Apa yang dimaksud dengan Faringitis Akut ?

Faringitis (pharyngitis) Akut, adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang sifatnya akut (mendadak dan cepat memberat). Umum disebut radang tenggorok. Radang ini menyerang lapisan mukosa (selaput lendir) dan submukosa faring.

Apa yang dimaksud dengan Faringitis Akut ?

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40- 60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

  1. Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
  2. Demam
  3. Sekret dari hidung
  4. Dapat disertai atau tanpa batuk
  5. Nyeri kepala
  6. Mual
  7. Muntah
  8. Rasa lemah pada seluruh tubuh
  9. Nafsu makan berkurang

Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu:

  1. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.
  2. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk, dan seringkali terdapat pembesaran KGB leher.
  3. Faringitis fungal:terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
  4. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.
  5. Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.
  6. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon dengan pengobatan bakterial non spesifik.
  7. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat hubungan seksual, terutama seks oral.

Faktor Risiko

  1. Usia 3 – 14 tahun.
  2. Menurunnya daya tahan tubuh.
  3. Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring
  4. Gizi kurang
  5. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.
  6. Paparan udara yang dingin.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

  1. Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat timbul lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.

  2. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.

  3. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah, sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.

  4. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble stone).

  5. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

  6. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan pada mukosa faring dan laring

  7. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:

    • Stadium primer
      Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula

    • Stadium sekunder
      Stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding faring terdapat eritema yang menjalar ke arah laring.

    • Stadium tersier
      Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.

Pemeriksaan Penunjang

  1. Pemeriksaan darah lengkap.
  2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram.
  3. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH.

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

Klasifikasi faringitis

  1. Faringitis Akut

    • Faringitis Viral
      Dapat disebabkan oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, dan lain-lain. Pada adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak.

    • Faringitis Bakterial
      Infeksi grup A stereptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).

      Faringitis akibat infeksi bakteri streptokokkus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu :

      • Demam
      • Anterior Cervical lymphadenopathy
      • Eksudat tonsil
      • Tidak ada batuk

      Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptokokkus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptokokkus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptokokkus group A.

    • Faringitis Fungal
      Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.

    • Faringitis Gonorea
      Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital

  2. Faringitis Kronik

    • Faringitis Kronik Hiperplastik
      Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.

    • Faringitis Kronik Atrofi
      Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.

  3. Faringitis Spesifik

    • Faringitis Tuberkulosis
      Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.

    • Faringitis Luetika
      Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring, seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung stadium penyakitnya.

Komplikasi

Tonsilitis, Abses peritonsilar, Abses retrofaringeal, Gangguan fungsi tuba Eustachius, Otitis media akut, Sinusitis, Laringitis, Epiglotitis, Meningitis, Glomerulonefritis akut, Demam rematik akut, Septikemia

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Istirahat cukup

  2. Minum air putih yang cukup

  3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal diberikan Nistatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan Nitras Argentin 25%

  4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus Isoprinosine dengan dosis 60- 100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari

  5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya Streptococcus group A, diberikan antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari.

  6. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan Sefalosporin generasi ke-3, seperti Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.

  7. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi. Sedangkan, pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik 1 x/hari selama 3-5 hari.

  8. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.

  9. Analgetik-antipiretik

  10. Selain antibiotik, Kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi inflamasi sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang diberikan dapat berupa Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3 hari.

Konseling dan Edukasi

Memberitahu pasien dan keluarga untuk:

  1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
  2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
  3. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
  4. Selalu menjaga higiene mulut dan tangan

Kriteria Rujukan

  1. Faringitis luetika
  2. Bila terjadi komplikasi

Prognosis

  1. Ad vitam : Bonam
  2. Ad functionam : Bonam
  3. Ad sanationam : Bonam

Peralatan

  1. Lampu kepala
  2. Spatula lidah
  3. Lidi kapas

Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer

Referensi
  1. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.(Adam dan Boies, 1997)
  2. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8. McGraw- Hill. 2003.(Lee, 2003)
  3. Rusmarjono. Soepardi, E.A.Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, KepaladanLeher. Ed. ke -6.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007(Hafil, et al., 2007)