuat disfungsional (pekerjaan, seks) pada pasien, dan menyebabkan disforia yang menyakitkan atau kecemasan.

Beberapa stressor dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan (misalnya, pasien memutuskan untuk bunuh diri atau melakukan pembunuhan setelah ditinggalkan oleh kekasihnya). Pada kasus seperti reaksi berlebihan dengan perasaan, emosi atau perilaku, terapis akan membantu individu menempatkan perasaan dan kemarahannya melalui kata-kata daripada melakukan tindakan destruktif dan memberikan perspektif. Peran verbalisasi dan gabungan afek dan konflik yang tidak berlebihan dalam upaya mengurangi stressor dan meningkatkan coping. Obat-obatan dan alkohol tidak dianjurkan.

Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal semua mendorong individu untuk mengekspresikan pengaruh, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap stressor. Mereka juga membantu individu untuk menilai kembali realitas dalam beradaptasi. Sebagai contoh, hilangnya kaki bukan berarti kehilangan nyawa. Tetapi itu adalah kerugian besar. Psikoterapi singkat berusaha untuk membingkai makna stressor tersebut, cara meminimalkannya dan mengurangi defisit psikologis terhadap kejadian tersebut.

Farmakoterapi

Biasanya, penggunaan terapi farmakologi oleh individu dengan gangguan penyesuaian adalah untuk mengurangi gejala seperti insomnia, kecemasan dan serangan panik. Yang paling umum diresepkan untuk agen individu dengan gangguan penyesuaian adalah benzodiazepine dan anti-depresan. Stewart et al merekomendasikan percobaan antidepresan pada pasien dengan depresi ringan atau berat yang belum memberi respon atau intervensi psikoterapi suportif lainnya selama 3 bulan.

Dalam sebuah penelitian yang ditujukan untuk membedakan respon terapi antidepresi pada Depresi Major dengan gangguan penyesuaian dengan mood depresi, ditemukan hasil bahwa tidak ada perbedaan respon klinis antara keduanya terhadap antidepresi. Namun kecepatan respon terapinya lebih cepat 2 kali pada gangguan penyesuaian dibandingkan pasien depresi biasa.

Tidak ada terapi antidepresi yang lebih efektif, baik terapi tunggal maupun terapi kombinasi, dalam pengobatan gangguan penyesuaian. Pengobatan dengan trazodone maupun clorazepate pada pasien gangguan penyesuaian dengan HIV menunjukan hasil yang sama dalam penyembuhan penyakit. Pengobatan dengan etifoxine (obat anxiolitic non benzodiazepine) dan lorazepam juga menunjukkan adanya kemanjuran dalam mengobati gejala, namun pada pasien yang menggunakan etifoxine ditemukan bahwa pasiennya membaik secara nyata dan menunjukan efek yang baik tanpa efek samping.

Prognosis


Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umunya adalah baik. Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu 3 bulan. 1Ada gangguan penyesuaian yang berlangsung sementara dan dapat sembuh sendiri atau setelah mendapat terapi.

Remaja membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih kembali dibandingkan dengan orang dewasa. Terdapat penelitian follow-up setelah 5 tahun mendapatkan terapi, 71% pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual, 21% berkembang menjadi gangguan depresi mayor, atau alkoholisme.

Pada remaja prognosis kurang baik, karena 43% menderita Gangguan Skizofrenia denga gangguan skizoafektif, depresi mayor. Gangguan penyalahgunaan zat, serta gangguan kepribadian. Adapun resiko bunuh diri cukup tinggi.

Referensi
  1. Kandou JE. Gangguan Penyesuaian. In: Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK UI; 2010.
  2. Wilson DS. Adjustment Disorder. 2008
  3. Tami D Benton M. Adjustment Disorders Medscape. 2012.
  4. Chapter 61: Adjusment Disorder. In: Kay J, Tasman A, editors. Essentials of Psychiatry. Spain: John Wiley & Sons; 2006.
  5. Chapter 41: Adjusment Disorder. In: First MB, Tasman A, editors. A Clinical Guide to the Diagnosis and Treatment of Mental Disorders. UK: John Wiley & Sons; 2006.
  6. Maslim R. Gangguan Terkait Stress. In: Maslim R, editor. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001.
  7. Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan. Airlangga University Press : Surabaya

Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama tiga bulan dari munculnya stressor tersebut. Gangguan ini merupakan respon patologis terhadap apa yang oleh orang awam disebut sebagai kekurang beruntungan, atau yang menurut para psikiater disebut sebagai stressor psikososial. Gangguan ini bukan merupakan kondisi lebih buruk dari gangguan psikiatrik yang sudah ada. (Kaplan & Sadock, 1991).

Halgin & Whitbourne (1994) mengungkapkan bahwa gangguan penyesuaian diri adalah reaksi terhadap satu atau beberapa perubahan (stressor) dalam kehidupan seseorang yang lebih ekstrem dibandingkan dengan reaksi normal orang pada umumnya, terhadap perubahan (stressor) yang sama.

Reaksi maladaptif terlihat dari adanya hendaya yang bermakna (signifikan) dalam fungsi sosial, pekerjaan, akademis, atau adanya kondisi distress emosional yang melebihi batas normal. Hendaya tersebut muncul dalam 3 bulan setelah adanya stressor. Reaksi maladaptif dalam bentuk gangguan penyesuaian ini, mungkin teratasi bila stressor dipindahkan atau individu belajar mengatasi stressor. Bila reaksi maladaptif ini berlangsung lebih dari enam bulan setelah stressor (konsekuensinya) dialihkan, diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah (Rathus & Nevid, 1991).

ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat tekanan pada emosi dan psikis, yang muncul sebagai bagian adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan, kejadian hidup yang penuh tekanan, penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan adanya penyakit yang serius.

Stresor bisa hanya melibatkan individual, atau bahkan mempengaruhi komunitas yang lebih luas. Predisposisi dan vulnerabilitas individu memiliki peran yang lebih penting dalam risiko munculnya manifestasi dari gangguan penyesuaian dibandingkan dengan reaksi terhadap kejadian penuh tekanan lainnya, seperti post-traumatic stress disorder. Gangguan Penyesuaian diasumsikan sebagai suatu keadaan yang tidak akan terjadi tanpa adanya stressor. ICD-10 mendefinisikan stressor di sini sebagai stressor yang “tidak termasuk tipe yang tidak biasa atau katastropik”.

Menggolongkan “gangguan penyesuaian” sebagai sebuah gangguan mental memunculkan beberapa kesulitan karena tidak mudah mendefinisikan apa yang normal dan tidak normal dalam konsep gangguan penyesuaian. Bila sesuatu yang buruk terjadi pada hidup kita, maka wajar bila kita merasa sedih. Bila ada krisis dalam pekerjaan, saat dituduh melakukan kejahatan, mengalami kebanjiran, bisa dimengerti bila kita mengalami kecemasan atau depresi. Sebaliknya justru apabila kita tidak bereaksi “maladaptif”, paling tidak secara temporar, karena terjadinya peristiwa- peristiwa tersebut, dapat menunjukkan ada yang tidak wajar pada diri kita. Namun, bila reaksi emosional kita berlebihan, atau kemampuan kita untuk berfungsi mengalami penurunan atau hendaya, maka kondisi ini bisa didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian. Jadi, bila kita sulit berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas kuliah karena putus cinta dan nilai akademis menurun, maka ada kemungkinan kita mengalami gangguan penyesuaian (Rathus & Nevid, 1991).

Gangguan penyesuaian terkadang dikritik sebagai “memedikalisasi masalah dalam kehidupan”, karena perbedaan yang ditimbulkan antara kondisi ini dengan reaksi normal terhadap stres. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gangguan penyesuaian biasanya mengganggu fungsi sosial dan penampilan, dan muncul sebagai adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan. Stresor dapat mempengaruhi integritas kehidupan sosial seseorang (melalui kehilangan atau perpisahan), atau bahkan yang melibatkan sistem yang lebih luas (migrasi atau pengungsian).

Gangguan penyesuaian didefinisikan sebagai gejala-gejala emosional atau perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respons terhadap satu atau lebih stresor yang nyata.

Gangguan penyesuaian adalah reaksi maladaptif jangka pendek terhadap apa yang disebut oleh orang awam sebagai bencana pribadi tetapi didalam psikiatri sebagai stressor psikososial.

  • Epidemiologi

Gangguan penyesuaian dapat dijumpai pada semua usia dan lebih sering pada remaja. Prevalensi diperkirakan 2-8% dari populasi umum. Suatu penelitian di Amerika, mendapatkan 5-20% pasien dewasa yang berobat di poliklinik jiwa menderita gangguan penyesuaian, sedangkan 70% anak yang dirawat di klinik jiwa menderita gangguan penyesuaian.

Dalam satu survey pasien psikiatri, 10 persen populasi sampel ditemukan menderita gangguan penyesuaian. Rasio wanita terhadap laki-laki adalah 2 berbanding 1. Wanita yang hidup sendirian biasanya secara jelas dinyatakan sebagai yang paling berisiko. Di antara remaja dari kedua jenis kelamin, bentuk stress pencetus yang paling sering adalah masalah sekolah, penolakan orangtua, perceraian orangtua, dan penyalahgunaan zat. Diantara orang dewasa, stres pencetus yang sering adalah masalah perkawinan, perceraian, pindah ke lingkungan yang baru, dan masalah finansial.

  • Etiologi

Gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stresor. Beratnya stressor tidak selalu meramalkan keparahan gangguan penyesuaian. Beratnya stressor adalah fungsi yang kompleks dari konteks derajat, kuantitas, durasi, reversibilitas, lingkungan dan personal. Sebagai contoh, kematian orangtua berbeda bagi orang yang berusia 10 tahun dan 40 tahun. Organisasi kepribadian dan norma dan nilai-nilai kultural atau kelompok berperan terhadap ketidakseimbangan respons terhadap stresor.2

  • Patogenesis

Pada umumnya individu dengan gangguan ini dapat mengalami resolusi gejala-gejala atau di lain pihak justru berkembang menjadi penyakit yang lebih berat. Yang akut adalah apabila gangguan dialami selama kurang dari 6 bulan, dan yang kronik bila gangguan ada selama 6 (enam) bulan atau lebih. Pasien kebanyakan akan kembali berfungsi sebagai semula dalam kurun waktu 3 bulan.1

  • Diagnosis

Pedoman diagnostik menurut DSM-V, yaitu:

  • Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:

    • bentuk, isi, dan beratnya gejala;
    • riwayat sebelumnya dan corak kepribadian; dan
    • kejadian, situasi yang “stressful”, atau krisis kehidupan
  • Adanya faktor ketiga diatas © harus jelas dan bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut.

  • Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, anxietas, campuran anxietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satupun dari gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung diagnosis.

  • Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang “stressful”, dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan.

  • Klasifikasi

Ada 6 tipe gangguan penyesuaian dengan gejala-gejala yang predominan:

  • Dengan afek depresif. Manifestasi yang menonjol adalah gejala-gejala afek depresif, putus harapan, dan mudah menangis.

  • Dengan anxietas. Adanya gejala-gejala gelisah, khawatir, cemas, dan tidak tenang. Pada anak-anak ada ketakutan berpisah dari orangtua, menolak untuk tidur sendiri dan masuk sekolah.

  • Dengan campuran anxietas dan afek depresi. Pasien menunjukkan ciri-ciri kecemasan dan depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan kecemasan atau gangguan depresi yang telah ditegakkan.2

  • Dengan gangguan tingkah laku. Mencakup gangguan tingkah laku seperti membolos, mencuri, berperilaku merusak, seks yang idak wajar dan tidak pada tempatnya. Mereka dapat melanggar hak-hal azasi orang lain, melakukan pelanggaran aturan dan hokum tanpa penyesalan.

  • Dengan gangguan emosi dan tingkah laku. Mencakup gabungan antara perubahan tingkah laku dan perasaan depresi dan anxietas.

  • Yang tak tergolongkan. Mencakup mereka yang kurang dapat beradaptasi terhadap stress dan gejala-gejala yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori spesifik diatas. Misalnya respons terhadap diagnosis penyakit fisik dengan mengingkari dan adanya ketidakpatuhan berobat dan atau menjauh dari kontak sosial.1

  • *Diagnosis Banding

Gangguan lain yang harus dibedakan dengan gangguan penyesuaian mencakup gangguan depresi berat, gangguan psikotik singkat, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan terkait zat, gangguan tingkah laku, masalah akademik, masalah idenitas, masalah pekerjaan, dan gangguan stress pascatrauma. Pasien dengan gangguan penyesuaian memiliki hendaya fungsi sosial dan pekerjaaan serta menunjukkan gejala diluar reaksi normal dan dapat diterima stressor.

  • Penatalaksanaan Psikoterapi

Psikoterapi tetap merupakan pilihan untuk gangguan penyesuaian. Terapi kelompok dapat berguna pada pasien yang mengalami stress yang serupa. Contohnya sekelompok orang pension atau passion yang mengalami dialisis ginjal. Psikoterapi individual menawarkan kesempatan untuk menggali arti stresor bagi pasien, sehingga trauma yang lebih dini dapat diatasi. Setelah terapi berhasil, pasien kadang-kadang muncul dari suatu gangguan penyesuaian lebih kuat daripada periode premorbid. Psikoterapi dapat membantu orang untuk beradaptasi terhadap stressor ireversibel dan dapat berfungsi sebagai intervensi preventif jika stresor pulih.

  • Intervensi Krisis. Tipe terapi singkat, intervensi krisis ditujukan untuk membantu orang dengan gangguan penyesuaian memecahkan situasi dengan cepat dengan teknik suportif, sugesti, penenteraman, modifikasi lingkungan, dan bahkan perawatan dirumah sakit jika diperlukan. Frekuensi dan lamanya kunjungan untuk dukungan krisis adalah bervariasi tergantung dari kebutuhan pasien.

  • Farmakoterapi. Penggunaan obat yang bijaksana dapat membantu pasien dengan gangguan penyesuaian, tetapi obat tersebut harus diresepkan untuk periode yang singkat. Pasien mungkin berespons terhadap obat antianxietas atau antidepresan, tergantung pada jenis gangguan penyesuaian.Pemberian antidepresi dapat diberikan bila dijumpai.

Anti depresan:

  1. Amitriptilin

  2. Amoxapine

  3. Tianeptine

  4. Clomipamine

  5. Imipramine

  6. Moclobemide

  7. Maprotiline

  8. Mianserin

  9. Sertraline

  10. Trazodone

  11. Paroxetine

  12. Fluvoxamine

  13. Fluoxatine

  14. Citalopran

  15. Mirtazepine

Anti Psikotik :

  1. Chlorpromazine

  2. Haloperidol

  3. Perphenazine

  4. Fluphenazine

  5. Levomepromazine

  6. Trifluoperazine

  7. Thioridazine

  8. Sulpiride

  9. Pimozide

  10. Risperidone

  11. Clozapine

  12. Quetiapine

  13. Olanzapine

  • Prognosis

Prognosis keseluruhan gangguan penyesuaian biasanya adalah baik dengan pengobatan yang sesuai. Sebagian besar pasien kembali ke tingkat fungsi sebelumnya dalam tiga bulan. Remaja biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih dibandingkan orang dewasa. Beberapa orang (khususnya remaja) yang mendapat diagnosis gangguan penyesuaian kemungkinan memiliki gangguan mood atau gangguan berhubungan zat.