Apa yang dimaksud dengan fisioterapi?

image

Fisioterapi merupakan ilmu yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.

Apa yang dimaksud dengan fisioterapi ?

Fisioterapi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang berupa intervensi fisik non-farmakologis dengan tujuan utama kuratif dan rehabilitatif gangguan kesehatan. Fisioterapi atau Terapi Fisik secara bahasa merupakan teknik pengobatan dengan modalitas fisik (fisika).

Beberapa modalitas fisik yang terdapat di pergunakan antara lain : listrik, suara, panas, dingin, magnet, tenaga gerak dan air. Modalitas fisik inilah yang kemudian menjadi dasar aplikasi fisioterapi. Sebagai contoh, suhu dapat dimodifikasi menjadi suhu dingin (coldtherapy) dan suhu panas (thermotherapy) yang digunakan pada keadaan yang sesuai dengan indikasi terapi tersebut.

Secara lengkap struktur dasar modalitas fisika dalam fisioterapi beserta aplikasinya dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Gambar Modalitas Fisika dalam Kaitannya dengan Aplikasi Fisioterapi

Aplikasi fisioterapi dewasa ini terus menerus mengalami perkembangan baik dari sisis prosedur pelaksanaan maupun alat-alat pendukung. Aplikasi Fisioterapi juga semakin cenderung mengkombinasikan modalitas-modalitas fisika yang ada. Sebagai contoh, hydrotherapy dilakukan dengan modifikasi suhu dingin (coldtherapy) dan panas (thermotherapy). Alat pendukung electrotherapy juga sangat berkembang menjadi alat pendukung yang canggih yang dipergunakan pada level pusat pelayanan kesehatan maupun penemuan alat alat yang dapat dipergunakan secara mandiri oleh penderita, misalnya penggunaan alat TENS (transcutaneous electro nerve stimulation).

Pada cabang fisioterapi non-alat, manual therapy dan exercise therapy merupakan cabang fisioterapi yang paling berkembang di dunia olahraga. Manual therapy berkembang untuk melayani kebutuhan pengatasan cedera olahraga maupun cedera non-olahraga pada komunitas atlet dan non-atlet sedangkan exercise therapy berkembang mengikuti kemajuan teknik kedokteran preventif-rehabilitatif.

Penggunaan Teknik Fisioterapi

Secara garis besar, teknik fisioterapi banyak dipergunakan untuk mengatasi cedera. Selain untuk mengatasi cedera, pada anak-anak teknik fisioterapi banyak dipergunakan untuk mengatasi cerebral palsy, muscular dystrophy, spina bifida, poliomyletis dan kelainan struktural lainnya.

Gangguan kesehatan pada orang dewasa yang sering memerlukan intervensi fisioterapi meliputi gangguan neurologis paska stroke, gangguan persendian yang dikarenakan cedera maupun gangguan imunitas. Beberapa kondisi lain yang sering memerlukan intervensi fisioterapi meliputi nyeri punggung, gangguan otot (strain), gangguan ligamen (sprain) dan asma.

Tujuan terapi pada fisioterapi sangat bervariasi tergantung oleh jenis cedera ataupun gangguan fisik yang dialami. Pada kasus cedera, fisioterapi dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot, mempercepat proses penyembuhan, mengurangi rasa nyeri serta mengembalikan mobilitas dan ketahanan kerja otot paska cedera. Fisioterapi pada gangguan fisik seperti stroke, asma, cerebral palsy dan sebagainya bertujuan untuk meminimalisir tingkat kesakitan (morbiditas) dengan jalan memperbaiki respon tubuh terhadap penyebab gangguan tersebut dengan mempergunakan berbagai teknik intervensi fisioterapi.

Alur Kerja Intervensi Fisioterapi

Idealnya, sebelum memulai program fisioterapi, keadaan klinis penderita harus dinilai terlebih dahulu oleh dokter dengan berbagai pemeriksaan penunjang. Dokter kemudian menegakkan diagnosis serta menentukan tujuan fisioterapi kemudian merujuk penderita kepada ahli fisioterapi untuk menerima intervensi fisioterapi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ahli fisioterapi kemudian akan menilai ulang diagnosis dan bila memungkinkan memeriksa kembali riwayat medis (rekam medis) terutama yang menggambarkan perjalanan penyakit serta riwayat pengobatan.

Pada kasus gangguan neuro-musculoskeletal, ahli fisioterapi kemudian harus mengukur kekuatan, fleksibilitas, kapasitas gerak sendi, ketahanan fisik dan postur. Pada tahap selanjutnya, ahli fisioterapi memilih teknik yang sesuai dengan tujuan terapi, indikasi dan hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan pada penderita.

Teknik fisioterapi yang dipergunakan biasanya meliputi gabungan beberapa teknik yang dianggap dapat menimbulkan kemanfaatan yang sebesar- besarnya bagi penderita. Secara umum, exercise therapy merupakan teknik yang paling sering dipergunakan diikuti dengan manual therapy, sedangkan thermotherapy, cryotherapy, hydrotherapy, ultrasound therapy dan electrotherapy dipergunakan sebagai terapi tambahan.

Keterangan yang harus diperoleh pada saat anamnesis keluhan antara lain meliputi :

  • Deskripsi nyeri
  • Tempat terjadinya nyeri
  • Durasi atau waktu terjadinya nyeri
  • Riwayat nyeri
  • Sifat nyeri
  • Apakah gerakan mempengaruhi rasa sakit
  • Apakah gerakan mengalami hambatan

Pada pemeriksaan fisik, seorang ahli fisioterapi harus menguji jangkauan gerak, kekuatan, dan fleksibilitas otot. Keseimbangan, postur dan ketahanan fisik juga dapat diperiksa dengan berbagai metode. Pemeriksaan fisik juga mengamati kelainan atau keterbatasan mobilitas. Selain pemeriksaan fisik, pada beberapa kasus, ahli fisioterapi memerlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan rontgen, goniometer dan sebagainya.

Setelah pemeriksaan fisik dilakukan, ahli fisioterapi kemudian meringkas diagnosis, rencana, tujuan serta metode fisioterapi, melaksanakan terapi dan mengevaluasi hasil terapi. Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai indikasi menghentikan terapi apabila target terapi sudah dicapai. Apabila target terapi belum tercapai dilakukan penyusunan rencana ulang terapi, dan seterusnya.


Gambar Alur Kerja Penanganan Fisioterapi

Teknik Fisioterapi

Beberapa teknik fisioterapi yang sering dipergunakan meliputi :

A. Exercise therapy (Terapi latihan).

Teknik fisioterapi ini merupakan teknik fisioterapi yang paling sering dipergunakan terutama pada keadaan kronis. Pada penggunaannya, jenis, frekuensi, intensitas dan durasi latihan ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jenis latihan yang dapat dilakukan berupa latihan isometric, isotonic, aerobik maupun latihan akuatik. Jenis- jenis latihan ini biasanya bertujuan untuk memperbaiki jangkauan gerak, meningkatkan kekuatan, koordinasi, ketahanan, keseimbangan dan postur. Latihan dapat dilakukan secara aktif dimana penderita mengontrol sendiri gerakannya tanpa bantuan orang lain ataupun pasif dimana gerakan dilakukan berdasarkan bantuan dari ahli fisioterapi. Terapi latihan dapat dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis kelainan seperti stroke, penggantian sendi maupun penuaan.

B. Manipulation/ Manual therapy.

Berbagai teknik terapi manipulasi dapat dilakukan untuk menghasilkan gerakan pasif. Teknik ini meliputi terapi gerak dan massage (pijat). Dewasa ini teknik massage yang paling sering dipergunakan adalah teknik Sweden, walaupun demikian, berbagai jenis lain juga mulai sering dipergunakan meliputi neuro-developmental treatment untuk mengatasi gangguan neuromuskular serta akupressure. Manipulation therapy terutama ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas sendi.

C. Thermotherapy (Heat therapy / Terapi Panas).

Thermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya dipergunakan dengan kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti exercise dan manual therapy. Udara lembab yang hangat dapat dipergunakan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri otot. Heat therapy dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan kantung panas (hot packs), handuk hangat, botol air panas, alat ultrasound, alat infra-red dan bak parafin cair. Terapi ini juga dapat dikombinasikan dengan hydrotherapy karena air yang hangat dapat mengendurkan otot, sendi serta meningkatkan jangkauan sendi.

D. Coldtherapy (Terapi Dingin).

Aplikasi dingin pada area radang dapat mengurangi kepekaan syaraf yang pada gilirannya akan mengurangi rasa nyeri. Metode ini paling sering dipergunakan pada keadaan akut sebagai bagian dari sistem RICE (Rest-Ice-Compression-Elevation). Metode ini dapat dilakukan dengan mempergunakan es atau sprai vapocoolant.

E. Electrotherapy

Electrotherapy merupakan terapi dengan mempergunakan impuls listrik untuk menstimulasi saraf motorik ataupun untuk memblok saraf sensorik. Salah satu jenis electrotherapy yang sering dipergunakan untuk pengobatan adalah transcutaneous electro nerve stimulation (TENS). TENS mempergunakan listrik bertegangan rendah yang disuplai dari suatu alat portable bersumber daya baterai. Dua elektroda pada alat ini dihubungkan pada bagian yang nyeri sehingga bagian tersebut teraliri impuls listrik yang akan menjalar pada serabut saraf untuk mengurangi kepekaan terhadap rangsang nyeri. Alat ini sering dipergunakan untuk mengatasi nyeri pada tendonitis dan bursitis. Selain TENS, shortwave diathermy sering juga dipergunakan dalam praktek fisioterapi. Alat ini mempergunakan arus listrik frekuensi tinggi untuk meningkatkan suhu pada kulit. Bagian-bagian tubuh yang besar seperti punggung dan pinggang dapat diterapi dengan shortwave diathermy karena penetrasi suhu dapat lebih dalam daripada mempergunakan metode terapi panas non-electric

F. Iontophoresis dan Phonophoresis

Ionthoporesis merupakan usaha memasukkan obat dalam jaringan dengan mempergunakan bantuan arus listrik sedangkan phonophoresis merupakan usaha memasukkan obat dalam jaringan dengan mempergunakan bantuan ultrasound. Metode ini sering digunakan untuk menangani nyeri leher, nyeri punggung dan radang sendi.

G. Traksi

Traksi merupakan prosedur koreksi neuro-muskulo-skeletal seperti patah tulang, dislokasi dan kekakuan otot dengan mempergunakan alat yang berfngsi sebagai penarik. Terapi ini juga sering mempergunakan beban.

Jenis Layanan Fisioterapi

Secara garis besar, layanan fisioterapi meliputi layanan fisioterapi musculoskeletal, kardiopulmoner dan integumentum. Pada buku ini layanan fisioterapi terutama ditujukan pada terapi gangguan musculoskeletal.

A. Fisioterapi Musculoskeletal (Orthopaedic)

Fisioterapi musculoskeletal (orthopaedic) bertujuan untuk mendiagnosis dan menangani gangguan musculoskeletal. Beberapa modalitas yang dipergunakan meliputi exercise therapy (latihan kekuatan, kontrol,fleksibilitas dan ketahanan, manual therapy, soft tissue massage, cryotherapy, heattherapy, iontophoresis, phonophoresiss dan electrotherapy. Gangguan musculoskeletal yang dapat terjadi pada anak secara kongenital (yang terjadi pada proses kelahiran) yang dapat ditangani dengan fisioterapi antara lain keterlambatan perkembangan, cerebral palsy, distrofi otot, skoliosis, nyeri dan kelemahan otot tungkai.

Cedera neuro-musculoskeletal akut sering ditandai dengan tanda-tanda kardinal radang seperti kemerahan (rubor), panas (kalor), benjolan (tumor), nyeri (dolor), dan penurunan fungsi (function leissa). Dua kondisi terakhir berupa nyeri dan penurunan fungsi ini dan sering menjadi penyebab utama seseorang mencari pertolongan medis.

Nyeri merupakan pengalaman sensoris yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan fisiologis jaringan. Walaupun demikian nyeri dapat pula dicetuskan oleh pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan. Fisioterapi terutama ditujukan untuk mengatasi nyeri yang disebabkan oleh gangguan fisiologis. Aspek fisiologis yang sering menyertai nyeri adalah kerusakan jaringan, pengurangan jangkauan gerak (range of motions), radang (inflamasi), anoxia/iskemia (gangguan aliran darah) serta pembengkakan (edema).

Jangkauan gerak (range of motion /ROM) merupakan istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan jarak dan arah gerak suatu area persendian dalam tubuh. Penurunan ROM dapat diakibatkan oleh cedera maupun dapat pula disebabkan oleh proses penuaan. Ketika gangguan persendian sampai pada tahap kronis (misalnya pada nyeri punggung bawah), pengurangan ROM secara alamiah dilakukan oleh tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, menghindari kerusakan lebih lanjut, menjaga agar jaringan yang sedang diupayakan penyembuhannya tersebut tidak mengalami tekanan fisik yang berat yang dimaksudkan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Walaupun demikian apabila pengurangan ROM ini berlangsung dalan jangka waktu yang lama sedangkan proses penyembuhan tidak terjadi secara sempurna, dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya kelainan gerak yang permanen. Oleh karenanya pada kondisi kronis seperti ini fisioterapi sebaiknya ditujukan agar meminimalkan kelainan gerak, memperbaiki ROM, mempercepat dan membantu proses penyembuhan, meningkatkan kekuatan dan kontrol otot, memperbaiki postur dan keseimbangan, meningkatkan kemampuan untuk aktivitas sehari-hari maupun aktivitas kerja (occupational therapy) serta memberikan penyuluhan kepada penderita maupun keluarganya tentang kondisi gangguan serta manfaat fisioterapi.

Pada kasus sakit yang kronis, gerakan tidak normal yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan ikut menyebabkan terjadinya nyeri. Sebagai contoh: gerakan berulang dapat menyebabkan turunnya flexibilitas, kekakuan sendi dan atrophy otot. Terapi fisik dapat memperbaiki gerakan dan mengajari penderita bagaimana cara menghindari kerusakan yang lebih parah. Beberapa keadaan yang dapat diatasi dengan fisioterapi antara lain adalah :

a. Nyeri punggung

Nyeri punggung merupakan gangguan yang sering memerlukan penanganan fisioterapi. Penyebabnya antara lain: herniasi diskus, scatia, gangguan penurunan fungsi tulang.


Gambar Hernia Diskus Intervertebralis

b. Nyeri leher.

Nyeri leher yang terjadi dapat berupa whisplash atau syaraf terjepit di tulang leher dapat menyebabkan nyeri leher.

c. Nyeri lutut.

Nyeri lutut yang terjadi antara lain berupa cedera pada anterior cruciate ligamen (ACL) yang merupakan cedera lutut pada olahraga yang paling sering terjadi. Cedera pada menisci (cartilage pads) juga sering terjadi.

image
Gambar Anterior cruciate ligamen

d. Radang Sendi (Arthritis)

Radang sendi (arthritis) yang sering terjadi meliputi osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Kondisi ini sering terjadi di tangan, jari, lutut, dan pinggang.


Gambar (a) Rhematoid Arthritis (b) Osteoarthritis

e. Nyeri bahu.

Nyeri bahu yang sering terjadi antara lain meliputi bahu membeku (frozen shoulder) adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan kaku sendi bahu yang berakibat berkurangnya keleluasaaan gerak dari bahu tersebut. Pada kasus yang umum terjadi, kondisi ini bisa berubah, meskipun penanganan sudah dilakukan untuk beberapa bulan. Cedera pada rotator cuff (otot yang menempel pada tulang lengan atas) dan shoulder impingement syndrome (gejala yang timbul yang berasal dari tekanan pada rotator cuff tendons) dan subacromial bursa (cairan yang mengisi kantong yang memisahkan tulang dari sendi bahu) juga sering terjadi.


Gambar Frozen Shoulder (Adhesive Capsulitis) dan Shoulder Impengement

f. Tendinitis (Radang tendon).
Penyebab yang umum terjadi pada tendinitis adalah penggunaan yang berlebihan. Daerah yang sering mengalami bursitis adalah tangan, siku, dan lutut.


Gambar Tendinitis pada Achiles

g. Nyeri siku.
Nyeri siku yang sering terjadi disebabkan oleh tendinitis. Bentuk nyeri siku dapat berupa sebagai tennis elbow (lateral epicondylitis) ketika terjadi cedera pada tendon bagian luar dan golfer elbow (medial epicondylitis) ketika terdapat cedera pada tendon bagian dalam.


Gambar Tennis Elbow dan Golfer Elbow (Lateral dan Medial Epicondylitis)

h. Bursitis (Radang Bursa).

Bursa merupakan cairan antara tendon dan tulang yang memiliki fungsi sebagai pelapis untuk merngurangi gesekan antara jaringan yang ada di dalam tubuh. Terdapat 160 bursa di dalam tubuh, letaknya terdapat pada sekitar lengan, siku, punggung dan lutut. Biasanya bursitis terletak di lengan.


Gambar Bursitis pada Olecranon

i. Complex regional pain syndrome

Merupakan kondisi kronis yang bisa terjadi setelah cedera pada lengan atau kaki. Hal ini sering digambarkan sebagai sensasi seperti terbakar yang kadang melebihi rasa nyeri pada saat pertama kali timbul cedera.

j. Myofascial pain syndrome (MPS).

MPS merupakan sebuah kondisi kronis yang berefek pada fascia (jaringan penghubung yang melindungi otot), bisa berupa otot atau kumpulan otot. Hal ini bias disebabkan oleh adanya cedera atau tarikan yang berlebihan pada beberapa daerah di sekitar tubuh.

k. Gangguan sendi temporomandibular (sendi rahang).

Sendi temporomandibular menghubungkan rahang bawah dengan tengkorak. Sendi ini lebih banyak digunakan daripada sendi yang lainnya pada tubuh sehingga sering mengalami gangguan.

B. Fisioterapi Gangguan Kardiopulmoner

Fisioterapi kardiopulmonary menangani masalah kardiopulmoner seperti asthma, pneumonia jenis Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), cystic fibrosis (CF) dan paska infark myocard. Fisioterapi ini dapat dilakukan pada semua umur. Metode fisioterapi ini sangat baik untuk menangani gangguan fisiologis non-organ pada sistem kardiopulmoner. Berbagai jenis teknik ini pada rumah sakit sudah dimasukkan dalam standard pelayanan gangguan sistem kardiopulmoner

C. Fisioterapi Gangguan Integumentum

Jenis fisioterapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan kulit dan organ-organ lain yang berhubungan. Intervensi terapi meliputi pembersihan luka serta pencegahan parut.

Manfaat dan Resiko Fisioterapi


Beberapa manfaat fisioterapi meliputi:

  1. Penderita dapat mengerti aspek-aspek gangguan yang dialaminya secara lebih menyeluruh.
  2. Penderita dapat mempelajari dan mengikuti teknik fisioterapi yang dilakukan untuk kemudian secara mandiri dapat mengikutinya secara mandiri.
  3. Rasa nyeri dapat berkurang.
  4. Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, kontrol, fleksibilitas serta ketahanan otot.
  5. Penderita dapat belajar untuk mencegah terjadinya cedera lanjut.

Disamping banyak manfaat yang diperoleh terdapat beberapa resiko yang dapat terjadi dalam antara lain cedera pada saat latihan ataupun pada saat menerima terapi thermal dan electrotherapy. Beberapa resiko yang dapat dialami antaralain berupa luka bakar pada thermotherapy atau frozen bite pada cryotherapy.

Sumber :
dr. Novita Intan Arovah, MPH., Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga