Apa yang dimaksud dengan fobia spesifik atau specific phobia?

Fobia

Fobia sederhana atau Simple phobia atau Specific phobia merupakan fobia yang muncul karena satu pemicu saja. Misalnya fobia kucing, perasaan takut hanya terbatas pada kucing dan tidak pada binatang lain.

Apa yang dimaksud dengan fobia spesifik atau fobia sederhana (specific phobia) ?

Specific Phobia atau biasa disebut fobia spesifik atau fobia sederhana adalah kecemasan yang signifikan terhadap objek atau situasi yang menakutkan, dan sering menampilkan perilaku menghindar terhadap objek atau situasi tertentu.

Berikut adalah definisi fobia spesifik menurut beberapa ahli psikologi,

  • Fobia Spesifik adalah ketakutan yang tidak beralasan terhadap suatu objek atau situasi tertentu. Ketakutan ini bisa disebabkan oleh darah, luka, situasi (seperti di dalam pesawat, lift dan ruangan yang tertutup), hewan, dan lingkungan yang natural (seperti ketinggian dan air). Durand & Barlow (2005)

  • Fobia Spesifik adalah ketakutan yang bertahan, berlebihan dan tidak masuk akal tehadap suatu objek atau situasi tertentu. Wenar dan Kerig (2006)

  • Fobia Spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau siuasi spesifik. Orang yang mengalami ketakuatan dan reaksi fisiologis yang tinggi bila bertemu dengan objek fobia akan menimbulkan dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan diri dari situasi atau menghidari stimulus yang menakutkan. Nevid (2005)

  • Fobia Spesifik dikarakteristikkan dengan kecemasan yang sering terjadi karena disebabkan oleh benda atau situasi tertentu. Ketakutan dan kecemasan ini tetap ada walaupun tidak berhubungan langsung dengan objek atau situasi yang ditakuti dan dapat mengganggu anak dalam hal akademis dan interaksi sosialnya. Haugaard (2008)

Kriteria diagnostik Fobia Spesifik


Kriteria diagnostik Fobia Spesifik, menurut American Psychological Association (APA), 2000, adalah sebagai berikut :

  • Ketakutan yang menyolok dan menetap yang berlebihan dan tidak dapat dijelaskan, disebabkan oleh objek atau situasi yang spesifik (seperti, terbang, ketinggian, hewan, disuntik, melihat darah).

  • Stimulus fobik hampir selalu menyebabkan respon kecemasan atau serangan panik. Catatan: pada anak, kecemasan ditunjukkan dengan menangis, tantrum, kaku atau lengket pada orang lain.

  • Menyadari ketakutannya berlebihan dan tidak dapat dijelaskan. Catatan: pada anak mungkin tidak muncul.

  • Situasi fobik dihindari dengan kecemasan atau distres yang kuat.

  • Penghindaran, antisipasi kecemasan atau distres dalam situasi phobik bertentangan secara signifikan dengan rutinitas orang normal, fungsi pekerjaan (pendidikan) atau aktivitas/hubungan sosial, atau ditandai distres tentang fobia.

  • Pada individu di bawah 18 tahun, terjadi sekurang-kurangnya 6 bulan.

  • Kecemasan, serangan panik atau menghindari fobia dihubungkan dengan objek atau situasi spesifik, tidak berkaitan dengan gangguan mental lain, seperti Obsessive-Compulsive Disorder (takut terkontaminasi ketidakbersihan seseorang), Posttraumatic Stress Disorder (menjauhi stimulus yang menimbulkan stres berat), Separation Anxiety Disorder (menghindari sekolah), Social Phobia (menghindari situasi sosial yang memalukan), Panic Disorder With Agoraphobia, atau Agoraphobia Without History of Panic Disorder.

Penyebab Fobia Spesifik


Menurut Durand & Barlow (2005), terdapat beberapa penyebab munculnya specific phobia yaitu :

  • Traumatic event

    Kebanyakan orang yang mengalami specific phobia disebabkan oleh kejadian trauma. Contohnya jika kita digigit oleh anjing, maka kita akan menjadi phobia terhadap anjing.

  • Information transmition

    Seseorang dapat mengalami specific phobia karena sering mengingat sesuatu yang berbahaya. Misalnya seorang wanita mengalami fobia terhadap ular, padahal wanita tersebut belum pernah bertemu dengan ular. Tetapi, ia sering dibilang atau mendengar bahwa akan ada ular yang berbahaya di rumput yang tinggi. Hal ini membuat wanita tersebut menggunakan sepatu boot untuk menghindari bahaya, walaupun ia berjalan di jalan yang biasa.

  • Sosial dan Kultural

    Faktor ini sangat kuat dapat mempengaruhi seseorang mengalami specific phobia. Dalam masyarakat tidak dapat diterima jika seorang laki-laki menunjukkan ketakutan dan phobia. Mayoritas specific phobia terjadi pada perempuan.

Fobia spesifik merupakan kondisi di mana individu mengalami ketakutan berlebihan dan persis- ten akan objek atau situasi spesifik yang umumnya tidak mengancam tetapi da- pat menyebabkan individu secara sengaja mengindari objek atau situasi tersebut ( The National Alliance on Mental Illness , 2013). Ada empat jenis fobia spesifik yang paling umum terjadi, yaitu: a) fobia hewan; b) fobia lingkungan natural; c) fobia darah-injeksi-luka serta d) fobia situasional (Durand & Barlow, 2006; Kring, Sheri, Gerald & John, 2012).

Fobia spesifik dapat menyerang siapa saja dan di mana saja. Fobia tidak memandang jenis kelamin, usia, status pendidikan maupun status sosial sese- orang. Sekitar 12,5% populasi di Amerika telah dinyatakan mengalami fobia spesifik (Kessler, Chiu, Jin, Rusio, Shear & Walters, 2006). Berdasarkan rentang usi- anya, ada sekitar 13,3% penderita fobia spesifik berusia di antara 18-29 tahun, 13,9% berusia antara 30-44 tahun, 14,1% berusia antara 45-59 serta 7,5% ber- usia di atas 60 tahun. Data tahun 2010 juga menunjukkan bahwa fobia spesifik bukan hanya terjadi pada orang dewasa saja tetapi juga mulai menyerang anak-anak dan remaja. Ada sekitar 15,1% kasus fobia yang ditemukan pada anak dan remaja. Di Indonesia sendiri, sebanyak 6,3% kasus fobia sekolah juga ditemukan pada anak berusia antara 3-5 tahun (Kessler, Chiu, Demler & Walter, 2005; Merikangas, dkk, 2010; Melianawati, 2016).

Penderita fobia spesifik biasanya cenderung lebih meremehkan gangguan yang dialaminya dibandingkan penderita fobia lainnya, padahal fobia spesifik memiliki dampak negatif yang dapat membuat individu terhambat dalam melakukan aktivitas kesehariannya.

Penderita fobia spesifik biasanya akan mengalami ketakutan yang disertai gejala fisik seperti: lelah, lemas, keringat dingin, jantung berdebar, pusing, mual, tremor atau ingin pingsan saat bertemu langsung deng- an objek atau situasi yang ditakutinya (Maramis, 1994), sedangkan pada anak- anak fobia biasanya ditandai dengan perilaku mengamuk, menangis, menjadi agresif serta berusaha melarikan diri dari objek atau situasi yang ditakutinya (Ginsburg & Walkup dalam Ollendick & March, 2004).

Menurut Durand dan Barlow (2006), dalam kasus yang berat fobia spesifik juga dapat menyebabkan serangan panik, perasaan malu, perasaan tidak berharga serta perasaan tidak berdaya pada individu yang mengalaminya.

Muschalla (2009) telah membuktikan bahwa terdapat sekitar 80% kasus fobia tempat kerja yang akhirnya menyebabkan pekerja sakit bahkan kehilangan pekerjaannya. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa kecemasan pada penderita fobia dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan keselamatan kerja.

Selain itu, Jenkins (2014) juga mencatat 23 kasus kematian yang disebabkan oleh fobia terhadap jarum suntik. Sekitar 3,5%-10% individu dengan fobia jarum mengalami kecemasan yang membuat individu menghindari situasi yang berkaitan dengan layanan kesehatan.

Berdasarkan hal di atas, dapat dinyatakan bahwa fobia spesifik bukanlah gangguan yang sederhana sehingga membutuhkan penanganan yang tepat bagi penderitanya. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa fobia spesifik memiliki keterkaitan yang erat dengan kecemasan.

Gangguan kecemasan tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa kecemasan seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: struktur otak yang dimiliki, tingkat kecemasan orang tua, kondisi kesehatan fisik maupun psikis individu, riwayat penggunaan obat-obatan terlarang serta kondisi ekonomi maupun pendidikan individu. The British Psychological Society (2008).

Pada kasus fobia spesifik, jenis kecemasan yang terjadi merupakan jenis kecemasan state anxiety. Menurut Spielberger (1989), jenis kecemasan ini terjadi ketika individu menghadapi situasi tertentu yang dianggap sebagai ancaman.

Oleh karena itu, individu dengan fobia spesifik seringkali mengalami kecemasan ketika akan atau sedang berhadapan dengan objek atau situasi yang ditakuti. Sebelum berkembang menjadi kecemasan, awalnya individu hanya mengalami ketakutan normal yang disebabkan oleh pengalaman traumatis secara langsung, melihat pengalaman traumatis orang lain, stres akibat masalah sehari-hari atau pun adanya informasi yang bersifat menakut-nakuti. Sebelumnya, ketakutan yang dialami bersifat wajar. Namun, ketakutan tersebut kemudian menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan kecemasan ketika individu sering terpapar dengan objek atau situasi yang menyebabkan ia takut. Saat individu mulai mengalami kecemasan, ia akan memiliki pikiran yang buruk mengenai objek atau situasi yang ditakuti tersebut serta mengupayakan segala cara untuk menghindar (Durand & Barlow, 2006; The British Psychological Society, 2008).

Menurut Maramis (2009), pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi secara berulang kali dapat menyebabkan fiksasi dalam diri seseorang. Individu yang mengalami fiksasi cenderung sulit untuk mengontrol perasaan takutnya. Oleh karena itu, penderita fobia seringkali tidak dapat mengatasi kecemasannya dan lebih memilih untuk menghindari objek atau situasi yang membuatnya takut tersebut. Dengan melarikan diri dari sumber ketakutannya, berarti individu tidak mampu melepaskan emosinya dengan cara yang tepat dan memungkinkan terjadinya penumpukan kecemasan yang ditekan ke dalam dirinya. Oleh karena itu, kecemasan memiliki pengaruh yang penting pada penderita fobia. Jika kecemasan tidak segera diatasi, penderita fobia akan selalu menyimpan energi negatif yang dapat membuat kondisi fobia yang dialaminya semakin rentan dan lama kelamaan dapat menyebabkan individu menjadi tidak produktif.

Menurut Chaerani (2010), ruang gerak penderita fobia spesifik menjadi terbatas akibat kecemasan yang dialami. Oleh karena objek atau situasi yang ditakuti dianggap sebagai ancaman yang harus dihindari, pikiran penderita fobia menjadi terpusat hanya pada perasaan cemas yang terjadi sehingga ia akan kesulitan dalam mengontrol pikiran, mengatur emosi, serta menentukan tindakan yang harus dilakukan. Hal tersebutlah yang menyebabkan individu menjadi hilang kendali dan tidak terhubung dengan kenyataan. Dalam teori psikosintesis, terbatasnya ruang gerak manusia dalam mengekspresikan dirinya serta hilangnya koneksi individu dengan dunia merupakan hambatan bagi pertumbuhan jiwa yang sehat (Firman & Gila, 2007).

Specific phobia adalah kecemasan yang signifikan terhadap objek atau situasi yang menakutkan, dan sering menampilkan perilaku menghindar terhadap objek atau situasi tertentu (Miltenberger, 2004). Durand & Barlow (2005) mengatakan bahwa specific phobia adalah ketakutan yang tidak beralasan terhadap suatu objek atau situasi tertentu. Ketakutan ini bisa disebabkan oleh darah, luka, situasi (seperti di dalam pesawat, lift dan ruangan yang tertutup), hewan, dan lingkungan yang natural (seperti ketinggian dan air).

Specific phobia menurut Wenar dan Kerig (2006) adalah ketakutan yang bertahan, berlebihan dan tidak masuk akal tehadap suatu objek atau situasi tertentu. Menurut Nevid (2005) Specific phobia adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau siuasi spesifik. Orang yang mengalami ketakuatan dan reaksi fisiologis yang tinggi bila bertemu dengan objek fobia akan menimbulkan dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan diri dari situasi atau menghidari stimulus yang menakutkan.

Haugaard (2008) mengatakan bahwa specific phobia dikarakteristikkan dengan kecemasan yang sering terjadi karena disebabkan oleh benda atau situasi tertentu. Selanjutnya juga dikatakan bahwa ketakutan dan kecemasan ini tetap ada walaupun tidak berhubungan langsung dengan objek atau situasi yang ditakuti dan dapat mengganggu anak dalam hal akademis dan interaksi sosialnya.

Kriteria diagnostik specific phobia

Kriteria diagnostik specific phobia (dalam APA, 2000) adalah:

  1. Ketakutan yang menyolok dan menetap yang berlebihan dan tidak dapat dijelaskan, disebabkan oleh objek atau situasi yang spesifik (seperti, terbang, ketinggian, hewan, disuntik, melihat darah).

  2. Stimulus fobik hampir selalu menyebabkan respon kecemasan atau serangan panik. Catatan: pada anak, kecemasan ditunjukkan dengan menangis, tantrum, kaku atau lengket pada orang lain.

  3. Menyadari ketakutannya berlebihan dan tidak dapat dijelaskan. Catatan: pada anak mungkin tidak muncul.

  4. Situasi fobik dihindari dengan kecemasan atau distres yang kuat.

  5. Penghindaran, antisipasi kecemasan atau distres dalam situasi phobik bertentangan secara signifikan dengan rutinitas orang normal, fungsi pekerjaan (pendidikan) atau aktivitas/hubungan sosial, atau ditandai distres tentang fobia.

  6. Pada individu di bawah 18 tahun, terjadi sekurang-kurangnya 6 bulan.

  7. Kecemasan, serangan panik atau menghindari fobia dihubungkan dengan objek atau situasi spesifik, tidak berkaitan dengan gangguan mental lain, seperti Obsessive-Compulsive Disorder (takut terkontaminasi ketidakbersihan seseorang), Posttraumatic Stress Disorder (menjauhi stimulus yang menimbulkan stres berat), Separation Anxiety Disorder (menghindari sekolah), Social Phobia (menghindari situasi sosial yang memalukan), Panic Disorder With Agoraphobia , atau Agoraphobia Without History of Panic Disorder.

Penyebab specific phobia

Menurut Durand & Barlow (2005), ada beberapa penyebab munculnya specific phobia yaitu:

1. Traumatic event

Kebanyakan orang yang mengalami specific phobia disebabkan oleh kejadian trauma. Contohnya jika kita digigit oleh anjing, maka kita akan menjadi phobia terhadap anjing.

2. Information transmition

Seseorang dapat mengalami specific phobia karena sering mengingat sesuatu yang berbahaya.

3. Sosial dan Kultural

Faktor ini sangat kuat dapat mempengaruhi seseorang mengalami specific phobia . Dalam masyarakat tidak dapat diterima jika seorang laki-laki menunjukkan ketakutan dan phobia. Mayoritas specific phobia terjadi pada perempuan.

Definisi Fobia

Marks (dalam Morris dkk, 1987) mengatakan bahwa fobia merupakan bentuk yang spesifik dari takut yang muncul di situasi tertentu, tidak bisa dijelaskan secara rasional, sulit untuk dikontrol dan biasanya situasi yang ditakutkan tersebut selalu dihindari. Fobia adalah rasa takut yang menetap terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya (Nevid, 2005). Selanjutnya Neale, dkk (2001) mengatakan bahwa fobia yaitu perasaan takut dan menghindar terhadap objek atau situasi yang realita atau kenyataannya tidak berbahaya.

Berdasarkan uraian di atas, fobia adalah rasa takut yang kuat dan tetap terhadap objek, situasi atau kejadian yang muncul pada situasi tertentu, tidak dapat dijelaskan secara rasional, sulit untuk dikontrol dan biasanya situasi yang ditakutkan tersebut selalu dihindari.

Ciri-Ciri Gangguan Fobia

Berdasarkan DSM IV (dalam Martin & Pear, 2003), gangguan fobia memiliki ciri-ciri:

a. Ketakutan/kecemasan yang menghasilkan perubahan fisiologis seperti tangan berkeringat, pusing atau jantung berdebar.

b. Melarikan diri atau menghindari situasi dimana rasa takut sering muncul.

c. Perilaku tersebut mengganggu kehidupan individu.

Jenis Fobia

Ada dua jenis fobia menurut Gunawan (2006) yaitu:

a. Simple phobia/Specific phobia (fobia sederhana)

Fobia yang muncul karena satu pemicu saja. Misalnya fobia kucing, perasaan takut hanya terbatas pada kucing dan tidak pada binatang lain.

b. Complex phobia (fobia kompleks)

Fobia ini berhubungan dengan banyak penyebab, biasanya fobia ini bukan masalah utama dan merupakan symptom dari satu atau lebih masalah psikologis yang belum terselesaikan. Misalnya fobia berbicara di depan umum, masalah utama fobia ini sebenarnya adalah harga diri yang rendah, masalah ini mengakibatkan seseorang tidak percaya diri sehingga tidak berani atau takut berdiri di depan orang banyak.

Definisi Specific Phobia

Specific Phobia adalah kecemasan yang signifikan terhadap objek atau situasi yang menakutkan, dan sering menampilkan perilaku menghindar terhadap objek atau situasi tertentu (Miltenberger, 2004). Durand & Barlow (2005) mengatakan bahwa specific phobia adalah ketakutan yang tidak beralasan terhadap suatu objek atau situasi tertentu. Ketakutan ini bisa disebabkan oleh darah, luka, situasi (seperti di dalam pesawat, lift dan ruangan yang tertutup), hewan, dan lingkungan yang natural (seperti ketinggian dan air).

Specific Phobia menurut Wenar dan Kerig (2006) adalah ketakutan yang bertahan, berlebihan dan tidak masuk akal tehadap suatu objek atau situasi tertentu. Menurut Nevid (2005) Specific Phobia adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau siuasi spesifik. Orang yang mengalami ketakuatan dan reaksi fisiologis yang tinggi bila bertemu dengan objek fobia akan menimbulkan dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan diri dari situasi atau menghidari stimulus yang menakutkan.

Haugaard (2008) mengatakan bahwa specific phobia dikarakteristikkan dengan kecemasan yang sering terjadi karena disebabkan oleh benda atau situasi tertentu. Selanjutnya juga dikatakan bahwa ketakutan dan kecemasan ini tetap ada walaupun tidak berhubungan langsung dengan objek atau situasi yang ditakuti dan dapat mengganggu anak dalam hal akademis dan interaksi sosialnya.

Berdasarkan uraian di atas, specific phobia adalah ketakutan dan kecemasan yang bertahan, berlebihan dan tidak masuk akal terhadap suatu objek atau situasi tertentu, sehingga menimbulkan dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan diri dari objek atau situasi tersebut, dan dapat mengganggu anak dalam hal akademis dan interaksi sosialnya.

Referensi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38358/Chapter%20II.pdf?sequence=4