Apa yang dimaksud dengan Fitnah Istri?

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Surat At-Tagabun Ayat 14

Apa yang dimaksud dengan Fitnah Istri ?

Kita dapat mengambil hikmah dari cerita-cerita sejarah. Berikut adalah kisah-kisah tentang akibat dari godaan fitnah wanita.

Kisah Nabi Adam dan Hawa’

Ibnu Jarir Ath-Thabari meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan segolongan Sahabat Nabi RadliyaAllah anhum;

“Ketika Allah Swt berkata kepada Adam “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”,

Iblis bermaksud menemui mereka di Surga akan tetapi para penjaga Surga mencegahnya. Kemudian ia mendatangi ular yang pada waktu itu adalah hewan berkaki empat seperti halnya onta, ia seolah olah adalah hewan paling indah (waktu itu), Ia berbicara padanya agar memasukkan dirinya kedalam mulutnya sehingga ia bisa masuk dengannya untuk menemui Adam.

Ular menuruti Iblis lalu memasukkan Iblis kedalam dagunya. Ia melewati para penjaga Surga dan masuk kedalamnya sedang para penjaga tidak tahu perkara apa yang Allah Swt kehendaki. Iblis lalu berbicara kepada Adam melalui bibir ular tapi Adam tidak memperdulikannya. Kemudian ia keluar dari mulut ular dan berkata pada Adam :

“kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldidan kerajaan yang tidak akan binasa?”,

Ia juga berkata

“Apakah engkau mau aku tunjukkan sebuah pohon yang jika engkau makan engkau akan menjadi raja seperti halnya Allah Azza wa Jall, atau termasuk golongan orang-orang yang abadi dan kalian berdua tidak akan mati selamanya?”.

Sembari berkta demikian Iblis bersumpah pada mereka atas nama Allah Swt bahwasanya sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang memberi nasehat (mengharap kebaikan). Pada iblis sesungguhnya dengan ucapanya hanya ingin agar Adam dan Hawa’ terbuka apa-apa yang tertutup dari mereka berupa aurat (qubul dan dubur) mereka dengan merusak pakaian mereka.

Iblis sebelumnya telah tahu bahwasanya Adam dan Hawa’ mempunyai aurat karena dulu ia pernah membaca kitab-kitab para malaikat, sedang Adam tidak tahu akan hal itu (adanya aurat), waktu itu pakaian mereka adalah Dzufr.

Maka adam menolak untuk memakannya, jadi ia mendatangi Hawa’, lalu ia pun memakannya. Hawa’ lalu berkata

“Wahai Adam, makanlah! Sesungguhnya aku telah memakannya dan ia tidak membahayakanku.”.

kemudian ketika Adam memakannya tampaklah aurat mereka berdua dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga.

Maka sesungguhnya tipu daya Iblis itu lemah dihadapan laki-laki yang beriman dan teguh seperti Adam Alaihissalam, Allah berfirman;

Sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah. (An-Nisa’ 76)

Akan tetapi Iblis dengan cerdas memanfaatkan Hawa’ karena tipu daya wanita lebih kuat daripada tipu daya setan.

“Sesungguhnya tipu daya kalian (wanita) adalah tipu daya yang besar." (Yusuf 28)

Lihatlah kesaksian Rasulullah ketika ia berkata;

“Aku tidak pernah melihat orang yang akal dan agamanya kurang, lebih mampu untuk mengalahkan orang yang bijak dibanding kalian (kaum wanita)” (Muttafaq Alaih)

Dari itu setan banyak menggunakan wanita untuk merusak kaum laki-laki; Dari Abdullah bin Mas’ud Ra, Rasulullah Saw bersabda;

“Wanita itu adalah aurat, maka apabila ia keluar (dari rumahnya), setan akan menghiasinya.” (Tirmidzi)

Berkata Al-Imam Abul ‘Ala’ Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan makna hadits ini; ِ

Sabda Nabi Saw “Bila wanita keluar, setan akan menghiasinya” yakni setan menghiasinya di mata laki-laki. Juga dikatakan, maknanya, setan memandang pada wanita tersebut untuk menyesatkannya dan menyesatkan (manusia) dengannya. Dan makna asal (adalah mengangkat pandangan untuk melihat sesuatu dan dengan meletakkan telapak tangan

Kisah Abdurrahman bin Muljam

Seperti kisah Adam dan Hawa adalah kisah Abdurrahman bin Muljam ketika ia menyanggupi membunuh Sahabat Ali Ra untuk memenuhi syarat dari wanita yang akan di nikahinya.

Merupakan kekeliruan jika ada yang menganggap 'Abdur-Rahmân bin Muljam dahulu seorang yang jahat. Sebelumnya, 'Abdur-Rahmân bin Muljam ini dikenal sebagai ahli ibadah, gemar berpuasa saat siang hari dan menjalankan shalat malam. Namun, pemahamannya tentang agama kurang menguasai. Meski demikian, ia mendapat gelar al-Muqri. Dia mengajarkan Al-Qurân kepada orang lain.

Tentang kemampuannya ini, Khalifah 'Umar bin al Khaththab sendiri mengakuinya. Dia pun pernah dikirim Khaliifah 'Umar ke Mesir untuk memberi pengajaran Al-Qur`ân di sana, untuk memenuhi permintaan Gubernur Mesir, 'Amr bin al-'Aash, karena mereka sedang membutuhkan seorang qâri. Dalam surat balasannya, 'Umar menulis:

“Aku telah mengirim kepadamu seorang yang shâlih, 'Abdur-Rahmân bin Muljam. Aku merelakan ia bagimu. Jika telah sampai, muliakanlah ia, dan buatkan sebuah rumah untuknya sebagai tempat mengajarkan Al-Qur`ân kepada masyarakat”.

Sekian lama ia menjalankan tugasnya sebagai muqri`, sampai akhirnya benih-benih pemikiran Khawârij mulai berkembang di Mesir, dan berhasil menyentuh 'âthifah (perasaan)nya, hingga kemudian memperdayainya.

Imam Imam Abu Al-Faraj bin Al-Jauzi (Ibnul Jauzi) menceritakan dengan sanadnya;

Suatu ketika, Abdurrahman bin Muljam melihat wanita dari Taim Ar-Rabbab yang biasa dipanggil Qatham. Ia merupakan wanita yang paling cantik, tetapi berpaham khawarij. Kaum wanita tersebut telah dibunuh karena mengikuti paham khawarij pada perang AnNahrawan. Ketika Ibnu Muljam melihatnya, dia jatuh cinta padanya lalu melamarnya. Wanita ini mengatakan, “Aku tidak menikah denganmu kecuali dengan syarat mahar 3000 dinar dan membunuh Ali bin Abi Thalib”. Akhirnya, dia menikahinya dengan syarat tersebut.

Ketika telah bersua dengannya, wanita ini berkata, “Hai! Kamu telah menyelesaikan (hajatmu). Pergilah!” Ia pun keluar dengan menyandang senjatanya, dan Qatham juga keluar. Lalu, Qatham membuatkan ia kemah dalam masjid.

Ketika ‘Ali keluar sambil menyerukan, “Shalat! shalat!”, Ibnu Muljam mengikutinya dari belakang lalu menebasnya dengan pedang pada batok kepalanya. Tentang hal ini, seorang penyair berkata,

Aku tidak melihat mahar yang dibawa oleh orang yang punya kehormatan
Seperti mahar Qatham yang sedemikian jelas tidak samar
Mahar 300 dinar, hamba sahaya, biduanita Dan membunuh ‘Ali dengan pedang yang tajam
Tidak ada mahar yang lebih mahal dari Ali meskipun berlebihan
Tidak ada kebengisan yang Melebihi kebengisan Ibnu Muljam

Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata tentang Ibnu Muljam:

“Sebelumnya, ia adalah seorang ahli ibadah, taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, akhir kehidupannya ditutup dengan kejelekan (su`ul khâtimah). Dia membunuh Amirul-Mu’minin 'Ali Radhiyallahu 'anhu dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui tetesan darahnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi ampunan dan keselamatan bagi kita”.

Tentang Abdurrahman bin Muljam dan orang-orang yang serupa dengannya, Rasul Saw bersabda;

“Sesungguhnya sesuatu yang aku takutkan atas kalian adalah seorang laki-laki yang membaca al-Qur’an, sehingga setelah ia kelihatan indah karena al-Qur’an dan menjadi penolong agama Islam, ia merubahnya pada apa yang telah menjadi kehendak Allah. Ia melepaskan dirinya dari al-Qur’an, melemparnya ke belakang dan menyerang tetangganya dengan pedang dengan alasan telah syirik.” Aku bertanya: "Wahai Nabi Allah, siapakah di antara keduanya yang lebih berhak menyandang kesyirikan, yang dituduh syirik atau yang menuduh?"Beliau menjawab: “Justru orang yang menuduh syirik (yang lebih berhak menyandang kesyirikan).” (HR. Abu Nu’aim & Al Bazzar)

Kisah Bal’am bin Ba’ura dan Bani Isra’il


Bal’am bin Ba’ura adalah seorang ahli ibadah yang mempunyai doa yang mustajab, ia melakukan makar kepada Bani Israel melalui wanita yang mengakibatkan tujuh puluh ribu dari mereka tewas. Ibnu Katsir meriwayatkan dari Muhammad bin Ishaq bin Yasar meriwayatkan dari Salim Abi an-Nadhar ia bercerita;

Sesungguhnya, Tatkala Musa As singgah disuatu daerah bani Kan’an, yaitu dibagian wilayah Syiria. Kaum Bal’am mendatanginya. Lalu berkata; “Orang ini adalah Musa bin Imran yang berada di tengah-tengah bani Israel. Dia telah datang untuk mengusir kami dari negeri kami, untuk membunuh kami dan menempatkan bani Irael di sana. Sesungguhnya kami adalah kaummu juga, kami tidak memiliki tempat tinggal, sedang engkau adalah orang yang dikabulkan do’anya. Pergilah dan do’akanlah mereka (bani israel) dengan keburukan. Bal’am berkata : “Celakalah kamu! Nabi Allah itu disertai oleh para malaikat dan kaum mukminin. Bagaimana mungkin aku pergi untuk mendo’akan buruk pada mereka padahal aku mengetahui dari Allah apa yang aku ketahui”.

Mereka kembali berkata : “Kami tidak akan punya tempat tinggal” mereka terus memelas dan memohon hingga Bal’am pun terfitnah sehingga dia pergi menuju ke sebuah gunung yang dapat mengintai pasukan bani Israel. Gunung itu bernama Husban. Ketika ia baru berjalan tidak lama, keledai itu duduk tidak mau berjalan, ia pun turun memukulnya sehingga sampai ketika ia membuat keledai itu payah, keledai itu berdiri dan ia pun menungganginya. Belum lama berjalan, keledai itu duduk lagi, ia pun memukulinya sehingga ketika ia membuat keledai itu payah, Allah mengijinkannya untuk berbicara, maka ia pun berbicara pada Bal’am “Aduhai Bal’am kemana kau akan pergi? Apakah kau tidak melihat para malaikat di depanku memalingkan wajahku seperti ini? Apakah kau akan pergi kepada Nabi Allah dan kaum Mukminin untuk mendoakan kejelekan kepada mereka?”.

Tapi Bal’am masih tiada henti memukulinya, maka Allah pun melepaskannya (membiarkannya berjalan) ketika Bal’am tetap melakukan itu pada keledainya. Ia pun berjalan dengan keledainya sehingga ketika Bal’am berada di puncak Husban dan melihat pasukan Musa serta Bani Israel, maka ia mulai mendo’akan buruk kepada mereka. Tidaklah ia mendo’akan buruk kepada mereka kecuali Allah membelokkan lisannya ke arah kaumnya sendiri. Dan tidaklah dia mendo’akan baik kepada kaumnya melainkan Dia membelokkan lisannya kepada Bani Israel.

Kaumnya berkata kepada Bal’am, “Hai Bal’am, tahukah kamu apa yang telah kau lakukan? sesungguhnya engkau mendo’akan kebaikan kepada mereka dan mendo’akan keburukan kepada kami”. Bal’am berkata : Inilah yang tidak aku miliki”. Sesungguhnya ini adalah perkara yang Allah telah menguasakannya padaku. Dan jadilah lidahnya menjulur panjang sehingga sampai ke dadanya.

Kemudian ia berkata pada kaumnya, “Sekarang hilanglah sudah dariku dunia dan akhirat. Tidak tersisa lagi padaku kecuali tipu daya dan muslihat. Aku akan melancarkan muslihat bagi kepentinganmu. Dandanilah kaum wanita dan berilah mereka barang dagangan, kemudian kirimkanlah kepada pasukan Musa untuk menjualnya di sana. Suruhlah mereka agar tidak menolak keinginan seseorang yang menghendaki tubuhnya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara mereka berzina, maka cukuplah hal itu (untuk mencelakakan mereka).”

Setelah kaum wanita memasuki perkemahan pasukan Musa, lewatlah seorang wanita yang bernama Kasba binti Shur pemimpin kaumnya pada seorang pembesar bani Israel yang bernama Zamry bin Syalum pemimpin suku Bani Syam’un bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Ketika dia melihat wanita itu, maka bangkitlah ia kepadanya seraya memegang tangannya ketika ia terpesona olehnya dan membawanya kepada Musa. Ia (Zamry) berkata “Aku kira kamu akan mengatakan bahwa wanita ini haram bagiku?.” Musa berkata, “Benar, wanita ini haram bagimu dan jangan kau dekati.” Ia menjwab “Demi Allah aku tidak akan menurutimu untuk masalah ini”. Ia pun membawa wanita itu ke kemahnya dan menyetubuhinya. Kemudian Allah Azza wajalla mengirimkan penyakin Tho’un kepada bani Israel.

_Adalah Finhash bin al-Aizar bin Harun pembantu Musa yang sedang tidak ada waktu Zamry bin Syalum melakukan apa yang telah dilakukannya. Ia datang sementara Tho’un sudah merajalela diantara mereka. Dia mendapat informasi yang sesungguhnya. Kemudian ia mengambil sangkurnya yang seluruhnya terbuat dari besi. Ia kemudian memasuki kemah dan ternyata laki-laki dan wanita tersebut sedang tidur berbaring. Kemudian ia menusuk keduanya sekaligus dengan sangkurnya sehingga menjadi satu. Finhash keluar membawa keduanya sambil mengacungkannya ke langit, ia telah ambil sangkurnya dengan lengannya, sikunya ia lekatkan pada lambung, lalu ia tempelkan sangkurnya pada dagunya, ia adalah anak pertama Al-Aizar, Dia berkata, “Ya Allah, demikianlah yang kami lakukan terhadap orang yang mendurhakaimu.” Maka lenyaplah penyakit Tho’un. _

_Dihitung-hitung Jumlah korban yang tewas mulai dari waktu keika Zamri menyetubuhi sang wanita hingga sampai Finhash membunuhnya paa waktu siang mencapai tujuh puluh ribu orang, orang yang mempersedikit hitungan mengatakan dua puluh ribu orang. Dari situ anak-anak Finhash pada setiap sembelihan yang mereka sembelih, lambung, lengan dan dagu (hewan yang disembelih), dikarenkan ia menyandarkan sangkurnya pada lambungnya, mengambilnya dengan lengannya, dan menempelkannya pada dagunya, memberikan yang terbaik dari harta mereka dan gadis mereka, dikarenakan ia adalah anak pertama Al-Aizar. _

Sehubungan dengan Bal’am bin Baurah, Allah berfirman, “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami, kemudian dia melepaskan diri daripadanya -sampai firman Allah- agar mereka berpikir."

Maka, jika dahulu ada Bal’am yang merusak Bani Isra’il melalui wanita, sekarang ada Yahudi melalui Fremasonry yang merusak umat Islam juga melalui wanita. Dalam hal Rasul Saw memperingatkan dengan keras melalui sabdanya;

Dari Abdullah bin Umar dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadapkan wajah ke kami dan bersabda:

“Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya; Tidaklah kekejian (mesum) menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka. Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang zhalim. Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan. Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan saling memerangi di antara mereka.” (HR Ibnu Majah, Al-Bazar dan Al-Baihaqi)

Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Tidaklah suatu kaum merusak janji sama sekali kecuali akan ada pembunuhan di antara mereka. Dan tidaklah perzinaan nampak di suatu kaum kecuali Allah akan menguasakan kematian atas mereka, dan tidaklah suatu kaum menahan zakat kecuali Allah akan menahan hujan dari mereka. (HR Al-Hakim, dan rAl-Baihaqi)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Apabila zina dan riba telah nampak di suatu kampung maka sungguh mereka telah menghalalkan diri mereka ketetapan (adzab) Allah ‘Azza wa Jalla. (HR At-Thabrani, Al-Hakim dan Al-baihaqi)