Apa yang dimaksud dengan Gangguan Pengendalian Impuls atau Impulse Control Disorder ?

Gangguan Pengendalian Impuls

Gangguan Pengendalian Impuls atau Impulse-control disorder (ICD) adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan impulsivitas - kegagalan untuk menahan godaan, dorongan, atau ketidakmampuan untuk berpikir panjang. Banyak gangguan kejiwaan menampilkan impulsivitas, termasuk gangguan terkait zat, kecanduan perilaku, gangguan hiperaktif akibat kekurangan perhatian, gangguan kepribadian antisosial, gangguan perilaku, dan beberapa gangguan suasana hati.

Apa yang dimaksud dengan Gangguan Pengendalian Impuls atau Impulse Control Disorder ?

Sebagai manusia, kemampuan mengendalikan dorongan-dorongan kita merupakan pembeda antara kita dengan spesies lain dan menandai kematangan psikologis kita. Sebagian besar dari kita mempunyai kemampuan untuk berpikir sebelum bertindak. Tetapi ini tidak mudah bagi orang yang memiliki masalah dalam mengendalikan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya.

Orang dengan gangguan kontrol impuls (Impulse Control Disorder) tidak dapat menahan dorongan untuk melakukan sesuatu yang membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain. Gangguan kontrol impuls termasuk kecanduan obat-obatan, kecanduan alkohol, gangguan makan berlebihan, judi berlebihan, kecanduan game, kecanduan smartphone, hiperseks, kleptomania (mencuri) dan lain sebagainya.

Dalam psikologi, gangguan kontrol impuls (ICD) adalah seseorang yang tidak dapat menghentikan dirinya dari melakukan sesuatu yang berpotensi berbahaya bagi dirinya sendiri.

Gejala Gangguan Kontrol Impuls

Meskipun terdapat bervariasi gejala gangguan kontrol impuls, tetapi ada konsistensi tertentu yang terlihat pada orang yang berjuang dengan impulsivitas-nya. Secara umum, episode impulsif dimulai ketika seseorang merasakan dorongan untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan, yang kemudian menjadi sumber stres atau kecemasan sampai mereka tidak dapat menahan diri. Setelah bertindak atas dorongan itu, perilaku itu diikuti oleh perasaan lega yang luar biasa, yang sering diikuti oleh perasaan bersalah yang kuat.

Berikut tahapan-tahapan seseorang dalam mengatasi impusivitas-nya.

gangguan kontrol impuls

Oleh karena itu, individu dengan pengendalian implus memiliki ciri-ciri berikut:

  1. Individu tidak dapat menahan suatu implus, dorongan, atau godaan untuk melakukan suatu tindakan yang berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain. Individu mungkin secara disadari atau tidak disadari menentang implus dan mungkin merencanakan atau tidak merencanakan tindakan tersebut.

  2. Sebelum melakukan tindakan, mereka merasakan ketegangan atau rangsangan
    yang meningkat.

  3. Saat melakukan tindakan, individu dengan gangguan ini merasakan kesenangan, kegembiraan, atau pelepasan. Tindakannya adalah ego-sintonik yaitu sejalan dengan
    harapan sadar pasien yang segera.

  4. Segera setelah melakukan tindakan tersebut, dia mungkin merasakan
    penyesalan yang murni, mencela diri sendiri, atau rasa bersalah, atau mungkin tidak
    merasakanya.

Faktor Pendukung


Sampai saat ini, para ilmuwan belum mengetahui apa penyebab dari gangguan pengendalian impuls pada seseorang. Suatu implus adalah suatu kecenderungan untuk bertindak, untuk menurunkan ketegangan yang meningat yang disebabkan oleh dorongan instinktual yang telah dibangun atau oleh menurunya pertahanan ego terhadap dorongan.

Otto Fenichel menghubungkan perilaku implusif dengan usaha untuk menguasai kecemasan, rasa bersalah, depresi, dan afek yang menyakitkan lainya melalui tindakan. Ia lebih lanjut berpendapat bahwa tindakan tersebut merupakan pertahanan terhadap bahaya internal dan tindakan tersebut dapat menghasilkan pemuasan agresif atau seksual yang menyimpang.

Gangguan atau perilaku implusif mungkin terlihat merusak atau merugikan dirinya, tetapi sebenarnya, bagi penderita ICD merupakan suatu cara pemulihan dari rasa sakit.

Banyak bentuk gangguan pengendalian implus yang berhubungan dengan rasa diri yang tidak lengkap. Jika diri tidak mendapatkan pengakuan atau penerimaan dari orang lain, maka diri merasa tidak lengkap. Sebagai cara menghadapi fragmentasi tersebut dan untuk mendapatkan kembali rasa percaya dirinya, individu tersebut melakukan perilaku implusif yang tampak bagi orang lain sebagai merusak diri sendiri.

Perilaku implusif atau menyimpang adalah suatu cara dimana anak berharap mendapakan kembali hubungan materal primitif. Perilaku implusif adalah sikap yang penuh harapan diamana anak masih mencari kasih sayang dari orang tuanya.

Selain itu, Individu berusaha menguasai kecemasan, rasa bersalah, depresi, dan afek menyakitkan lainya dengan melakukan tindakan tersebut yang ditujukan untuk mendapatkan pemulihan bahkan jarang berhasil kendatipun secara sementara.

Penemuan neurotransmitter akhir-akhir ini mengilhami ilmuwan memusatkan segala jenis gangguan dengan kemungkinan keterlibatan faktor organik dalam gangguan pengendalian implus, khususnya bagi individu dengan perilaku yang jelas kasar.

Neurosains telah menunjukkan bahwa daerah otak tertentu, seperti sistem limbik, berhubungan dengan aktivitas impulsif dan perilaku kasar, selain juga daerah otak lainnya yang berhubungan dengan inhibisi perilaku tersebut. Selain itu, hormon tertentu, khususnya tertoteron, juga dihubungkan dengan perilaku kasar dan agresif.

Manajemen Gangguan Kontrol Impuls

Cara terbaik untuk mengatasi Gangguan Kontrol Impuls (ICD) adalah dengan melakukan pencegahan. Melakukan konseling antara pasien dan anggota keluarga sebelum memulai terapi untuk mengenali tanda-tanda Gangguan Kontrol Impuls (ICD) adalah wajib. Konseling dengan keluarga termasuk untuk mempertanyakan dan melaporkan perilaku rahasia, mudah tersinggung, menyembunyikan bukti ICD dan konsekuensi finansial yang ditimbulkan dari Gangguan Kontrol Impuls (ICD).