Apa yang dimaksud dengan Filsafat Materialisme ?

filsafat Materialisme

Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa di dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Pada abad pertama masehi faham ini tidak mendapat tanggapan yang serius, dan pada abad pertengahan orang masih menganggap asing terhadap faham ini. Baru pada zaman Aufklarung (pencerahan), materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat.

Pada abad ke-19 pertengahan, aliran ini tumbuh subur di Barat disebabkan, dengan faham ini, orang-orang merasa mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam.

Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalil-dalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti. Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama di mana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (ateis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritik pun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang materialisme.

Adapun beberapa kritik yang dilontarkan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari chaos (kacau balau). Kata Hegel, kacau balau yang mengatur bukan lagi balau namanya itu Tuhan.

  • Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. Padahal pada hakikatnya hukum alam ini adalah perbuatan ruhani juga.

  • Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. Padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar itu sendiri yaitu Tuhan

  • Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian ruhani yang paling mendasar sekalipun.

Diantara tokoh-tokoh aliran ini adalah Anaximenes (585-528), Anaximandros (610-545 SM), Thales (625-545 SM), Demokritos (460-545 SM), Thomas Hobbes (1588-1679 M), Lamettrie (1709-1775 M), Feuerbach (1804-1877 M), Spencer (1820- 1903 M), dan Karl Marx (1818-1883 M).


Apa yang dimaksud dengan Filsafat Materialisme ?

Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi bergerak dan berkembang sebagai pembentuk awal dari alam, akal dan kesadaran merupakan proses materi fisik. Materialisme tidak mengakui entitas-entitas non material seperti roh, hantu, setan, malaikat dan bahkan Tuhan. Materialisme juga tidak mengakui dzat adikodrati dengan begitu materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di alam kebenaran semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra.

Pada zaman Yunani kuno telah ada paham tentang materialisme yaitu yang berkembang pada filsuf-filsuf Yunani tentang kejadian alam seperti yang diterangkan oleh Thales (625-546 SM) bahwa asal kejadian alam atau materi pembentuknya adalah air. Menurut Anaximenes asal kejadian alam adalah udara. Filsafat ini terus menurus berkembang dan menurut Heraclitus (540-480 SM) materi yang pembentuk alam raya ini adalah “segala sesuatu mengalir”.

Empedocles (490-430) mengatakan bahwa asal kejadian alam terdiri dari empat unsur yaitu: air, udara, tanah dan api. Demokritus berpendapat bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir dan jumlahnya sangat banyak. Atom adalah partikel kecil penyusun zat yang mempunyai bagian-bagian yaitu proton, neutron, dan elektron.

Semua yang dikatakan para filsuf Yunani adalah pandangan dunia materialisme. Akan tetapi pendapat mereka tidak berlanjut sampai mendapatkan kebenaran yang sebenarnya. Mereka kemudian melanjutkan kajiannya terhadap sifat dan prilaku manusia sebagai makhluk etik, sosial dan politik.

Pada abad pertengahan materialisme tidak begitu popuer dikalangan masyarakat karena sifat materialisme yang bertentangan dengan agama, pada waktu itu kekuasaan tertinggi dalam negara diatur oleh agamawan dan gereja, baru pada abad ke-19 yakni abad Renaisans (pencerahan) paham materialisme dipakai sebagai dasar ilmu pengetahuan yang kongkrit karena segala sesuatu dapat dibuktikan dan tereksperimen.

filsafat materialisme

Mempercayai materialisme berarti harus menaati hukum yang terkandung dalam materialisme. Hukum-hukum materialisme tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Hukum I: “Materi itu Ada, Nyata dan Konkret”

    Materi harus ada, nyata dan konkret, hal ini bisa kita lihat dan rasa dengan indra kita, semua realitas yang hidup di alam atau kejadian-kejadiannya dapat diterangkan dengan indra karena indra dapat melihatnya, merasakannya dan mendengarkannya. Kejadian- kejadian alam yang belum pernah kita lihat dan dengar bukan berarti sesuatu di luar materi.

    Semua itu adalah materi yang belum dijelaskan oleh indra, seperti pada masyarakat kuno kejadian bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi dan banjir adalah buatan Dewa (Dewa Bumi, Dewa Laut, Dewa Matahari, Dewa Angin dsb.), untuk terhindar dari bencana alam, mereka menyembah dewa yang telah disebutkan di atas. Padahal, kejadian- kejadian alam itu dapat dibuktikan dengan alat yang mampu mendeteksi bencana alam, gempa dan banjir.

  2. Hukum II: “Materi itu Terdiri dari Materi yang Lebih Kecil dan Saling Berhubungan (Dialektis)”

    Semua yang ada di alam ini tersusun oleh partikel-partikel kecil yang tersususn rapi menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Misalnya pada tubuh manusia yang terdiri dari materi-materi yang lebih kecil yaitu organ. Organ yang terdiri dari pencernaan, pernapasan, pengeluaran, pemikiran atau otak dan lain- lain, atau materi yang lebih kecil yaitu sel-sel sehingga indra tak mampu untuk melihatnya. Semua yang ada pada tubuh manusia adalah satu kesatuan yang saling berhubungan.

  3. Hukum III: “Materi Mengalami Kontradiksi”

    Materi mengalami kontradiksi atau saling bertentangan karena di dalam materi terdapat sesuatu perubahan dari kuantitatif berubah menjadi kualitatif sebagai contoh air akan berubah menjadi uap jika dipanaskan dengan suhu 100° C atau akan berubah menjadi es jika air itu bersuhu dibawah 0° C.

    Kontradiksi pula mengakibatkan perubahan mendapatkan sebabnya. Orang merasa lapar dan haus adalah kontradiksi dengan lapar dan haus, manusia akan selalu mencari makan dan minum untuk memenuhi kehidupannya, makan dan minum didapat dengan cara bekerja dan dengan bekerja manusia merubah alam serta mengubah hubungan-hubungan yang ada di alam.

  4. Hukum IV: “Materi Selalu Berubah dan Terus Berubah”

    Kesepakatan terhadap rumus kehidupan bahwa: tidak ada yang lebih alami daripada perubahan itu sendiri, dan perubahan dimulai dengan kontradiksi atau akibat pengaruh antara materi- materi yang menyusunnya atau intervensi dari luar.7 Maksudnya adalah Perubahan pada materi tersebut disebabkan karena adanya kontradiksi dari dalam materi itu sendiri atau perubahan terhadap materi juga dipengaruhi oleh pengaruh dari luar materi.

filsafat materialisme

Lebih lanjut di terangkan bahwa paham materialisme terdiri atas 5 aliran yaitu :

  1. Materialisme Modern

    Materialisme modern mengatakan bahwa alam itu merupakan kesatuan materil yang tidak terbatas. Alam di dalamnya segala materi dan energi selalu ada dan akan tetap ada dan alam (univers) adalah sesuatu yang keras yang dapat diindra atau dapat diketahui oleh manusia. Materialisme modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa (mind) dan dunia materil adalah pertama sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua. Jelasnya pikiran tentang konsep ide itu ada setelah materi ada terlebih dahulu.

  2. Materialisme Mekanik

    Materialisme mekanik adalah teori yang mengatakan semua bentuk dapat diterangkan menurut hukum yang mengatur materi dan gerak. Materialisme mekanik menjadikan sains sebagai pokok utama dalam aliran ini karena segala sesuatu di dunia dapat dipastikan dengan sains, semua gerak dan aktifitas fisik dapat dihitung dengan matematika dan dirumuskan dengan fisika.

    Aliran materialisme mekanik menganggap bahwa segala perubahan baik atom maupun manusia semuanya bersifat kepastian semata-mata. Sebab-musabab yang dijelaskan melalui jalan sains semata tidak perlu memakai ide seperti pada filsafat Idealisme yang menggunakans ide sebagai landasan teorinya. Semua gerak yang terdapat di dunia ini adalah bentuk mekanik yang dapat diuraikan dan diatur oleh hukum-hukum alam dan berjalan layaknya mesin.

    Lebih jauh lagi materialisme mekanik berpendapat bahwa akal dan aktivitas-aktivitasnya adalah tindak-tanduk makluk hidup (behavior) yang dimaksudkan bahwa otak dan kesadaran dijelaskan sebagai tindak-tanduk otot, urat saraf atau kelenjar, proses tersebut dapat dijelaskan dengan fisika dan kimia.

  3. Materialisme Alam

    Junalien Offray De Lamettrie (1709-1751) berpendapat bahwa manusia tak lain dari pada mesin, begitu pula dengan binatang, jadi manusia dan binatang itu sama saja. Ia mengingkari prinsip hidup pada umumnya. Ia mencoba membuktikan bahwa bahan tanpa jiwa mungkin dapat hidup (bergerak). tetapi jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin dapat hidup. Seperti pada jantung katak yang dikeluarkan dari tubuhnya, jantung katak itu masih berdenyut beberapa detik dan kemudian mati. Kejadian ini menunjukan bahwa tidak mungkin hal yang rohani mampu hidup tanpa bahan.

    Rohani tidak mungkin ada bila katak yang dijelaskan di atas itu mati, jadi mana mungkin rohani manusia dapat hidup tanpa adanya badan yang membungkus rohani. Jelaslah bahwa aliran ini menganggap bahwa yang ada itu hanya alam yang bermateri saja.

  4. Materialisme Dialektika

    Meterialisme dialektika pertama kali diperkenalkan oleh Karl Marx. Materialisme ini muncul akibat perjuangan kelas yang hebat dan muncul akibat revolusi industri. Menurut materialisme dialektika dunia ini tidak ada sesuatu selain benda dalam gerak, benda tidak akan bergerak kecuali dalam ruang dan waktu. Tidak ada tempat bagi Tuhan di dunia ini, oleh karena itu materialisme dialektika merupakan buah dari teori gerak dan perkembangan.

    Teori gerak dan perkembangan ini sesuai dengan hukum-hukum dialektika yang berlaku. Manusia atau makhluk hidup di dunia ini akan selalu bergerak pada ruang dan waktu, tidak mungkin manusia bergerak di ruang alam sadarnya (dalam pikirannya). Tidak ada tempat bagi Tuhan karena Tuhan tidak ada dalam ruang dan tidak ada dalam waktu.

  5. Materialisme Historis

    Perkembangan gerak pada manusia yang dimaksud Marx adalah perkembangan menuju kepada sejarahnya manusia. Tidak mungkin manusia hidup tanpa makan, minum dan bersosialisasi. Manusia dalam hidupnya mendorong terciptanya alat-alat yang dipergunakan untuk hidup, misalnya manusia membuat alat pertanian, alat perairan dan terciptanya industri. Semua alat dan industri itu tak lain dari pada materia, yang hendak dihasilkan juga materi. , Materialisme historis mendasarkan perkembangan masyarakat atau sejarah atas materia.

Referensi :

  • Atang abdul hakim, Beni Ahmad Subaeni, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).
  • Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),p.281.
  • Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Sistem berfikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham materialisme dialektika Karl Marx. Dalam kritik yang dilontarkan pada Hegel tentang manusia sebagai esensi dari jiwa. Marx menyanggah bahwa manusia adalah makhluk alamiah dalam obyek alamiah.

Dasar pemikiran materialisme sejarah Marx berasal dari karya Ludwig Feuerbach (1804-1872). Menurut Marx, Feuerbach telah berhasil membangun materialisme sejati dan ilmu pengetahuan yang positif dengan menggunakan hubungan sosial antarmanusia sebagai prinsip dasar teorinya.

Michel Curtis dalam Watloly menjelaskan bahwa materialisme sejarah Marx adalah materialisme dalam arti filosofis, bukan materialisme praktis yang mengartikan materi sebagai kebenaran, dan tidak bermakna. Materialisme sejarah Marx akan menunjukkan, bahwa di balik materi ada kesadaran yang menggerakkan arah sejarah sehingga materialisme sejarah harus difahami sebagai gerak materi yang menyejarah.

Materi di sini dalam arti metode pemikiran. Materi memiliki daya transformatif yang menyejarah. Marx memandang bahwa hanya dalam kerja ekonomi itulah, manusia mengubah dunia.

Pandangan Marx yang menjadikan materi sebagai primer di atas, dikenal dengan konsep materialisme historis. Materialisme historis berpendapat bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kedudukan materi, bukan pad aide karena ide adalah bagian dari materi.

filsafat materialisme

Marx memetakan materialisme ke dalam materialisme historis dan materialisme dialektis.

Materialisme historis merupakan pandangan ekonomi terhadap sejarah. Kata historis ditempatkan Marx dengan maksud untuk menjelaskan berbagai tingkat perkembangan ekonomi masyarakat yang terjadi sepanjang zaman. Sedangkan materialisme yang dimaksud Marx adalah mengacu pada pengertian benda sebagai kenyataan yang pokok. Marx tetap konsekuen memakai kata historical materialisme untuk menunjukkan sikapnya yang bertentangan dengan filsafat idealisme.

Filsafat materialisme beranggapan bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia, demikian juga diakui adanya kenyataan objektif sebagai penentu terakhir dari ide. Sedangkan filsafat idealisme menegaskan bahwa segenap kesadaran didasarkan pada ide-ide dan mengingkari adanya realitas di belakang ide-ide manusia.

Terdapat empat konsep sentral dalam memahami pendekatan materialisme historis menurut Morisson dalam Damsar, yaitu:

  • Means of Production (cara produksi) yaitu sesuatu yang igunakan untuk memproduksi kebutuhan material dan untuk mempertahankan keberadaan.

  • Relations of Production (hubungan produksi), yaitu hubungan antara cara suatu masyarakat memproduksi dan peranan sosial yang terbagi kepada individu-individu dalam produksi.

  • Mode of Production (mode produksi), yaitu elemen dasar dari suatu tahapan sejarah dengan memperlihatkan bagaimana basis ekonomi membentuk hubungan sosial.

  • Force of Production (kekuatan produksi), yaitu kapasitas dalam benda-benda dan orang yang digunakan bagi tujuan produksi.

Materialisme Dialektika, merupakan ajaran Marx yang menyangkut hal ihwal alam semesta secara umum. Menurut Marx, perkembangan sejarah manusia tunduk pada watak materialistik dialektika. Jika teori ini diterapkan pada masyarakat, maka dalam pemikiran Marx disebut dengan materialisme historis. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa yang menentukan struktur masyarakat dan perkembangan dalam sejarah adalah kelas-kelas sosial.

Kelas-kelas itu bukan suatu kebetulan, melainkan merupakan upaya manusia untuk memperbaiki kehidupan dengan mengadakan pembagian kerja. Prinsip dasar teori ini “bukan kesadaran manusia untuk menentukan keadaan sosial, melainkan sebaliknya keadaan sosiallah yang menentukan kesadarn manusia.”

Lebih lanjut Marx berkeyakinan bahwa untuk memahami sejarah dan arah perubahan, tidak perlu memerhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia, tetapi bagaimana dia bekerja dan berproduksi. Dengan melihat cara manusia itu bekerja dan berproduksi, dapat menentukan cara manusia itu berpikir.

Sumber : Irzum farihah, Filsafat materialisme Karl Marx (epistimologi dialectical and historical materialism), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus

Referensi :

  • Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2011).
  • Daniel L Pals, Seven Theories of Religion (New York: Oxford University Press, 1996).
  • T.Z. Lavine, Pertualangan Filsafat dari Socrates ke Sartre (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2002).
  • Aholiab Watloly, Sosio-Epistemologi Membangun Pengetahuan Berwatak Sosial (Yogyakarta: Kanisius, 2013).