Apa yang dimaksud dengan Gagal Ginjal?

Gagal ginjal

Gagal ginjal atau juga disebut insufisiensi ginjal adalah kondisi ketika ginjal tidak lagi berfungsi cukup untuk mempertahankan keadaan normal kesehatan.

Ada dua macam gagal ginjal:

  • Gagal ginjal akut, yang terjadi tiba-tiba. Hal ini mungkin karena infeksi, obat, luka trauma, operasi besar, racun nefrotoksik, dll.

  • Gagal ginjal kronis, yang terjadi saat sebuah penyakit secara perlahan dan bertahap menghancurkan kapasitas penyaringan ginjal. Kadang-kadang kondisi ini disebut juga sebagai insufisiensi ginjal progresif, penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal kronis. Kerusakan semacam ini saat ini tidak dapat diperbaiki (ireversibel). Seseorang mungkin telah mengalami gagal ginjal kronis selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, sebelum memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.

Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin.

Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.


Gambar: ginjal normal dan gagal ginjal

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal (Rindiastuti, 2006). Penderita yang berada pada stadium akhir untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya diperlukan terapi penganti yaitu hemodialisis (HD), peritoneal dialysis mandiri berkesinambungan atau Continuos Ambulatory Peritoneal dialysis (CAPD) atau transplantasi ginjal ( Wilson & Price;1994 dalam Rindiastuti;2006).

Penyakit ginjal tahap akhir biasanya ditandai dengan test klirens kreatinin rendah. Penderita dengan test klirens kreatinin <15 ml/menit dianjurkan untuk menjalani terapi pengganti, salah satunya adalah dengan dialisis. Tindakan dialisis merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup pasien bertujuan menurunkan kadar ureum, kreatinin dan zat toksik lainnya dalam darah (Anonim, 2010).

Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.

Penyebab Gagal Ginjal


Pada gagal ginjal akut, fungsi ginjal hilang dengan sangat cepat dan dapat terjadi dari suatu luka tubuh yang bervariasi. Daftar dari penyebab-penyebab ini seringkali dikatagorikan berdasarkan dimana luka terjadi.

Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya (Susanto) :

  • Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)

  • Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)

  • Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)

  • Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik

  • Menderita penyakit kanker (cancer)

  • Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)

  • Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis.

Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ; Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis (Tim Vitahealth, 2008).

Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana funngsinya (Tim Vitahealth, 2008).

Tanda dan Gejala Penyakit Gagal Ginjal


Tanda-tanda dari gagal ginjal sebenarnya tidak kelihatan secara bersamaan. Dengan pemeriksaan laboratorium, dapat diketahui dengan lebih cermat dan akurat apakah tanda-tanda itu mengarah pada kemungkinan gagal ginjal.

Beberapa tanda atau gejala gagal ginjal umum yang perlu diketahui (Anonim, 2010):

  • Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya. Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk kencing.

  • Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain karena ginjal tidak bisa membuang air yang berlebih.

  • Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh ginjal.

  • Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering disalahartikan sebagai asma atau kegagalan jantung.

  • Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rongga mulut. Rasa pegal di punggung.

  • Gatal-gatal, utamanya di kaki.

  • Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah

Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal lainnya yang dialami penderita secara akut antara lain :

  • nyeri pinggang hebat (kolik),
  • kencing sakit,
  • demam,
  • kencing sedikit,
  • kencing merah /darah,
  • sering kencing.

Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.

Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal kronik antara lain :

  • Lemas,
  • tidak ada tenaga,
  • nafsu makan,
  • mual,
  • muntah,
  • bengkak,
  • kencing berkurang,
  • gatal,
  • sesak napas,
  • pucat/anemi.

Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit.

Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.

Perjalanan Klinis Gagal Ginjal


Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium:

Stadium I

Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40% - 75%). Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita ini belum merasasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.

Stadium II

Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20% - 50% ). Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.

Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter / hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5% - 25%. faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, , aktifitas penderita mulai terganggu.

Stadium III

Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%). Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat melakukan tugas sehari hair sebaimana mestinya. Gejal gejal yang timbul antara lain mual, munta, nafsu makan berkurang., sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90% dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10% dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.

Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula mula menyerang tubulus ginjal,

Kompleks menyerang tubulus gijal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan menggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

Pengobatan dan Penanganan Gagal Ginjal


Terapi nutrisi pada penderita gagal ginjal dapat digunakan sebagai terapi pendamping (komplementer ) utama dengan tujuan mengatasi racun tubuh, mencegah terjadinya infeksi dan peradangan, dan memperbaiki jaringan ginjal yang rusak. Caranya adalah diet ketat rendah protein dengan kalori yang cukup untuk mencegah infeksi atau berkelanjutannya kerusakan ginjal. Kalori yang cukup agar tercapai asupan energi yang cukup untuk mendukung kegiatan sehari– hari, dan berat badan normal tetap terjaga.

Keberhasilan penatalaksanaan pengaturan pola konsumsi pangan pada penderita gagal ginjal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dimaksud antara lain motivasi atau keyakinan sembuh terhadap program pengobatan yang diberikan. Sedangkan menurut Mechenbaum (1977) dikutip dari Rindiastuti (2006), faktor penting dalam mencapai kepatuhan pasien yaitu melalui dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain, teman, dan uang.

Pengaturan diet pada penyakit gagal ginjal yang menjalani hemodialisis sedemikian kompleks, pengaturan diet tersebut sangat sukar untuk di patuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita (Rindiastuti, 2006).

Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari penyebab terjadinya kegagalan fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya, tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit. Sebagai contoh, pasien mungkin perlu melakukan diet penurunan intake sodium, kalium, protein dan cairan. Bila diketahui penyebabnya adalah dampak penyakit lain, maka dokter akan memberikan obat-obatan atau therapy misalnya pemberian obat untuk pengobatan hipertensi, anemia atau mungkin kolesterol yang tinggi (Tim Vitahealth, 2008).

Seseorang yang mengalami kegagalan fungsi ginjal sangat perlu dimonitor pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan, sehingga tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan secara baik. Dalam beberapa kasus serius, Pasien akan disarankan atau diberikan tindakan pencucian darah {Haemodialisa (dialysis)}. Kemungkinan lainnya adalah dengan tindakan pencangkokan ginjal atau transplantasi ginjal (Tim Vitahealth, 2008) .

Tindakan Pencegahan Terserang Penyakit Ginjal


Untuk pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulaidilakukan pada stadium dini untuk penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahanyang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan kardiovaskular adalah :

  • Pengobatan hipertensi yaitu makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan fungsi ginjal

  • Pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia

  • Penghentian merokok

  • Peningkatan aktivitas fisik

  • Pengendalian berat badan

  • Obat penghambat sistem renin angiotensin seperti penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) dan penyekat reseptor angiotensin

Jika dalam kondisi normal (sehat) diharapkan dapat melakukan pemeriksaan ke dokter/kontrol/laboratorium. Sedangkan bagi mereka yang dinyatakan mengalami gangguan ginjal, baik ringan atau sedang diharapkan berhati-hati dalam mengkonsumsi oabat-obatan seperti obat rematik, antibiotika tertentu dan apabila terinfeksi segera diobati, hindari kekurangan cairan (muntaber), dan melakukan kontrol secara periodik.

Sebagian besar penyakit ginjal menyerang nefron, mengakibatkan kehilangan kemampuannya untuk menyaring. Kerusakan pada nefron dapat terjadi secara cepat, sering sebagai akibat pelukaan atau keracunan. Tetapi kebanyakan penyakit ginjal menghancurkan nefron secara perlahan dan diam-diam. Kerusakan hanya tertampak setelah beberapa tahun atau bahkan dasawarsa.

Sebagian besar penyakit ginjal menyerang kedua buah ginjal sekaligus.

Gagal ginjal terminal terjadi bila fungsi ginjal sudah sangat buruk, dan penderita mengalami gangguan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Ginjal yang sakit tidak bisa menahan protein darah (albumin) yang seharusnya tidak dilepaskan ke urin. Awalnya terdapat dalam jumlah sedikit (mikro-albuminuria). Bila jumlahnya semakin parah akan terdapat pula protein lain (proteinuria). Jadi, berkurangnya fungsi ginjal menyebabkan terjadinya penumpukan hasil pemecahan protein yang beracun bagi tubuh, yaitu ureum dan nitrogen.

Kemampuan ginjal menyaring darah dinilai dengan perhitungan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) atau juga dikenal dengan Glomerular Filtration Rate (GFR). Kemampuan fungsi ginjal tersebut dihitung dari kadar kreatinin (creatinine) dan kadar nitrogen urea (blood urea nitrogen/BUN) di dalam darah. Kreatinin adalah hasil metabolisme sel otot yang terdapat di dalam darah setelah melakukan kegiatan, ginjal akan membuang kretinin dari darah ke urin. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin di dalam darah akan meningkat. Kadar kreatinin normal dalam darah adalah 0,6-1,2 mg/dL. LFG dihitung dari jumlah kreatinin yang menunjukkan kemampuan fungsi ginjal menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73m2.

Kemampuan ginjal membuang cairan berlebih sebagai urin (creatinine clearence unit) di hitung dari jumlah urin yang dikeluarkan tubuh dalam satuan waktu, dengan mengumpulkan jumlah urin tersebut dalam 24 jam, yang disebut dengan C_crea (creatinine clearence). C_cre normal untuk pria adalah 95-145 ml/menit dan wanita 75-115 ml/menit.

Perbandingan nilai kreatinin, laju filtrasi glomerulus dan clearence rate untuk menilai fungsi ginjal dapat dikategorikan menjadi:

Kategori fungsi ginjal GFR (mg/dL) Kreatinin (ml/menit/1,73m2) Clearence Rate (ml/menit)
Normal >90 Pria : <1,3 Wanita : <1,0 Pria : 90-145 Wanita : 75-115
Gangguan ginjal ringan 60-89 Pria : 1,3-1,9 Wanita : 1-1,9 56-100
Gangguan ginjal sedang 30-59 2-4 35-55
Gangguan ginjal berat 15-29 >4 <35

Penyebab Gagal Ginjal


Host

  1. Umur

    Seiring bertambahnya usia juga akan diikuti oleh penurunan fungsi ginjal. Hal tersebut terjadi terutama karena pada usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa nefron. Perkiraan penurunan fungsi ginjal berdasarkan pertambahan umur tiap dekade adalah sekitar 10 ml/menit/1,73m2.

    Berdasarkan perkiraan tersebut, jika telah mencapai usia dekade keempat, dapat diperkirakan telah terjadi kerusakan ringan, yaitu dengan nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2. Artinya, sama dengan telah terjadi penurunan fungsi ginjal sekitar 10% dari kemampuan ginjal.

    Dengan semakin meningkatnya usia, dan ditambah dengan penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, ginjal cenderung akan menjadi rusak dan tidak dapat dipulihkan kembali.

  2. Gaya Hidup

    Gaya hidup tidak banyak bergerak ditambah dengan pola makan buruk yang tinggi lemak dan karbohidrat (fast food) yang tidak diimbangi serat (sayuran dan buah), membuat menumpuknya lemak dengan gejala kelebihan berat badan.

    Gangguan metabolisme lemak menyebabkan Low Density Lipoprotein (LDL) dan trigliserida meningkat. Dalam jangka panjang akan terjadi penumpukan lemak dalam lapisan pembuluh darah. Ginjal bergantung pada sirkulasi darah dalam menjalankan fungsinya sebagai pembersih darah dari sampah tubuh.

  3. Riwayat Penyakit

    • Nefropati diabetik
      Diabetes adalah penyakit yang menghambat penggunaan glukosa oleh tubuh. Bila ditahan dalam darah dan tidak diuraikan, glukosa dapat bertindak seperti racun. Kerusakan pada nefron akibat glukosa dalam darah yang tidak dipakai disebut nefropati diabetik.6 Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus. Pada sebagian penderita komplikasi ini akan berlanjut menjadi gagal ginjal terminal.

    • Tekanan Darah Tinggi
      Tekanan darah yang tinggi pada penderita hipertensi dapat merusak jaringan pembuluh darah ginjal. Hipertensi dapat menyebabkan nefrosklerosis atau kerusakan pada arteri ginjal, arteriola, dan glomeruli. Hipertensi merupakan penyebab kedua terjadinya penyakit ginjal tahap akhir. Sekitar 10% individu pengidap hipertensi esensial akan mengalami penyakit ginjal tahap akhir.6
      Hipertensi esensial (tidak diketahui penyebabnya) dapat menyebabkan penyakit ginjal menahun, sedangkan penyakit ginjal merupakan penyebab paling sering hipertensi sekunder (penyebab dan patofisiologi diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan). Hipertensi sekunder dapat mempercepat penurunan faal ginjal bila tidak diobati dengan seksama. Pasien hipertensi yang bersama dengan kelainan fungsi ginjal akan sulit dibedakan secara klinis, mana yang primer dari kedua penyebab tersebut.

    • Penyakit Glomerulus
      Glomerulonefritis menunjukkan proses inflamasi pada glomeruli dengan etiologi, patogenesis dan patofisiologi, perubahan-parubahan histopatologi ginjal berlainan tetapi dengan presentasi klinisnya hampir seragam. Presentasi klinis pada glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada pemeriksaan urin rutin dengan pasien keluhan ringan atau keadaan darurat medis yang harus memerlukan terapi pengganti ginjal atau dialisis.29
      Beberapa jenis penyakit ginjal digolongkan dalam kategori ini, termasuk penyakit autoimun, penyakit terkait infeksi, dan penyakit sklerotik. Penyakit glomerular primer yang paling lazim termasuk nefropati selaput (membranous nephropathy), nefropati IgA, dan glomerularsklerosis segmental fokal (focal segmental glomerulosclerosis). Protein, darah, atau keduanya dalam air seni sering kali menjadi tanda pertama penyakit ini. Penyakit glomerular dapat merusak fungsi ginjal secara perlahan.

  • Penyakit Ginjal Keturunan dan Bawaan
    Penyakit ginjal dapat berupa keturunan ataupun bawaan, diantaranya kelaianan struktur kistik maupun non kistik, kelainan fungsi, kelainan lokasi, jumlah dan fungsi ginjal.

    Kelainan struktur kistik atau adanya kista, merupakan suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material semisolid. Pada ginjal bisa terdapat satu atau banyak kista yang tersebar, baik hanya satu ginjal maupun kedua ginjal, baik pada korteks maupun pada medula. Di Amerika Serikat, proporsi penyakit kista ginjal 11% dari pasien yang mengalami dialisis atau transplantasi ginjal.

    Kelaianan struktur nonkistik dibagi atas :

    • Sindrom alport atau sering juga disebut hereditary nephritis, merupakan sindrom akibat kelainan genetis pada kromosom X, terdiri dari hematuria, albuminuria, azotemia dan ketulian.

    • Displasia ginjal, terganggunya difrensiasi jaringan nefrogenik dengan struktur yang menetap tidak sesuai dengan kehamilan.

    Asidosis Tubular Ginjal (ATG) adalah kelainan yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan asam, tanpa adanya penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (Glomerular Filtration Rate).
    Kelainan lokasi, jumlah, dan ukuran ginjal, seperti : ginjal ektopik dimana, pada keadaan ini ginjal berada di tempat yang tidak semestinya.

    Biasanya ginjal berukuran lebih kecil daripada normal, terdapat kelainan pada sistem pendarahannya. Umumnya ginjal berlebih tidak berfungsi, terletak di bagian atas atau bawah ginjal normal. Ginjal ekstra ini sering diketemukan secara kebetulan pada pemeriksaan radiologi, pada pembedahan, atau autopsi. Sering terdapat keganasan pada ginjal ekstra, biasanya ditemukan pada usia sekitar 30-40 tahun.

    Ginjal dupleks merupakan kelainan ini yang cukup sering didapatkan, yaitu sekitar 4% dari populasi. Pada kelainan ini, ginjal membesar dengan 2 pelvis dan 2 ureter. Agenesis ginjal, dimana ginjal yang tidak terbentuk ini dapat terjadi pada satu atau kedua ginjal. Pada umumnya, keadaan ini disertai kelainan kongenital organ lain. Ginjal hipoplasia pada perkembangan ginjal, bisa terdapat gangguan, baik pada tahap awal maupun sesudah kelahiran. Pada keadaan ini ginjal mempunyai lobus yang lebih sedikit, 5-6 atau bahkan hanya 1-2 lobus saja. Keadaan ini menjadi salah satu penyebab gagal ginjal kronik pada anak.

Agent

  • Trauma
    Terkait terutama trauma pada saluran kemih, antara lain fraktur pelvis, trauma akibat benda tumpul, dan tusukan benda tajam atau peluru. Fraktur dapat mengakibatkan perforasi kandung kemih atau robeknya uretra. Pukulan keras pada tubuh bagian bawah dapat mengakibatkan kontusio, robekan, atau ruptur ginjal.

  • Keracunan Obat
    Beberapa jenis obat, termasuk obat tanpa resep, dapat meracuni ginjal bila sering dipakai selama jangka waktu yang panjang. Diantaranya: Antibiotik (Kanamisin, Gentamisin, Kalistin, Neomisin), aspirin, asetaminofen, ibuprofen ditemukan paling berbahaya untuk ginjal, pelarut (Karbon tetraklorida, metanol, etilen glikol), logam berat (merkuri, bismuth, uranium, antimony, arsenik), Mycobacterium tuberculosis, merupakan organisme penyebab tuberkulosis ginjal. Tuberkulosis ginjal adalah infeksi sekunder yang diakibatkan oleh tuberkulosis paru. Sekitar 15% dari individu dengan tuberkulosis paru aktif akan mengalami tuberkulosis ginjal.

Lingkungan

  • Pekerjaan
    Orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan bahan-bahan kimia akan dapat mempengaruhi kesehatan ginjal. Bahan-bahan kimia yang berbahaya jika terpapar dan masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit ginjal. Misalnya, pada pekerja di pabrik atau industri.

  • Cuaca
    Kondisi lingkungan yang panas dapat, mempengaruhi terjadinya penyakit ginjal. Jika seseorang bekerja di dalam ruangan yang bersuhu panas, hal ini dpaat mempengaruhi kesehatan ginjalnya. Yang terjadi adalah berkurangnya aliran atau peredaran darah ke ginjal dengan akibat gangguan penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh ginjal, dan pada ginjal yang rusak hal ini akan membahayakan.

Klasifikasi Gagal Ginjal


1. Gagal Ginjal Kronik

Berdasarkan National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/000/) Guidelines Update tahun 2002, definisi Penyakit Ginjal Kronis (GGK) adalah:

  • Kerusakan Ginjal > 3 bulan, berupa kelainan struktur ginjal, dapat atau tanpa disertai penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang ditandai dengan: kelainan patologi, dan adanya pertanda kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan laboratorium darah atau urine, atau kelainan radiologi.

  • LFG <60 mL/menit/1,73 m2 selama >3 bulan, dapat disertai atau tanpa disertai kerusakan ginjal.

Diagnosis dari gagal ginjal kronis terdiri dari: anamnesis yang ditandai seringnya berkemih pada malam hari, pergelangan kaki bengkak, lemah, lesu, mual, muntah, nafsu makan turun, kram otot terutama malam hari, sulit tidur, bengkak disekitar mata terutama pada bangun tidur, dan mata merah serta berair (uremic red eye) karena deposit garam kalsiun fosfat yang dapat menyebabkan iritasi hebat pada selaput lendir mata. Pemeriksaan fisik, seperti anemis, kulit gatal dan kering, edema tungkai maupun palpebra, tanda bendungan paru, mata merah dan berair. Diagnosis juga ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium terhadap gangguan fungsi ginjal.
Gangguan fungsi ginjal kronis dapat dikelompokkan menjadi empat stadium menurut tingkat keparahannya, yaitu:

  • Kondisi normal: Kerusakan ginjal dengan nilai GFR normal. Nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2.

  • Stadium 1: Kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR, belum terasa gejala yang mengganggu. Ginjal berfungsi 60-89%. Nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2.

  • Stadium 2: Kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan. Ginjal berfungsi 30- 59%. Nilai GFR 30-59 ml/menit/1,73 m2.

  • Stadium 3: kerusakan beratsudah tingkat membahayakan. Ginjal berfungsi 15- 29%. Nilai GFR 15-29 ml/menit/1,73 m2.

  • Stadium 4: Kerusakan parah, harus cuci ginjal. Fungsi ginjal kurang dari 15%.

  • Stadium 5: Nilai GFR kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2.

Pada kasus gagal ginjal akut kondisi ginjal dapat dipulihkan kembali, hal ini berbeda dengan kasus pada gagal ginjal kronik. Pada gagal ginjal kronik penderita hanya dapat berusaha menghambat laju tingkat kegagalan fungsi ginjal tersebut, agar tidak menjadi gagal ginjal terminal, suatu kondisi dimana ginjal sudah hampir tidak dapat berfungsi lagi. Kondisi ini berlangsung secara perlahan dan sifatnya menahun, dengan sedikit gejala pada awalnya, bahkan lebih sering penderita tidak merasakan adanya gejala.

2. Gagal Ginjal Akut

Gagal ginjal akut adalah sindroma yang ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus secara mendadak dan cepat (hitungan jam-minggu) yang mengakibatkan terjadinya retensi produk sisa nitrogen, seperti ureum dan kreatinin.

Terdapat tiga kondisi yang dapat menyebabkan GGA:

  • GGA Prarenal
    GGA prarenal diakibatkan oleh hipoperfusi ginjal (dehidrasi, perdarahan, penurunan curah jantung, dan hipotensi oleh sebab lain)

  • GGA Renal
    GGA renal diakibatkan kerusakan akut parenkim ginjal (obat, zat kimia/toksin, iskemia ginjal, dan penyakit glomerular)

  • GGA Pascarenal

GGA pascarenal diakibatkan obstruksi akut traktus urinarius (batu saluran kemih, hipertrofi prostat, keganasan ginekologis), ureter terjahit.

Fase gagal ginjal akut adalah anuria (produksi urine <100 ml/24 jam, oliguria (produksi urine <400 ml/24 jam), poliuria (produksi urine >3500 ml/24 jam)
Pada kasus penderita gagal ginjal akut (GGA), ginjal akan berfungsi normal kembali bila penyebabnya dapat diatasi, sehingga pengeluaran urin kembali normal, dengan demikian keadaan fisik secara menyeluruh dapat pulih.

Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Modifikasi gaya hidup
    Pola hidup memegang peranan penting dalam menentukan derajat kesehatan seseorang. Mengatur pola makan rendah lemak dan mengurangi garam, minum air yang cukup (disarankan 10 gelas atau dua liter per hari), berolahraga secara teratur dan mengatur berat badan ideal, hidup dengan santai merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga fungsi organ tubuh untuk dapat bekerja maksimal.

    Bernafas dalam dan perlahan selama beberapa menit perhari dapat menurunkan hormon kortisol sampai 50%. Kortisol adalah hormon stress yang apabila terdapat dalam jumlah berlebihan akan mengganggu fungsi hampir semua sel di dalam tubuh. Bersantai dan melakukakn latihan relaksasi serta mendengarkan musik juga merupakan alternatif untuk mengurangi stress.

  • Hindari pemakaian obat-obat atau zat-zat yang bersifat nefrotoksik tanpa sepengetahuan dokter, misalnya obat pereda nyeri yang dijual bebas dan mengandung ibuprofen maupun obat-obatan herbal yang belum jelas kandungannya.

  • Monitoring fungsi ginjal yang teliti pada saat pemakaian obat-obat yang diketahui nefrotoksik.

2. Pencegahan Sekunder

  • Penegakan diagnosa secara tepat
    Pengelolaan terhadap penyakit ginjal yang efektif hanya dapat dimungkinkan apabila diagnosisnya benar. Pemeriksaan fisis yang diteliti dan pemilahan maupun interpretasi pemeriksaan laboratorium yang tepat amat membantu penegakan diagnosis dan pengelolaannya. Ginjal mempunyai kaitan yang erat dengan fungsi organ-organ lain dan demikian pula sebaliknya, oleh karena itu haruslah penderita dihadapi secara utuh bukan hanya ginjalnya saja, baik pada pengambilan anamnesis maupun pada pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan lainnya.

  • Penatalaksanaan medik yang adekuat
    Pada penderita gagal ginjal, penatalaksanaan medik bergantung pada proses penyakit. Tujuannya untuk memelihara keseimbangan kadar normal kimia dalam tubuh, mencegah komplikasi, memperbaiki jaringan, serta meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif. Tindakan yang dilakukan diantaranya:

    • Penyuluhan pasien/keluarga
      Pasien lebih mampu menerima pendidikan setelah tahap akut. Materi yang dapat dimasukkan dalam pendidikan kesehatan meliputi: penyebab kegagalan ginjal, obat yang dipakai (nama obat, dosis, rasional, serta efek dan efek samping), terapi diet termasuk pembatasan cairan (pembatasan kalium, fosfor dan protein, makan sedikit tetapi sering), perawatan lanjutan untuk gejala/tanda yang memerlukan bantuan medis segera (perubahan haluaran urine, edema, berat badan bertambah tiba- tiba, infeksi, meningkatnya gejala uremia).

    • Pengaturan diet protein, kalium, natrium.
      Pengaturan makanan dan minuman menjadi sangat penting bagi penderita gagal ginjal. Bila ginjal mengalami gangguan, zat-zat sisa metabolisme dan cairan tubuh yang berlebihan akan menumpuk dalam darah karena tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal. Konsumsi protein terlalu banyak dapat memperburuk kondisi kerusakan ginjal karena hasil metabolismenya yang paling berbahaya, urea, menumpuk didalam darah sehingga terjadi peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN).

      Diet gagal ginjal juga didukung dengan pembatasan asupan natrium (garam) untuk mengatur keseimbangan cairan-elektrolit, pemberian makanan yang kaya kalsium untuk mencegah osteotrofi ginjal (penurunan masa jaringan, kelemahan otot) dan memperbaiki gangguan irama jantung yang tidak seimbang (aritmia).

    • Pengaturan kebutuhan cairan dan keseimbangan elektrolit
      Perubahan kemampuan untuk mengatur air dan mengekskresi natrium merupakan tanda awal gagal ginjal. Tujuan Dari pengendalian cairan adalah memepertahankan status normotensif (tekanan darah dalam batas normal) dan status normovolemik (volume cairan dalam batas normal).

      Dapat dilakukan dengan pengendalian elektrolit, seperti: Hiperkalemia dikendalikan dengan mengurangi asupan makanan yang kaya dengan kalium (pisang, jeruk, kentang, kismis, dan sayuran berdaun hijau).

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Pengobatan penyakit yang mendasari, sebagai contoh: masalah obstruksi saluran kemih dapat diatasi dengan meniadakan obstruksinya, nefropati karena diabetes dengan mengontrol gula darah, dan hipertensi dengan mengontrol tekanan darah.

  • Cuci Darah (dialisis)
    Dialisis adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya. Hemodialisis dan dialysis merupakan dua teknik utama yang digunakan dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama, difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.

    • Hemodialisis klinis di rumah sakit
      Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah dengan menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi sebagai ginjal buatan.

    • Dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan atau CAPD
      Dialisis peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak perlu lagi dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada mesin dialisis. CAPD merupakan suatu teknik dialisis kronik dengan efisiensi rendah sehingga perlu diperhatikan kondisi pasien terhadap kerentanan perubahan cairan (seperti pasien diabetes dan kardiovaskular).

  • Transplantasi Ginjal
    Transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal mengatasi gagal ginjal karena menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik disbanding dialysis kronik dan menimbulkan perasaan sehat seperti orang normal. Transplantasi ginjal merupakan prosedur menempatkan ginjal yang sehat berasal dari orang lain kedalam tubuh pasien gagal ginjal. Ginjal yang baru mengambil alih fungsi kedua ginjal yang telah mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya.

    Seorang ahli bedah menempatkan ginjal yang baru (donor) pada sisi abdomen bawah dan menghubungkan arteri dan vena renalis dengan ginjal yang baru. Darah mengalir melalui ginjal yang baru yang akan membuat urin seperti ginjal saat masih sehat atau berfungsi. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari dua sumber, yaitu donor hidup atau donor yang baru saja meninggal (donor kadaver).