Apa yang dimaksud dengan Furnitur atau Mebel?

Pada dasarnya manusia membutuhkan sebuah furnitur atau mebel untuk menunjang gaya hidup mereka. Furnitur sendiri bisa berupa meja, kursi, sofa, lemari, tempat tidur, dan rak. Dengan memilih furnitur yang tepat, maka sebuah rumah akan semakin indah dan menarik. Dan dengan penambahan furnitur seseorang dapat mengekspresikan interior rumah yang sesuai dengan gaya dan kepribadian mereka, karena furniture adalah modal utama dalam penentuan interior sebuah rumah.

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan furnitur atau mebel?

Pengertian Furnitur

Furnitur atau mebel adalah sebuah fasilitas atau sarana untuk berbagai
kegiatan manusia pada sebuah ruangan. Kata Mebel berasal dari kata Meubel
(bahasa Belanda), meubles (bahasa Perancis), mobler (bahasa Jerman), mobilia
(bahasa Italia) sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal istilah furniture. Furnitur sendiri
berasal dari bahasa Perancis fourniture, dari fournir atau ‘to furnish’ yang berarti
pelengkap ruangan atau bangunan. Menurut Concise Oxford Dictionary, mebel atau
furnitur diartikan sebagai :

  1. the movable articles that are used to make a room or building suitable for
    living or working in, such as table, chairs, or desk

  2. the small accessories or fitting that are required for a particular task or
    function

Karena pengaruh adanya penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari
menyebabkan kata furniture menjadi dominan dipakai, bahkan di Indonesia.

Fungsi dan Kegunaan Furnitur

  1. Tempat untuk menyimpan (storage), seperti lemari dan rak.

  2. Tempat untuk melakukan aktifitas pekerjaan, seperti meja atau jenis lainnya.

  3. Tempat untuk tidur atau istirahat, seperti dipan atau ranjang

  4. Tempat untuk duduk, seperti kursi, sofa, bangku, dan sejenisnya.

Pendekatan Jenis Furnitur

Dan pada penggunaannya
furnitur dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, yaitu:

  1. Pendekatan praktis terhadap fungsinya, yang dalam prakteknya bisa
    kombinasi atau multi fungsi

  2. Pendekatan kedua adalah aspek teknologi yang sangat berkaitan dengan
    proses produksinya. Pendekatan yang dilakukan dengan teknologi yang maju
    tentunya berbeda dengan yang dilakukan dengan cara pendekatan proses
    kriya.

  3. Pendekatan pada aspek gaya desain atau estetika yang bermuara pada
    pendekatan nilai keindahan pada hasil produk.

  4. Pendekatan pada sosial kemasyarakatan, terutama pada nilai ekonomi dan
    budaya yang membawa pada kepentingan status sosial.

Sejarah Perkembangan Furnitur

Pada masyarakat nomaden yang selalu berpindah tempat, furnitur yang relatif berat
bukan merupakan pilihan praktis untuk dijadikan perlengkapan pendukung di dalam rumah.
Contohnya dapat dilihat pada bangsa yang berada di Timur Tengah dan pedalaman Mongolia dan Indian, mereka tumbuh dalam tradisi nomaden dengan pekerjaan sebagai penggembala ternak dan berburu. Yang mana, untuk keperluan duduk, masyarakat tidak memakai kursi tetapi menggunakan alas lantai dari bahan kain, kulit atau bulu domba maupun rajutan
yang yang kita kenal dengan permadani. Bahkan permadani Timur Tengah terkenal
di seluruh dunia dan menjadi industri tekstil yang besar. Perlengkapan alas duduk
juga terdapat di kawasan Asia timur, seperti Jepang yang kita kenal dengan istilah
tatami, sedangkan di Indonesia kita mengenal tikar.

Setiap furnitur memiliki wilayah teritorialnya sendiri sesuai dengan
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan di dalam suatu ruang berdasarkan pada
kebutuhan fungsi dasarnya. Sedangkan unsur gaya atau penggayaan (stilistik) yang
biasanya menyertai tampilan furnitur itu merupakan ekspresi yang merupakan
ideologi visual yang merepresentasikan karakter pemakai.

Sejarah Furnitur dari Masa ke Masa

Sejarah furnitur di Barat sangat panjang dan tidak cukup untuk dituangkan pada tulisan kali ini. Namun, beberapa ini adalah rangkuman sejarah furnitur dari masa ke masa

  1. Abad Kuno, yang sudah ada di Eropa untuk melengkapi berbagai macam rumah bangsawan dan kastil. Dan pada era Mesir Kuno, Asia Barat, Yunani, dan Romawi

  2. Abad Pertengahan, mebel di era ini mencerminkan kebudayaan nomadik dan biasanya dapat di bongkar pasang (knock-down) dan di taruh di sebuah peti. Material furnitur terbuat dari kayu oak dan pinus.

  3. Renainsance (1500 - 1600), furnitur pada masa ini berupa sistem panel dan memiliki rangka konstruksi yang ringan. Material terbuat dari kayu walnut dengan aksen ukiran sebagai tambahan.

  4. Barok (1600 - 1700), furnitur lebih contong kepada kepraktisan dan fungsi dan mulai adanya finishing furniture berupa Lacquer.

  5. Louis XV, Chippendale, Hepplewhite (1700 - 1800), gaya furnitur pada masa ini mencerminkan gaya kemewahan dan kenyamanan. Material yang dominan adalah kayu walnut. Namun, mahoni, ebony, dan satin juga dipakai pada masa ini. Pada masa ini muncul gata neoklasik Eropa.

  6. Empire Perancis dan Beldermerir Jerman (1800 - 1850), Di Eropa, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte memberikan pengaruh dan lahirlah gaya Empire. Di Austria dan Jerman, muncul gaya bernama Beidermeier (1815 - 1848). Dan di Austria pada 1814, Michael Thonet dengan pengaruh gaya Beidermeier muncul dengan furnitur tanpa menggunakan ukiran dan sambungan.

  7. Art and Craft Movement, Art Nouveau (1850 - 1914), Gerakan Art and Caraft di pelopori oleh John Ruskin dan William Moris di Inggris yang menekankan kesederhanaan dan desain yang praktis untuk menolak industrialisasi produk furnitur. Untuk Art Nouveau muncul di Belgia pada tahun 1892 - 1905 yang terpengaruh dari karakter desain Jepang dan Cina.

  8. Art Deco (1914 - 1942), gaya ini mulai muncul sebelum Perang Dunia I karena reaksi adanya Art Nouveau.

  9. Era Modern (1942 - 1970), muncul setelah Perang Dunia II yang menekankan kepada fungsi furnitur. Furnitur terbuat dari metal, kayu lapis, fiber glass, dan plastik.

  10. Post-Modernisme (1970 - sekarang), gaya ini mendominasi desain secara internasional, dan ditentang dengan kehadiran desain baru dan menggunakan desain lama sebagai referensi.

Referensi